SELAMAT DATANG
Selamat datanf di lapak MAKRIFATBUSINESS untuk order bisa melalui marketipace Shopee Tokopedia Bukalapak Lazada dengan nama lapak makrifatbusiness atau order via WA 08123489038 email : imronpribadi1972@gmail.com

Cari Disini

Translate


Selasa, 18 Agustus 2009

Indahnya Bercinta, Bersama Cinta Kasih Tuhan

Pekanbaru 10.32 Tgl, 01 Juni 2009
Created by : M. Imron

Literatur : Sebagian Sumber Materi ini Diambil dari Website “BERANI GAGAL”.
(...............Adalah kaidah esensi polemik cinta kasih dalam proses kehidupan yang lenyap diantara gemerlapnya polemik kehidupan, hingga sirnanya cahaya kasih sayang diantara pelukan-pelukan materialistisnya kehidupan, romantisnya cinta kasih sebagai unsur keindahan Allah telah lenyap dalam ranjang gemerlapnya kehidupan..............)

Hakekat Cinta Kasih
Cinta adalah ruh kehidupan yang menyejukkan hati, memberi rasa aman dan keindahan yang sempurna bagi anak insan. Kaidah hukum cinta adalah jalinan kasih sayang yang dapat membuat sisi-sisi kehidupan insan menjadi indah dan berlangsungnya kehidupan insan di dunia hingga berjuta-juta tahun kehidupan. Seandainya kasih sayang mendominasi kehidupan, semua insan tak lagi memerlukan keadilan dan undang-undang dalam menjalani kehidupannya. Namun adanya penghianatan cinta dan hilangnya cinta kasih dalam jiwa insan penyebab insantelah menjadi syetan dalam kehidupan didunia ini.
Kekuatan dari cinta kasih adalah sangat luar biasa, dimana dia dapat melakukan perubahan besar dalam kehidupan yang gagal menjadi berhasil, pemalas menjadi rajin, pemarah menjai penyayang, kufur menjadi beriman. Segalanya telah berubah dengan kekuatan cinta kasih dalam jiwa. Itulah cinta kasih yang melunakkan besi, meluluhkan batu, membangkitkan orang mati dan meniupkan kehidupan.

Hadirnya cinta kasih dalam dalam kehidupan merupakan terlahirnya kembali ruh-ruh orang bijak yang telah tiada, cinta kasih adalah sumber kekuatan keindahan dan puncak kenikmatan yang terindah dari segalanya. Jika ilmu pengetahuan hanya dapat memberikan pemikiran dalam kehidupan, kerja hanya memberikan cucuran keringat memperoleh harta benda, sementara harta benda hanya memberikan rasa khawatirdan ketakutan, maka cinta kasih dapat memberikan kedamaian dalam hati setiap insan, ilmu pengetahuan dan bahkan harta benda.

Cinta kasih itulah mutiara satu-satunya yang memberikan rasa aman, ketenangan dan kedamaian. Kami mencintai segala-galanya, bahkan kami mencintai bencana sebagaimana kami mencintai kenikmatan. Cinta kasih dapat membangkitkan kekuatan untuk melawan, lalu jiwa tergugah bangkit seolah-olah melompat. Disamping itu cinta kasih adalah angin segar yang mendinginkan panasnya pertikaian. Kami mencintai kehidupan, adakah orang yang mencintai seperti ini? Bila dapat melakukannya sungguh ia adalah pahlawan." Sesungguhnya orang yang dapat bercinta kasih seperti ini hanyalah orang-orang yang memperoleh manisnya iman di hatinya. Iman adalah satu-satunya sumber cinta yang jernih dan abadi. Hanya orang-orang yang beriman kepada Allah, satu-satunya yang dapat mencintai segala sesuatu walaupun pada bencana, duka cita. Ia mencintai alam ini awal dan akhirnya, hidup dan mati.

Mencintai Allah Sebagai Sumber Cinta Kasih
Cinta kasih didalam jiwa setiap insan adalah hakekat dan intisari dari puncak kebahagiaan. Cinta kasih pada Allah merupakan sumber dari segala puncak cinta kasih dan kebahagiaan. Kenikmatan yang ternikmat dalam hidup adalah kenikmatan mencintai Allah. Banyak orang telah berAllah, tetapi dalam kehidupannya sama-sekali menunjukkan perbuatan dan prilaku yang sangat beertentangan dengan kehendak Allah.
Prilaku insan yang menyimpang dari kehendak Allah, sebenarnya bukanlah hilang rasa cinta kasih didalam dirinya pada Allah. Tetapi hal tersebut semata-mata didalam dirinya insan tersebut telah berantakan, tidak adanya komando di dalam pikiran, semua unsur jiwa bekerja sesuai kehendak nafsu dirinya, bahkan dirinya sendiri bergerak dengan tujuan hidup seperti air mengalir mencari tempat yang lebih rendah. Inilah proses kebodohon setiap insan yang telah menjelma dirinya dihiasi dengan prilaku binatang. Tanpa arah tujuan, hanya mencari kesenangan, mencari makan dan hiburan, hingga akhirnya dia mati tanpa tujuan.

Orang yang beriman, dengan aqidahnya ia dapat menembus rahasia alam, sehingga ia mencintai Allah pemberi kehidupan, sumber segala yang ada, sumber pertolongan dan bantuan. Ia akan mencintai Allah seperti cinta seseorang pada keindahan, ia telah melihat jejak ciptaannya di alam yang kokoh ini. "Dia-lah dzat yang telah memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan." (QS. As-Sajdah: 7)
Cinta pada Allah hanya dapat dimulai dengan Beriman padaNya. Beriman itu artinya percaya secara totalitas jasmani dan rohaninya kepada Allah. Percaya Allah secara Rohani, berarti menempatkan Allah didalam pikiran dan hati nuraninya sebagai sumber puncak kekuatan yang dapat menolong dirinya. Beriman berati berikrar diri pada Allah dengan segala kelemahan dan kelebihan, kebaikan dan keburukan, kecerdasan dan kebodohan, kekayaan dan kemisninan, kebahagiaan dan penderitaan secara totalitas dipersembahkan hanya kepada Allah. Bagaimana kita dapat mencintai dengan Tulus pada sang kekasih, kalau sang kekasih hati tidak kita beri segalanya yang kita miliki. Cinta kasih tidak akan terwujud tanpa kita memberikan pengorbanan dari segalanya yang kita miliki hanya untuk dia, bagaimana mungkin yang dicinta merasa tidak mendapatkan apa-apa akan percaya bahwa dirinya telah di cinta?

Cinta kasih manifestasinya adanya sebuah pengorbanan dari segala yang kita miliki kepada yang dicintai dengan perasaan tulus ikhlas tanpa pamrih dan semata-mata hanya karena Allah cinta kasihnya diberikan pada orang yang dicintainya. Pada saat inilah cinta kasih kita akan menerima balasan secara mutlak dan kesempurnaan dari yang kita beri cinta kasih. Memungkinkan juga cinta kasih tulus ikhlas tetapi menerima balasan dengan penghianatan dan penderitaan dalam hidup kita. Hal ini sebenarnya bukan merupakan sebuah penderitaan, tetapi inilah kebahagiaan yang diselamatkan oleh Allah kita, bahwa Allah telah menyelamatkan kita dari balasan cinta kasih dari insan yang kita cintai itu menurut pemikiran Allah masih belum baik dan sepadan kepada pengorbanan kita yang kita berikan. Maka saat itulah insan yang kita beri cinta kasih dengan kekuatan Allah telah menolak dan memberikan penghianatan kepada kita. Sebenarnya yang diberi penderitaan itu adalah yang telah kita beri cinta kasih. Masih ingatkah bahwa konsep pemberian didalam cinta kasih adalah tulus dan ikhlas. Tulus dan ikhlas adalah hak prerogtif Allah yang diselipkan kepada jiwa-jiwa insan yang telah beriman kepada Allah. Berbahagialah insan yang telah memiliki jiwa tulus dan ikhlas dalam segala perbuatannya.

Setiap insan yang mencintai Allah karena insan tersebut telah mencintai kesempurnaan.Pada hakekatnya tiada kesempurnaan selain kesempurnaan Allah. Segala fenomina kesempurnaan yang serba relatif, yang kita lihat itu tidak lain adalah atom-atom yang bersumber dari Allah dan membutuhkan keberadaan Allah disisinya, seperti kesempurnaan wajah cantik, ganteng tampan rupawan, mobil mewah, rumah megah, pemandangan indah hingga kemesraan yang paling romantis yang pernah kita nikmati bersama sang kekasih, disitu Allah selalu berada, maka bersyukurlah selalu pada Allah.

Setiap insan yang mencintai Allah karena ia mencintai perbuatan baik. Jiwa insan mempunyai watak mencintai orang yang berbuat baik padanya. Lantas perbuatan baik manakah yang dapat menyamai perbuatan Allah yang telah menciptakannya dari tiada, dan menjadikannya sosok Allah yang sempurna? Lebih dari itu lagi, Allah telah menundukkan semesta alam ini hanya untuk insan. "Apakah kalian tidak melihat bahwa Allah telah menundukkan untuk kalian apa saja yang ada di langit dan di bumi." (QS. Luqman: 20)
Karenanya cintanya kepada Allah, mestinya melebihi cinta seorang insan kepada kedua orangtuanya, bahkan melebihi cinta kepada istri, anak dan dirinya sendiri. Ia mencintai segala sesuatu yang datang dari hatinya dan segala sesuatu yang dicintai Allah. Ia mencintai kitabnya yang diturunkan untuk melepaskannya dari dari kegelapan menuju terang benderang, mencintai nabinya yang diutus sebagai rahmat kepada alam semesta, mencintai setiap insan pelaku kebaikan dan perdamaian. Ia berdo'a seperti do'a Rasulullah SAW, "Ya Allah, berilah aku karunia mencintai-Mu dan mencintai orang-orang yang Kau cintai, dan jadikanlah cintamu itu lebih aku sukai daripada air yang dingin."

Pastikan mulai detik ini kita sebagai insan telah memiliki cinta kasih pada Allah melebihi cinta kasih kita kepada diri kita sendiri, disinilah Allah sebagai yang Dicintai akan memberikan balasan pada kita karena kita telah MencintaiNya. Amin.
Mencintai Sesama Insan Manifestasi Cinta Kasih Pada Allah
Orang mukmin mencintai sesama insan, karena mereka adalah saudara, teman mengabdi kepada Allah. Mereka semua adalah satu nasab, keturunan dan juga memiliki satu tujuan dan satu lawan. Satu keturunan, seperti firman Allah, "Hai sekalian insan, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."(QS. An-Nisaa': 1)

Dari ayat tersebut dapat kita pelajari, bahwa cinta kasih itu dalam hukum Allah tidak mengenal ras, suku, bahasa, warna kulit dan perbedaan lainnya, cinta kasih lintas budaya dan perbedaan adalah tanda-tanda kita telah dapat mensyukuri nikmat Allah dan telah menunjukkan bahwa telah hilangnya sifat egoisme didalam diri kita.
Perbedaan dalam cinta kasih dari ukuran jasmani dan lahiriah adalah merupakan kenikmatan tersendiri didalam menikamati cinta kasih sesama insan. Misalnya, seorang insan laki-laki keturunan arab mencintai seorang insan wanita dari suku cina. Percintaan cinta kasih dalam proses kehidupannya akan mengalami sesuatu kenikmatan yang luar biasa apabila masing-masing saling menghormati perbedaan sebagai puncak kenikmatan. Hal seperti ini jarang terjadi karena insan telah dihiasi rasa egois, keangkuhan dan kesombongan kesukuan yang tidak berarti dimata Allah, tetapi mereka lebih peduli terhadap arti dan harga diri dimata sesama insan. Disinilah harga diri manusia pada Allah telah tergadaikan dimata sesama insan, maka saat inilah Allah akan sirna dari insan yang bersikap demikian.

Aqidah Islam tidak membatasi faktor etnis, suku bangsa, warna kulit, kasta, derajat, pangkat, golongan, seorang muslim berkeyakinan bahwa semua insan adalah dari Adam. Perbedaan bahasa, warna kulit hanya sebagai dalil akan kekuasaan Allah, keagungan pencipta pencipta, dan ayat dari ayat-ayat-Nya.

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." (QS. Ar-Ruum: 22)
Imam Ahmad meriwayatkan dari Zaid ibnu Arqam, ia berkata, "Rasulullah SAW setiap selesai shalat berdo'a. "Ya Allah Allah kami dan Allah segala-galanya, aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Mu dan utusan-Mu, Ya Allah Allah kami dan Allah segala-galanya, aku bersaksi bahwa hamba-hamba seluruhnya adalah bersaudara."
Betapa tingginya kedudukan ukhuwah basyariyyah (persaudaraan sesama insan) dalam jiwa seorang muslim. Ukhuwah ini menempati peringkat setelah tauhid (mengesakan Allah) dan pengakuan kerasulan Muhammad SAW.
Al-Qur'an mengajarkan kepada muslim untuk menghormati sesama makhluk apapun, termasuk binatang melata, serangga dan burung-burung. "Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami apakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Rabblah mereka dihimpunkan." (QS. Al-An'aam: 38).
Rasulullah bersabda, "Seandainya anjing-anjing itu bukan suatu ummat dari ummat, tentu aku perintahkan untuk dibunuh."

Demikianlah sikap mental seorang mukmin kepada insan. Tidak menonjolkan faktor etnis, fanatik daerah, tidak membenci tingkat sosial masyarakat, tidak hasud pribadi, akan tetapi rasa cinta dan persaudaraan bagi insan.

Seorang mukmin dengan aqidahnya ia mencintai alam seluruhnya, ia mencintai Allah, alam, mencintai hidup dan mati, mencintai takdir, manis dan pahitnya, mencintai insan seluruhnya, dan hanya membenci syetan dan kelompoknya dengan kebencian yang dibarengi rahmat dan kasih sayang dan cinta kebaikan untuk insan seluruhnya. Cinta seperti ini merupakan bukti imannya kepada Allahnya dan penuntunnya ke surga, tepatlah sabda Nabi SAW, "Demi dzat yang diriku berada di tangannya, tidak akan dapat masuk surga sebelum kalian beriman dan tidak akan beriman sebelum kalian saling mencintai."
Cinta kasih sesama insan benar-benar merupakan manifestasi dari cinta kasih Allah yang diberikan kepada insan. Kita telah tahu betapa indahnya kemesraan dalam cinta kasih, dunia terasa milik berdua, indahnya seperti tidak ada orang lain yang mampu memiliki kenikmatan dan keindahan seperti dirinya. Inilah hebatnya dan nikmatnya dari cinta kasih. Cinta kasih akan lebih nikmat dan sempurna manakala kita telah menghadirkan cinta kasih Allah yang muncul dari keimanan kita. Cinta kasih kepada kekasih kita yang terilhami oleh cinta kasih dari rasa beriman kita pada Allah adalah perwujudan nikmat cinta kasih yang mungkin tak pernah terkalahkan.

Bagaimana mewujudkan cinta kasih dalam expresi beriman pada Allah, hal ini kita dapat coba pada saat kita membelai sang istri sebagai cinta kasih kita dapat dimulai dengan rasa syukur dan menyebut nama Allah dalam belaiannya. Begitu juga pada saat belaian beralih ke pelukan dan ciuman, sambil kita ucapkan “subhanallah” begitu nikmatnya rasa cinta kasihku ini. Hingga pada saat-saat terindah kita bersatunya dua jiwa, pikiran melayang diantara himpitan goyang cinta kasih, kita panjatkan rasa syukur atas kenikmatan yang telah Allah berikan. Inilah detik-detik kenimatan Allah hadir dalam cinta kasih kita sebagai insan.

Mencintai Alam Sebagai Expresi Cinta Kasih
Seorang mu'min mencintai alam seluruhnya sebagaimana ia mencintai Allahnya. Karena alam adalah jejak-jejak Allahnya. "Ia-lah dzat yang menciptakan dan menyempurnakan dan menentukan dan membimbing." (Q.S. Al-Qamar: 49)

Alam diciptakan oleh Allah sebagai baju dan hiasan cinta kasih persembahan insan kepada insan lawan jenisnya dalam menciptakan kemesraan dan kebahagiaan. Begitu indahnya alam sebagai inspirasi pikiran dalam kejenuhan cinta kasih pada insan, hingga alam menjadi bermakna sebagai hiburan insan dalam menjalani cinta kasihnya.
Alam bukanlah insan, akan tetapi ia adalah makhluk yang ditundukkan untuk berkhidmat pada insan agar dapat membantunya melaksanakan tugas kekhalifahannya di bumi. Segala sesuatu yang ada di alam bertasbih membesarkan nama Allah dengan bahasa yang kadang-kadang tidak dipahami oleh anak insan . "Langit yang tujuh dan bumi dan orang-orang yang ada di dalamnya bertasbih kepada-Nya, tiada sesuatupun kecuali bertasbih kepada-Nya, akan tetapi kalian tidak memahami tasbihnya." (Q.S. Al-Isra': 4)
Cinta kasih pada alam merupakan proses pembelajaran diri untuk berfikir meningkatkan cinta kasih untuk memperoleh kebahagiaan. Berfikir tentang cinta kasih alam segalanya dapat kita pelajari, bahkan dari dedaunan pohon yang jatuhpun disitu ada puncak kekuasaan Allah yang tak ternilai harganya bagi pikiran kita dalam memberikan cinta kasih pada pikiran untuk berfikir mencari kebahagiaan dari dedaunan yang jatuh dari pepohonan.
Alam ini tidak jahat yang harus dihancurkan segera, akan tetapi merupakan kitab Allah, terbuka untuk orang yang dapat membaca dan buta huruf sekalipun. Di situ terbaca ayat-ayat kekuasaan, rahmat, kebesaran, dan nikmat-Nya. Tiada satupun di alam ini diciptakan sia-sia tanpa makna. Semuanya menjalankan fungsinya sesuai kehendak Allah SWT untuk kelangsungan kehidupan sampai tiba ajalnya dan untuk berkhidmat kepada khalifah yang terhormat.

Sebagian insan melihat kegelapan dengan suatu pandangan takut dan benci, dan melukiskannya sebagai dewa kejahatan yang memerangi dewa sinar dan kebajikan, maka bagaimanakah perasaan mereka memahami malam, sementara separo waktu berupa malam?

Mencintai Hidup & Kematian Sebagai Puncak Nikmat Cinta Kasih
Seorang mu'min mencintai hidup seperti ia mencintai alam. Kehidupan bukanlah penjara yang harus dijauhi, akan tetapi merupakan missi yang harus dilaksanakan dan nikmat yang harus disyukuri. "Janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan mati dan memohonnya sebelum datang kepadanya, karena sesungguhnya bila ia mati terputus amalnya dan bertambah umur seorang mukmin bertambah kebaikannya." (HR. Muslim)
Orang mukmin mencintai hidup karena dengannya ia dapat menegakkan hak Allah di bumi, dan iapun mencintai mati karena dengan kematianlah ia dapat dengan segera menemui Allahnya. "Barangsiapa mencintai bertemu dengan Allah, maka Allahpun mencintai bertemu dengannya." (HR. Bukhari-Muslim)

Sewaktu Rasulullah disuruh memilih antara bertemu dengan Allahnya dan menetap di dunia ini, beliau bersabda, "Aku memilih sahabat tertinggi." Ketika Ali ibnu Abi Thalib RA ditikam oleh Abdurrahman ibnu Muljam, ia berkata : "Demi Allah pemilik Ka'bah! Aku beruntung." Ketika Bilal menjelang mati istrinya menjerit, "Oh betapa sedihnya!" Mendengar itu Bilal berkata kepadanya, "Jangan berkata begitu tapi berkatalah, 'Betapa senangnya!' Esok aku akan bertemu sahabat-sahabatku tercinta, Muhammad dan sahabat-sahabat tercintanya."

Disinilah kematian sebagai puncak kenikmatan jasmani menuju kenikmatan rohani. Tanpa kita sadari akhir kematian adalah intisari kehidupan yang telah kita nikmati secara lahiriyah. Manakala kita tidak pernah minikmati nikmatnya unsur rohaniah atau keAllahan, maka sirnalah dan sia-sialah kematian kita.Hingga kematian sebagai akhir cerita dan penderitaan terberat dalam hidup.


-------------------EXPLORASI PIKIRANKU------------------
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

2 Tanggapan:

  1. wah asik yaaa... kalau bisa bercinta dengan Tuhan setiap saat asik kan?

    BalasHapus
  2. boleh juga, semoga aku mampu menjalaninya

    BalasHapus

Item Reviewed: Indahnya Bercinta, Bersama Cinta Kasih Tuhan Rating: 5 Reviewed By: M Imron Pribadi