By : M. Imron
Pekanbaru 22.16 BBWI tgl, 21 Mei 2009
ALLAH SWT. adalah sesuatu yang mutlak adanya, kekuatan kepintaran kekayaan dan segalanya adalah Maha. Kita tahu bahwa mayoritas semua orang mengaku berALLAH SWT., kita tahu bahwa setiap individu yakin dan percaya ALLAH SWT. itu ada. Banyak orang yang tahu bahwa ALLAH SWT. adalah maha segala, banyak orang yang tahu bahwa ALLAH SWT. itu telah mengatur tatanan hidup sedemikian rupa, mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak. Kalau kita sudah tahu, mengerti, paham, jelas dan menguasai akan segala aturan ALLAH SWT.. Apakah hidup kita sudah bersamaNya. Apakah batin kita sudah bahagia. Apakah segala permasalahan hidup sudah dapat kita selesaikan. Bagaimana kita mengaku berALLAH SWT. kalau hidup kita jauh dari bahagia dan bahkan selalu menderita karena banyaknya problema. Dimanakah letak ALLAH SWT., sehingga Dia lupa bahwa kita selalu menderita, sengsara, terhina, tersisihkan, penuh kemiskinan, penuh kegagalan, tidak ada harapan yang menjadi kenyataan.
Apakah kita cara berALLAH SWT. sudah benar. Apakah kita mengerti, memahami, mencintai ALLAH SWT. setulus hati. Apakah kita berALLAH SWT. hanya sekedar formalitas dan identitas saja. Apakah kita sudah jujur dan tidak menipu ALLAH SWT. dalam segala perbuatan. Apakah kita mengandalkan ALLAH SWT. karena Dia maha pengampun. Apakah kita sudah menghadirkan ALLAH SWT. didalam jiwa. Apakah kita sudah menghiasi perjalanan hidup selalu bersama ALLAH SWT.. Apakah kita sudah berfikir setiap detik, menit, jam, hari bahkan bulan tentang ALLAH SWT.. Apakah kita sudah sadar bahwa berbuat dosa itu akan bahagia. Apakah semua ini terlalu berat untuk kita jalankan. Yach...... lebih baik tidak usah kalau hidup kita memang tidak perlu hadirNya ALLAH SWT..
Banyak orang berALLAH SWT. tetapi Dia tidak selalu bersamaNya. Banyak orang minta tolong dalam doanya tetapi satupun tidak ada yang dikabulkanNya. Hingga semua menjadi jenuh, karena ALLAH SWT. acuh tak acuh. Hingga semua mencari bahagia sesuai kehendak dirinya. Hingga semua bekerja tanpa minta bantuanNya lagi karena ALLAH SWT. tidak mau mengerti.
Hadirnya ALLAH SWT. didalam jiwa tidaklah sesulit sebagaimana yang kita bayangkan. Bukankah saat ini setiap jiwa yang hidup sudah ada unsur ALLAH SWT. didalamnya. Permasalahannya adalah apakah kita sudah sadar bahwa ALLAH SWT. itu sangat dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dari urat nadi kita. Ini berarti bahwa untuk mengadirkan ALLAH SWT. didalam jiwa tidaklah sulit. Dalam firmanNya, bahwa ALLAH SWT. itu adalah maha segala, sehingga ALLAH SWT. itu tidak mengenal penderitaan dan kemiskinan, maka ALLAH SWT. tidak butuh bantuan siapapun. ALLAH SWT. adalah sentralisasi segala kepintaran dan pemikiran, inilah yang menyebabkan Dia disebut ALLAH SWT..
ALLAH SWT. telah mengajarkan pada kita semua, bahwa untuk menangkap harimau akan lebih baik hasilnya dari pada menembak adalah dengan cara kita mempelajari prilaku dan tata hidup harimau. Begitu juga kita untuk mengenal ALLAH SWT. dan menghadirkanNya adalah dengam mempelajari segala sifat dan nama-nama kebesaranNya. Bahwa ALLAH SWT. itu tidak mengenal penderitaan dan kemiskinan, ini berarti kehebatan pemikiran ALLAH SWT. sudah mampu mengalahkan penderitaan dan kemiskinan. Disisi lain ALLAH SWT. itu Maha Pengasih dan Penyayang, ini artinya ALLAH SWT. telah memiliki cinta kasih dan tali asih yang lebih dari sekedar pamrih dan maksud tertentu untuk mencintainya. Sehingga pemikiranNya sudah diatas lebih dan maha segala.
Proses pemahaman belajar unsur ALLAH SWT. bagi kita sebagai manusia adalah dengan memperkuat pemikiran yang disertai hati nurani untuk mengalahkan bahwa sesungguhnya penderitaan dan kemiskinan itu tidak ada. Apabila masih adanya penderitaan dan kemiskinan itu berati bahwa proses penyatuan pemikiran dengan hati nurani kita masih terkalahkan oleh kekuatan penderitaan dan esensi kemiskinan itu sendiri. Penderitaaan adalah proses berfikir kita karena kita mengakui dan mengalami bahwa kita sedang menderita, hal ini harus dikalahkan oleh proses berfikir, bahwa penderitaan itu adalah sebuah rasa yang sebenarnya tidak ada dan harus dibunuh dengan proses berfikir yang terwujud dalam implementasinya hingga tidak adanya segala penderitaan. Disinilah kehadiran ALLAH SWT. didalam jiwa akan lebih bermakna.
Makna ketika ALLAH SWT. hadir didalam jiwa adalah proses sirnanya belenggu-belenggu jiwa yang membuat kita tidak berdaya, duka lara, amarah dan angkara murka. Belenggu jiwa adalah merupakan batas titik balancing sejauh mana pikiran mampu menghilangkan dari segala sisi kehidupan. Mengendalikan belenggu jiwa adalah dengan cara meningkatkan proses ikhlas dan bersyukur pada ALLAH SWT. dalam segala kondisi serta keadaan, tidak peduli penderitaan maupun kebahagiaan. Ikhlas dan bersyukur adalah buah dari pembentukan dan pemanfaatan obtimal hati nurani. Esensi hati nurani itu merupakan sebuah power kejujuran, kesabaran dan segala sifat kebaikan yang harus ditegakkan dan mampu mengalahkan segala yang membelenggunya.
Belenggu jiwa merupakan esensi pribadi manusia sebagai mahluk yang mulia. Kemuliaan itu sendiri akan kita dapatkan sebagai manusia, mana kala kita mampu mengendalikan dalam sebuah realitas kehidupan dari segala belenggu jiwa. Disinilah manusia dapat menikmati hidup dalam kesempurnaannnya sebagai manusia yang sesungguhnya. Manusia apabila dalam kondisi jiwanya terbelenggu oleh sifat riya’, ujub, sum’ah, takabur, iri, dengki, hasud dan sejenisnya, maka disinilah manusia dalam kondisi yang merugi dan tidak akan mendapatkan kesempurnaan dalam hidup.
ALLAH SWT. sebagai esensi titik sentralisasi kebenaran akan hadir didalam jiwa-jiwa manusia yang telah bebas dari belenggu-belenggu jiwa. Masih ingatkah.... bahwa Rosulullah SAW dalam usia mudanya telah didatangi dua malaikat dan kemudian dibelahlah dadanya Rosulullah. Inilah kebesaran Allah dalam membebaskan Rosulullah SAW dari segala belenggu jiwa. Kita sebagai manusia biasa bukan tidak bisa mengendalikan belenggu jiwa, belenggu jiwa dapat kita kendalikan dengan cara kita berexplorasi pikiran dan hati nurani kita untuk berpetualang didalam jiwa kita dengan menganalisa segala unsur jiwa untuk melawan belenggu jiwa.
Pekanbaru 22.16 BBWI tgl, 21 Mei 2009
ALLAH SWT. adalah sesuatu yang mutlak adanya, kekuatan kepintaran kekayaan dan segalanya adalah Maha. Kita tahu bahwa mayoritas semua orang mengaku berALLAH SWT., kita tahu bahwa setiap individu yakin dan percaya ALLAH SWT. itu ada. Banyak orang yang tahu bahwa ALLAH SWT. adalah maha segala, banyak orang yang tahu bahwa ALLAH SWT. itu telah mengatur tatanan hidup sedemikian rupa, mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak. Kalau kita sudah tahu, mengerti, paham, jelas dan menguasai akan segala aturan ALLAH SWT.. Apakah hidup kita sudah bersamaNya. Apakah batin kita sudah bahagia. Apakah segala permasalahan hidup sudah dapat kita selesaikan. Bagaimana kita mengaku berALLAH SWT. kalau hidup kita jauh dari bahagia dan bahkan selalu menderita karena banyaknya problema. Dimanakah letak ALLAH SWT., sehingga Dia lupa bahwa kita selalu menderita, sengsara, terhina, tersisihkan, penuh kemiskinan, penuh kegagalan, tidak ada harapan yang menjadi kenyataan.
Apakah kita cara berALLAH SWT. sudah benar. Apakah kita mengerti, memahami, mencintai ALLAH SWT. setulus hati. Apakah kita berALLAH SWT. hanya sekedar formalitas dan identitas saja. Apakah kita sudah jujur dan tidak menipu ALLAH SWT. dalam segala perbuatan. Apakah kita mengandalkan ALLAH SWT. karena Dia maha pengampun. Apakah kita sudah menghadirkan ALLAH SWT. didalam jiwa. Apakah kita sudah menghiasi perjalanan hidup selalu bersama ALLAH SWT.. Apakah kita sudah berfikir setiap detik, menit, jam, hari bahkan bulan tentang ALLAH SWT.. Apakah kita sudah sadar bahwa berbuat dosa itu akan bahagia. Apakah semua ini terlalu berat untuk kita jalankan. Yach...... lebih baik tidak usah kalau hidup kita memang tidak perlu hadirNya ALLAH SWT..
Banyak orang berALLAH SWT. tetapi Dia tidak selalu bersamaNya. Banyak orang minta tolong dalam doanya tetapi satupun tidak ada yang dikabulkanNya. Hingga semua menjadi jenuh, karena ALLAH SWT. acuh tak acuh. Hingga semua mencari bahagia sesuai kehendak dirinya. Hingga semua bekerja tanpa minta bantuanNya lagi karena ALLAH SWT. tidak mau mengerti.
Hadirnya ALLAH SWT. didalam jiwa tidaklah sesulit sebagaimana yang kita bayangkan. Bukankah saat ini setiap jiwa yang hidup sudah ada unsur ALLAH SWT. didalamnya. Permasalahannya adalah apakah kita sudah sadar bahwa ALLAH SWT. itu sangat dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dari urat nadi kita. Ini berarti bahwa untuk mengadirkan ALLAH SWT. didalam jiwa tidaklah sulit. Dalam firmanNya, bahwa ALLAH SWT. itu adalah maha segala, sehingga ALLAH SWT. itu tidak mengenal penderitaan dan kemiskinan, maka ALLAH SWT. tidak butuh bantuan siapapun. ALLAH SWT. adalah sentralisasi segala kepintaran dan pemikiran, inilah yang menyebabkan Dia disebut ALLAH SWT..
ALLAH SWT. telah mengajarkan pada kita semua, bahwa untuk menangkap harimau akan lebih baik hasilnya dari pada menembak adalah dengan cara kita mempelajari prilaku dan tata hidup harimau. Begitu juga kita untuk mengenal ALLAH SWT. dan menghadirkanNya adalah dengam mempelajari segala sifat dan nama-nama kebesaranNya. Bahwa ALLAH SWT. itu tidak mengenal penderitaan dan kemiskinan, ini berarti kehebatan pemikiran ALLAH SWT. sudah mampu mengalahkan penderitaan dan kemiskinan. Disisi lain ALLAH SWT. itu Maha Pengasih dan Penyayang, ini artinya ALLAH SWT. telah memiliki cinta kasih dan tali asih yang lebih dari sekedar pamrih dan maksud tertentu untuk mencintainya. Sehingga pemikiranNya sudah diatas lebih dan maha segala.
Proses pemahaman belajar unsur ALLAH SWT. bagi kita sebagai manusia adalah dengan memperkuat pemikiran yang disertai hati nurani untuk mengalahkan bahwa sesungguhnya penderitaan dan kemiskinan itu tidak ada. Apabila masih adanya penderitaan dan kemiskinan itu berati bahwa proses penyatuan pemikiran dengan hati nurani kita masih terkalahkan oleh kekuatan penderitaan dan esensi kemiskinan itu sendiri. Penderitaaan adalah proses berfikir kita karena kita mengakui dan mengalami bahwa kita sedang menderita, hal ini harus dikalahkan oleh proses berfikir, bahwa penderitaan itu adalah sebuah rasa yang sebenarnya tidak ada dan harus dibunuh dengan proses berfikir yang terwujud dalam implementasinya hingga tidak adanya segala penderitaan. Disinilah kehadiran ALLAH SWT. didalam jiwa akan lebih bermakna.
Makna ketika ALLAH SWT. hadir didalam jiwa adalah proses sirnanya belenggu-belenggu jiwa yang membuat kita tidak berdaya, duka lara, amarah dan angkara murka. Belenggu jiwa adalah merupakan batas titik balancing sejauh mana pikiran mampu menghilangkan dari segala sisi kehidupan. Mengendalikan belenggu jiwa adalah dengan cara meningkatkan proses ikhlas dan bersyukur pada ALLAH SWT. dalam segala kondisi serta keadaan, tidak peduli penderitaan maupun kebahagiaan. Ikhlas dan bersyukur adalah buah dari pembentukan dan pemanfaatan obtimal hati nurani. Esensi hati nurani itu merupakan sebuah power kejujuran, kesabaran dan segala sifat kebaikan yang harus ditegakkan dan mampu mengalahkan segala yang membelenggunya.
Belenggu jiwa merupakan esensi pribadi manusia sebagai mahluk yang mulia. Kemuliaan itu sendiri akan kita dapatkan sebagai manusia, mana kala kita mampu mengendalikan dalam sebuah realitas kehidupan dari segala belenggu jiwa. Disinilah manusia dapat menikmati hidup dalam kesempurnaannnya sebagai manusia yang sesungguhnya. Manusia apabila dalam kondisi jiwanya terbelenggu oleh sifat riya’, ujub, sum’ah, takabur, iri, dengki, hasud dan sejenisnya, maka disinilah manusia dalam kondisi yang merugi dan tidak akan mendapatkan kesempurnaan dalam hidup.
ALLAH SWT. sebagai esensi titik sentralisasi kebenaran akan hadir didalam jiwa-jiwa manusia yang telah bebas dari belenggu-belenggu jiwa. Masih ingatkah.... bahwa Rosulullah SAW dalam usia mudanya telah didatangi dua malaikat dan kemudian dibelahlah dadanya Rosulullah. Inilah kebesaran Allah dalam membebaskan Rosulullah SAW dari segala belenggu jiwa. Kita sebagai manusia biasa bukan tidak bisa mengendalikan belenggu jiwa, belenggu jiwa dapat kita kendalikan dengan cara kita berexplorasi pikiran dan hati nurani kita untuk berpetualang didalam jiwa kita dengan menganalisa segala unsur jiwa untuk melawan belenggu jiwa.
0 Tanggapan:
Posting Komentar