Pekanbaru 04.34 tgl, 23 Mei 2009 By : M. Imron
Manusia sebagai mahluk yang terhormat selalu menghormati dirinya sendiri dengan berbagai hal yang layak semata-mata demi membela sense of honour (rasa kehormatan atas harga diri). Untuk membela kehormatan sering kali antara manusai yang satu dengan yang lain sering terjadi pertengkaran, saling menuntut, saling tuding, saling baku hantam dan bergai ragam bentuk konflik lainnya. Sense of honour yang menyebabkan diantara kita melakukan proses pengingkaran diri yaitu keyakinan diri sendiri untuk menutupi kelemahan, kekurangan, kebodohan, kesalahan dirinya dengan sesuatu obyek yang lain tanpa berusaha menghilangkannya (pengecut).
Jiwa pengingkaran diri /pengecut sebagai manisfestasi mengatasi kekurangan pada diri seseorang dengan menutupi obyek lain adalah suatu pembentukan karakter negatif tahap kedua. Pada tahap ini sebenarnya manusia telah meningkatkan kebodohan dirinya kejenjang yang lebih tinggi. Setiap manusia memiliki kelemahan (karakter negatif pertama) dimana sebenarnya dapat dengan mudah dihilangkan dari dalam dirinya sejak awal dengan mempelajari pengetahuan yang berhubungan terhadap kelemahan tersebut. Misalnya kita tidak bisa komputer, kelemahan ini mudah sekali ditutupi dengan cara kursus atau autodidak tentang ilmu komputer. Apabila sebenarnya kita tidak bisa komputer dan kita mengaku pada atasan/teman/orang lain, kemudian kita disuruh mengerjakan suatu reporting tertentu, maka kita akan sangat kebingungan sekali, sehigga jika ketahuan yang sebenarnya akan menjadi manusia mystification( membingungkan terhadap orang lain ).
Terbentuknya carakter negatif ( negatif thingking dan negatif feeling )pada tahap kedua yang tidak diatasi, maka dapat menyebabkan manusia melakukan tindakan yang bersifat anarkis seperti penggelapan, penipuan, pencurian, korupsi, kolusi, nepotisme bahkan juga dapat menyebabkan melakukan tindakan sadisme seperti penganiayaan, pembunuhan, mutilase serta tindakan kriminalitas lainnya.
Pada saat manusia melakukan tindakan seperti ini secara otomatis didalam dirinya sudah terbentuk proses karakter negatif tahap ketiga. Maka jangan heran apabila ada manusia yang disebut penjahat, pencuri, pembunuh, koruptor, penyuap, pecundang, penjilat dll. Inilah dampak secara langsung dari terciptanya karakter tahap ke tiga. Dampak lainnya tidak selamanya menyebabkan tindakan anarkis /kriminalis, tetapi apabila ada beberapa pembentukan proses karakter yang lain yang lebih positif maka akan dapat menyebabkan peyimpangan karakter sosial negatif seperti pemulung, pengemis, pengamen, peminta-minta, pemalas, pengekor dan sejenisnya.
Dampak lain dari terbentuknya karakter tahap ketiga yang disertai dengan proses pembelajaran lain tetapi masih belum lengkap /sesuai dengan profesi yang ditekuni maka dapat menyebabkan seringnya terjadi kegagalan, penderitaan yang terus menerus (continual bout), dalam menjalankan usaha, pekerjaan, karier, prestasi, business dan sejenisnya. Dampak ini merupakan penyakit bagi kaum profesionalisme muda, executif muda dan juga pengusaha yang tanpa dia sadari maupun dia juga menyadari tetapi sulit untuk mencari solusi, inovasi, kreasi dan menciptakan brand yang nantinya diminati oleh konsumen sehingga brand /produknya menjadi fast moving.
Dampak wajah-wajah penipu diri sendiri hingga terbentuknya sisi karakter neagtif begitu sangat extreme terhadap prilaku dan pola kehidupan kita. Pada saat segalanya sudah terbentuk, tercipta, terwujud dalam situasi dan kondisi tertentu acap kali kita tidak dapat /sulit mengidentifikasi untuk dicarikan solusinya. Sehingga kita sebagai profesionalisme sudah dan sering mempelajari beberapa strategy pembaharuan seperti dare to change, re code your change DNA serta seminar-seminar keahlian lain yang dapat membentuk conseptual skill. Tetapi dalam implementasinya kita tidak dapat menjalankan /kurang baik hasilnya. Nasi sudah menjadi bubur, maka harus dimulai dari kesadaran diri yang sangat mendasar untuk diintropeksi, dievaluasi, diklasifikasi seluruh sifat performance diri. Analisa ini misalnya juga dapat dibuatkan secara analisa SWOT ( strength, weakness, opportunity, threat).
Pola ini akan lebih manfaat jika dilakukan pengakuan dosa atas kelemahan diri pada Allah yang maha kuasa dengan disertai management ikhlas diri. Hingga secara totalitas kita dapat melakukan aktulisasi dalam segala aktifitas dengan konsep bersyukur yang ikhlas. Proses pembentukan karakter bersyukur ikhlas merupakan tatanan suatu management diri untuk mencapai management of change yang menghadirkan keyakinan pada Allah sebagai basic.
Inilah tahapan proses yang sangat menjenuhkan bagi setiap orang untuk melakukan pada saat ini. Kecenderungan pengingkaran diri akan lebih meningkat lagi pada proses pembentukan karakter negatif tahap keempat. Pada tahap ini seseorang yang telah mencapai titik klimaks profesionalisme melakukan tindakan-tindakan konspirasi negatif intelektual (negative conspiracy intellectual) dimana kemampuan conseptual skills yang dimiliki cenderung dipergunakan untuk memperkaya diri sendiri, digunakan untuk mencapai tujuan kepentingan diri sendiri /kelompok, monopoli dagang, diskrimninasi buruh/karyawan dan lainnya.
Pada status sosial seperti inilah yang sulit untuk disembuhkan karena hal ini merupakan kultural modern yang sering menjadi tujuan hidup. Dampak sosial dari pengingkaran terciptanya karakter negatif pada tahap keempat menyebabkan kehidupan menjadi materialistis, hidup untuk cari uang saja, uang adalah segalanya, kebahagian hidup dinilai dari harta tahta wanita. Tanpa disadari dan bahkan telah disadari dengan sesadar mungkin inilah hakekat tujuan hidupnya. Nyata-nyata sesuatu penyakit sosial telah menjadi pilihan hidup. Akhirnya terciptnya sebuah persaingan hidup yang semakin ketat dengan membentuk konspirasi prilaku kepuasan diri sebagai gaya hidup orang modern.
Misalnya konspirasi mode fashion untuk meningkatkan profil penampilan dengan motif mendapatkan kepuasan sexsual, konspirasi menu makanan dengan motif mendapatkan kenikmatan rasa, konspirasi beauty dengan motif mendapatkan pelayanan permainan sex yang lebih. Pada akhirnya pola hidup ini menyebabkan terbentuknya karakter negatif tahap kelima. Pada tahap terbentuknya karakter negatif tahap kelima ini kehidupan manusia semakin krisis moral, kebingungan untuk mencari format kebahagiaan, ajaran agama sebagai teori klasik belaka, sudah beragama tapi tidak bermoral, kaya raya tetapi tidak menemukan kebahagiaan hidup, banyak mati bunuh diri, terjangkitnya penyakit yang aneh, munculnya jenis-jenis penyakit baru yang mematikan memisalnya HIV/ Aids, flu burung,sapi gila dan yang terbaru adalah flu baby
. ---------------Ekplorasi Pikiranku-------------------
0 Tanggapan:
Posting Komentar