Hakekat Surga dan Neraka

HAKEKAT SURGA DAN NERAKA
Balas Topik Ini
Tampilkan 1 - 30 dari 36 kiriman dari 20 orang.
• 1
• 2
• Selanjutnya

Kiriman 1
1 balasan
Dian Novriadi menulispada 08 April 2009 jam 12:46
HAKEKAT SURGA DAN NERAKA

SURGA dan NERAKA adalah dua tempat yang saling bertolak belakang ,ibarat sebuah “jalan“yang arahnya “KE KIRI” ataupun “KE KANAN” dan itu merupakan konsekwensi yang sebenarnya kita sendirilah yang menilainya selama hidup di lama dunia ini.
SURGA dan NERAKA adalah ibarat “PROPERTI” yang disediakan oleh TUHAN untuk seluruh umat manusia (segala syarat serta ketentuan berlaku) untuk mendapati dua tempat itu, tentunya setelah alam dunia ini bubar alias KIAMAT BESAR..
Sampai disini timbul satu pertanyaan…….,APAKAH SURGA dan NERAKA ituadalah TUJUAN AKHIR segala kehidupan umat manusia di muka bumi….?,bila jawabannyaYA….., maka hal itu bertentangan dengan FIRMAN TUHAN….”INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJIUUN” sesungguhnya semua yang berasal dari ALLAH akan kembali kepada ALLAH ,lalu kenapa ALLAH tidak menyebutkan KEMBALI KE SURGANYA ALLAH….?

Allah Swt memang MENCIPTAKAN SURGA dan NERAKA ,segala sesuatu yang bernama CIPTAAN/BARANG CIPTAAN yang diciptakan oleh ALLAH maka sudah dapat dipastikan itu adalah MAHLUK.Lalu bila bukan dikatakan/disebut MAHLUK berarti SURGA dan NERAKA itu berarti kedudukannya sama/sejajar dengan keberadaan ALLAH sendiri dan ALLAH mempunyai tandingan,yang berarti hal itu sama saja ada yang lain SELAIN ALLAH.

SURGA dan NERAKA adalah sebuah PERUMPAMAAN yang Allah buat atau GAMBARAN-GAMBARAN sebagaimana yangtelah tercantum dalam QS.AZZUMAR : 27
“ Sesungguhnya telah AKU buat kan bagi MANUSIA dalam AL-QUR’AN ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat PELAJARAN” dan dalam QS AR-RUM :28 “Dia(Allah) membuat perumpamaan untuk kamudan dari diri mu sendiri”.
Mengenai keadaan SURGA dan NERAKA sebagaimana telah diterangkan dalam QS. HUUD 106-108

“ Adapun orang-orang yangcelaka,maka tempatnya didalam NERAKA didalamnya mereka mengeluarkan dan menarik Nafas.Mereka kekal didalamnya selama ada LANGIT dan BUMI,kecuali jika Tuhannmu menghendaki.Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia Kehendaki”
“ Adapun orang-orang yang berbahagia maka tempat didalam SURGA,mereka kekal didalamnya selama masih ada LANGIT dan BUMI,kecuali jika Tuhanmu Menghendak, sebagai karunia yang tiada putus-putusnya “
Mari kita CERMATI dengan hati yang jernih dan berfikir secaraLOGIKA, Makna yang tersirat dalam ayat tersebut,disitu (antara SURGA dan NERAKA) ada LANGIT dan BUMI,namun bila kita masih berdalih LANGIT dan BUMI itu adalah ALAM LAIN atau ALAM AKHIRAT juga mempunya LANGIT dan BUMI tersendiri maka sekali lagi kita mesti JUJURdan bertanya kepada diri sendiri…….APAKAH itu barang CIPTAAN..?dan apakah ALAM AKHIRAT juga CIPTAAN…?

Sebagai catatan bahwa ALLAH SWT telah menciptakan MAHLUK CIPTAAN-NYA yang paling SEMPURNA diantara mahluk-mahluk ciptaan lainnya yaitu yang bernama MANUSIA,itulah kenapa MANUSIA dijadikan KHOLIFAH(WAKILTUHAN) di ALAM DUNIA ini dan hanya manusia lah mahluk ciptaan TUHAN yang diciptakan dalam SEBAIK-BAIKNYA BENTUK

“Sesungguhnya Aku telah menciptakan Mahluk yaitu Manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
(QS.AT TIN :4)
Andai kita merasa sebagai Mahluk ciptaan Nya yang paling sempurna ,lalu bagaimanakah jika kita berharap/berkeinginan /rindu ingin masuk SURGA,padahal sudah jelas bahwa SURGA itu barang CIPTAAN,mungkin Akan menjadi…”MAHLUK BERHARAP/BERKEINGINAN/RINDU KEPADA MAHLUK”

Lalu sebenarnya DIMANAKAH LETAK SURGA dan NERAKA itu….?
Sebelum menjawab maka marilah kita merenungkan segala apa yang pernah atau sedang kita rasakan disaat LAHIR dan BATIN kita merasa TERSAKITI,TERANIYAYA,KELUH KESAH,TIDAK BAHAGIA,CELAKA,KEPANASAN,KEDINGINAN,KELAPARAN,KEHAUSAN,SAKIT GIG,SAKIT PERUT,SAKIT INI –ITU dan sebagainya.
BAHAGIA,GEMBIRA,SUKA,ADEM AYEM,MENDAPAT SEGALA MACAM NIKMAT dan sbagainya.

Bila dilihat dari SIFATNYA maka SURGA itu penuh dengan segala macam KENIKMATAN LAHIR maupun BATIN dan NERAKA itu penuh dengan segala macam KESENGSARAAN/SIKSAAN LAHIR maupun BATIN.
Kembali kePERTANYAAN tadi…..,LALU DIMANAKAH LETAK SURGA DAN NERAKA ITU SEBENARNYA……?????, sesuai dengan keterangan dalam QS.HUUD :106-108 bahwa SURGA dan NERAKA ada LANGIT dan BUMI NYA.Sepertinya kita sudah bisa menebaknya sendiri tentang JAWABAN dari PERTANYAAN tersebut.

SURGA dan NERAKA adalah CERMINAN dari segala macam prbuatan/perilaku/tindakan/dan ucapan kita sehari hari yang berefek ke DIRI SENDIRI.

“ Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kamu berbuat jahat bagi dirimu sendiri’ ( QS.AL ISRAA : 5)

Sudah pasti TUHAN tidak mengambil KEUNTUNGAN maupun mendapati KERUGIAN akibat dari segala macam perbuatan/perilaku/tindakan dan ucapan kita sebagai MANUSIA
Masihkah kita berharap akan GANJARAN /BALASAN untuk mendapatkan SURGA terhadap segala amal ibadah yang telah kita jalankan selamaini…? Ataukah kita menjalankan IBADAH KARENA TAKUT AKAN MENDAPATKAN SIKSA NERAKA…?
Mungkin hanya satu kata yang PAS dan COCOK Yg ditujukan untuk Dia dalam segala macam IBADAH……..yaitu MENCARI DAN MENDAPATI RIDHONYA ALLAH SWT.
Bila ALLAH RIDHO kepada kita maka apalah arti SURGA dan NERAKA buat DIRI KITA.

WaALLAHU ALAM BISSAWAB.
Balas ke DianLaporkan

Kiriman 2
Sutrisno Nurhumaedi (Universitas Negeri Jakarta) menulispada 08 April 2009 jam 21:22
Bagaimana kalo kita tidak bisa menemukan Allah di dunia berarti kita tidak bisa menemukan Allah di akhirat, lah kalo kita tidak bisa membangun surga di bumi berarti kita tidak bisa membangun surga di akhirat?
Balas ke SutrisnoLaporkan

Kiriman 3
Indra Qomara menulispada 09 April 2009 jam 16:35
ehm
bagus sekali ilmunya
mudah2an yang membacanya dah mengetahui apa arti semuanya
amiennnnnnnnn
Balas ke IndraLaporkan

Kiriman 4
Indra Qomara menulispada 10 April 2009 jam 18:03
ehmmmmmmmmm
setujaaaaaaaa
Balas ke IndraLaporkan

Kiriman 5
1 balasan
Rukmo Baroto Boesono menulispada 11 April 2009 jam 1:41
Berarti Mas Dian ... sorga or Neraka bukan tempat yach, lebih cocok kalau kita bilang keadaan, karena setiap yg namanya tempat pasti terbatas atau ada Batasnya.
Balas ke RukmoLaporkan

Kiriman 6
Indra Qomara menulispada 11 April 2009 jam 17:19
maaf kang
janganlah kita berpikir dengan "AKALl" untuk mencari "SESUATU"
sebab "AKAL" juga merupakan barang "BARU"
termasuk juga "NERAKA" dan "SURGA" itu merupakan barang yang baru
malah ada pepatah orang tua dulu
"mata ngan saukur bisa nempo cangkangna, tapi hate jeung rasa bisa nempo eusina"
terim kasih
mudah2an ada manfaatnya
amien
Balas ke IndraLaporkan

Kiriman 7
Sutrisno Nurhumaedi (Universitas Negeri Jakarta) membalas kiriman Rukmopada 12 April 2009 jam 11:24
Surga adalah kenikmatan yang terasa ketika kita kembali kepada Allah dan neraka adalah penderitaan ketika kita jauh dari Allah. Kalau begitu, surga dan neraka bisa kita alami di sini tergantung dari jauh-dekatnya kita kepada Allah. Jika iman dikatakan sebagai suatu proses yang tiada henti, maka balasannya juga sebagai proses tiada henti. Semakin meningkat iman yang berarti semakin dekat kepada Allah, semakin dahsyat kenikmatan sorga yang terasa. kapankah kenikmatan syurga yang paling dahsyat itu? nanti ketika para ahli surga diberi kesempatan melihat Allah, maka seketika itu juga, kenikmatan surga yang sering dibicarakan banyak orang akan lenyap tak berarti tertutupi kenikmatan melihat Allah.
Balas ke SutrisnoLaporkan

Kiriman 8
Zainal Abidin A menulispada 13 April 2009 jam 8:33
maap om mao tanya....apakah surga dan neraka adalah sebuah tempat?jika ya berarti keduanya berada dalam ruang dan waktu?jika ada waktu,berarti ada istilah mempunyai sebuah "awal",sesuatu yang mempunyai awal,pasti mempunyai akhir,itu lah hukum TUHAN...lalu apakah di surga dan neraka kita menjadi kekal kalau ada ruang dan waktu didalamnya...?ada orang bilang kita akan kekal di surga jika kita mempunyai amal yang banyak...bukankah itu berarti Tuhan melanggar hukumNya sendiri,karena cepat atau lambat surga itu akan berakhir,karena mempunyai awal...menurut teman2 gimana?maap saya kurang tau banyak tentang pemahaman seperti ini..
Balas ke ZainalLaporkan

Kiriman 9
Nanang Supriatna membalas kiriman Dianpada 16 April 2009 jam 17:03
menurut saya mungkin syurga atau neraka hanya proses pendewasaan dalam beragama barangkali ya..?, ibarat anak kecil dibawah umur 7 tahun kalau disuruh mengerjakan sesuatu pasti harus diiming-imingi sesuatu atau ditakut-takuti dengan sesuatu pula karena anak itu belum mengerti benar tentang berbakti sama orang tuanya, tapi kalau orang yang sudah dewasa lihat orang tuanya cape pulang kerja buru-buru diambilkan air, atau anduk buat mandi karena merasa emang sudah kewajiban untuk berbakti kepada orang tuanya tanpa harus menghiraukan imbalannya, begitupun dalam beragama kita harus berproses menjadi dewasa, kita beribadah jangan sekali-kali berharap syurga atau takut sama neraka tapi kita beribadah semata-mata hanya karena Alloh.
ada satu do'a yang Indah yang diajarkan orang tua saya semenjak saya kecil " Ya Alloh hanya Engkaulah tujuan hidupku, keridloanMu yang aku harapkan, berilah hamba kemampuan untuk selalu mencintai dan makrifat kepadaMu", saya sama orang tua tidak pernah dianjurkan buat berdo'a menolak bala atau doa berharap banyak rejeki karena kata orang tua saya, kesenangan duniawi dan kesusahan duniawi dua-duanya sama-sama ujian kita jangan pernah untuk menolaknya atau mengharapkannya, kalau orang mau naek kelas atau menjadi dewasa harus melewati ujian....
Balas ke NanangLaporkan

Kiriman 10
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 16 April 2009 jam 21:16
Surga dan Neraka adalah jebakan terakhir sekaligus jebakan terbesar dalam perjalanan menuju Tuhan. begitu banyak orang yang berilmu dan beramal baik gugur di "Ujian Surga" karena merasa sudah enak di "Surga" lalu tidak meneruskan perjalanan menuju Tuhan. padahal Tuhan tidak berada di Surga dan Neraka.. lalu ngapain juga masuk Surga? mendingan teruskan perjalanan menuju Tuhan.
Dzat Tuhan maha Suci.. dia suci dari kebaikan dan keburukan, sehingga Dia pun suci dari keindahan Surga dan keburukan Neraka.
Balas ke GrahaLaporkan

Kiriman 11
1 balasan
Helmidar Darwis menulispada 02 Mei 2009 jam 0:23
menurutku surga dan neraka,tidak usah menunggu nanti kalau sudah mati. tapi surga dan neraka telah kita bawa2 tiap hari dalam kehidupan kita. karena itu dirasakan bagi kita yang masih Hidup!!
Balas ke HelmidarLaporkan

Kiriman 12
Dian Novriadi membalas kiriman Helmidarpada 02 Mei 2009 jam 10:43
iya Mba,anda benar.......
Balas ke DianLaporkan

Kiriman 13
Heru Wulandono menulispada 02 Mei 2009 jam 10:51
ikut nyimak ah...
adem nih rasanya....

nyumbang dikit yach? ... maaf kalo nggak berkenan...

trus apa hubungannya antara 'kebangkitan kita' setelah mati .., 'perhitungan amal' di dunia ini ... dengan surga dan neraka ...
trus apa 'bentuk kita' setelah 'dibangkitkan kembali'...?
(ini mah pertanyaan atuh ..bukan nyumbang ... he..he..he..)
monggo yg mau nyumbang ....
Balas ke HeruLaporkan

Kiriman 14
D Budi Prasetyo membalas kiriman Dianpada 02 Mei 2009 jam 12:44
Nikmat...MATA,LIDAH,PENDENGARAN,PENCIUMAN yang baru kita rasakan 1% di alam Kematian ini....msh menunggu 99 % di kehidupan ABADI...kembali pada individu yg bersangkutan mampu atau tidak meraih sisanya....
Balas ke D BudiLaporkan

Kiriman 15
Ganjar Gandoel Sukmawansyah menulispada 03 Mei 2009 jam 13:45
setuju ...
Balas ke GanjarLaporkan

Kiriman 16
1 balasan
Nuryadi Pramono menulispada 05 Mei 2009 jam 17:47
Sudah saatnya kita SADAR/ELING, bahwa kita sekarang ini sedang berpijak antara Surga dan Neraka. Bahwa kita terlalu sering keluar-masuk antara surga dan neraka.
Alangkah nikmatnya kalau kita bisa menSYUKURI keadaan kita saat ini, memposisikan hati kita untuk IKHLAS menerima Ujian dari NYA. Kalau hati IKHLAS...surga neraka sama2 enaknya, sama2 sebagai sarana kita untuk mengenalNYA.

u/ mas Heru:
Kata Kebangkitan itu sebenarnya menunjukan pada suatu keadaan bangkitnya Kesadaran diri akan siapa sebenarnya JIWA kita ini. Berasal dari manakah dan mau kemanakah setelah mati? Kalo kita buta didunia, maka buta pula diakhirat. Bukan mata lahir yg buta tapi mata batin yg buta.

Perhitungan amal itu sesuai dgn ayat yg mengatakan kebaikan sebesar jarah akan dibalas sebesar jarah, begitu juga sebaliknya. Perbuatan buruk sekecil apapun akan kembali kepada diri kita, itulah neraka. Dan perbuatan baik sebesar jarah akan dibalas sebesar jarah, itulah surga. Semuanya dirasakan didunia ini.

Saat ini adalah bentuk kehidupan Akhirat kita dimasa lalu. Klo kita masih mempunyai kebaikan/keburukan dimasa lalu yg blm terbayar, sekaranglah saatnya kita menuai perbuatan diri kita. Makanya, bentuk tubuh kita, dimana kita tinggal, dari siapa kita dilahirkan (takdir) sekarang ini adalah hasil usaha kita memperbaiki diri dimasa lalu. Masih untung gak jadi monyet, hehehehe....topiknya akan nyambung dengan topik REINKARNASI kali ya...!

monggo klo ada yg mau menambahkan?!
Balas ke NuryadiLaporkan

Kiriman 17
Miftahus Surur menulispada 05 Mei 2009 jam 22:13
assalamualaikum. wr wb

numpang nulis!

AllAh menciptakan mahkluk yang dibuat abadi ada 6:
1. ruh: dicip takan oleh Allah memiliki awal tapi tidak ada akhirnya ( baqo' bighoirih), abdinya ruh dicipyakan oleh Allah.

2. pendapatnya syaih abu hasan al as-'ari tulang ekor, misal pada orang hindu walau dibakar menurut pendapat tulang tulang ekor itu tidak akan hancur dan nanti pada awal bangkitnya manusia kembali ruh akan menclok disitu. ujud kita didunia ini dicetak oleh rahim, nanti pada saat kita dibangkitkan kembali ujud kita ada berupa anjing dll. sesuai dengan amal perbuatan kita masing.

3. surga

4. nikmat surga

5. neraka

6. siksa neraka.

7. arsy

kesemuanya itu dibuat abadi oleh Allah.

Allah itu keliatan benar2 bagi orang ahli suluk, gusti Allah itu tidak kelihatan bagi orang ahli hijab.

yang penting sekali lagi. seperti firman Allah pada hadis kudsi:
seandainya aku tidak menciptakan surga apkah kalian mennyembah ku,
seandainya aku tidak menciptakan neraka kalian akan berpaling dariku.
mari kita tanya pada diri kita mesing2 apakah kita beribadah hanya karna menginginkan surga!, ataukah kita hanya takut pada neraka!
karna sebenarnya kenikmatan yang hakekat/yang sebenarnya adalah ridonya Allah.
sampai2 ada suatu walinya Allah yang mengatakan saya lebih baik didalam neraka tapi diridoi oleah Allah. karna walau didalam neraka tapi diridoi oleh Allah tidak akan ada siksaan yang ada justru jenikmatan. contoh: malaikat malik walau dia didalam neraka tapi dia tidak merasakan dasyatnya neraka.

terima kasih udah di izinin nulis!

yang lebih lengkapnya mengenai ilmu tasauwuf coba ngaji kitab AL-HIKAM. ( kalau bisa jangan cuma baca terjamahannya tapi lebih baik ada gurunya dan tolong jangan setengah2 takut salah mengartikan)

monggo yang mau menambahkan?!

wassalamualaikum. wr. wb
Balas ke MiftahusLaporkan

Kiriman 18
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 06 Mei 2009 jam 0:01
@atas: bagaimana dengan kebaikan dan keburukan? bukankah kebaikan dan keburukan juga makhluk? jika hanya enam makhluk itu saja yang abadi, berarti ada titik dimana kebaikan dan keburukan tidak akan ada lagi? seingga semuanya akan kembali netral sebagaimana sebelum manusia diciptakan?
Balas ke GrahaLaporkan

Kiriman 19
Miftahus Surur menulispada 06 Mei 2009 jam 13:24
Assalamualaikum. wr. wb

terima kasih atas tanggapannya!

sekali lagi maaf atas ketidak tahun saya, tapi saya akan mencoba menjawab:
keterangan tentang kebaikan dan keburukan sangat lah panjang, tapi saya akan mencoba mengambil inti sarinya saja!

kebaikan dalam diri saya bukan karna saya melainkan kerna Allah, untuk Allah, dan sudah ditetapkan oleh Allah. karna tidak ada daya dan upaya selain dari pertolongan Allah.

keburukan dalam diri saya kerna keteledoran saya, tetapi semua itu takan terjadi tanpa kehendak dan maha menentukan nya ALLAH.

sepengetahuan saya berusaha berbuat baik, atau perbuatan buruk!
hanya ada di dunia dan nanti kita di akherat hanya akan merasakan perbuatan buruk kita dan perbuatan baik kita yang akan dibalas oleh ALLAH.
kadang yang kita anggap buruk, ternyata baik dimata ALLAH!
yang terpenting tugas kita adalah berusaha2 sedangkan hasilnya kita pasrahkan pada gusti ALLAH!
Balas ke MiftahusLaporkan

Kiriman 20
Dian Novriadi membalas kiriman M Saepulpada 07 Mei 2009 jam 10:47
bukan hanya matahari(yang mengandung API) saja ,mungkin juga tiga anasir lain seperti ANGIN,AIR dan BUMI) yang menjadi element penting di ALAM ini BISA JADI AKAN MENJADI NERAKA KELAKi
Balas ke DianLaporkan

Kiriman 21
Dian Novriadi membalas kiriman Nuryadipada 07 Mei 2009 jam 10:54
iya MAS, trims, itu juga yang BAGI percaya sama REINKARNASI,syukur2 kalo udah bisa "NYAMPE" kepada"NYA"
Balas ke DianLaporkan

Kiriman 22
Helmidar Darwis menulispada 07 Mei 2009 jam 11:46
kalau smuanya karena Allah..mendingn kita diam aja dirumah ,g usah ngapa2in,,karena semuanya sudah di berikan,cuma satu yang tidak diberikan yaitu HARAPAN....,ayo kita mencari.....
Balas ke HelmidarLaporkan

Kiriman 23
1 balasan
Nuryadi Pramono menulispada 07 Mei 2009 jam 16:22
Mas Dian...jangan syukur2 dong...keliatannya gak serius sih....
Berjuang lebih gigih lagi yooo...!
Balas ke NuryadiLaporkan

Kiriman 24
Zainal Abidin A menulispada 11 Mei 2009 jam 8:51
@MIftahus suhur:maap om...kalo nggak salah RUH itu tidak diciptakan..deh..di Al-quran pun disebut "ditiupkan"..maaf kalo salah..
Balas ke ZainalLaporkan

Kiriman 25
Dian Novriadi membalas kiriman Nuryadipada 11 Mei 2009 jam 15:34
he...he...he... MAS NUR.....menurut saya,arti dari syukur2 adalah sebuah pengharapan.
Balas ke DianLaporkan

Kiriman 26
3 balasan
Ahmad Nur Kholid menulispada 14 Mei 2009 jam 23:51
Kalau boleh nibrung dikit2 mau komentar saudara-saudara....

Pertama, Mas Dian berkata:
"SURGA dan NERAKA adalah sebuah PERUMPAMAAN yang Allah buat atau GAMBARAN-GAMBARAN sebagaimana yang telah tercantum dalam QS.AZZUMAR : 27 “ Sesungguhnya telah AKU buat kan bagi MANUSIA dalam AL-QUR’AN ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat PELAJARAN” dan dalam QS AR-RUM :28 “Dia(Allah) membuat perumpamaan untuk kamu dan dari diri mu sendiri”.

Saya berpendapat: Ayat ini pengertiannya, gambaran-gambaran tentang surga dan neraka yang disebutkan dalam Alquran menggunakan perumpamaan yang ada di sekitar kita yang indrawi ini seperti air yang mengalir dan sebagainya.... Tujuannya: agar kita memiliki gambaran tentang surga dan neraka untuk menambahkan keimanan kita.

Tetapi, "surga yang sesungguhnya" sebagaimana dijelaskan dalam hadis "maa laa 'ainun ra'at wa laa udzunun sami'at wa laa khatharun 'ala qalbi al-basyar" [Tidak seperti yang dilihat oleh mata; tidak seperti yang didengar oleh telinga; dan tidak seperti yang terbersit dalam hati ] sebab indahnya, tidak dapat dibayangkan.... Sebab memang kita belum pernah melihatnya sehingga tidak ada konsep [tashawwur] dalam pikiran kita.

Jadi saya berpendapat: surga dan neraka itu adalah benar adanya sebagaimana yang menjadi keyakinan mayoritas umat Islam; diajarkan Rasulullah, diajarkan para sahabat, diajarkan tabi'in, diajarkan para ulama-ulama besar; juga diajarkan guru-guru kita di kampung dan mushola tempat kita belajar ngaji mengenal huruf hijaiyah alif, ba', ta' dan seterusnya.

Kedua:
mengutip bahasa arab, baik dari Alquran, hadis atau pun yang lain rawan terjadi salah paham jika hanya dari terjemahan.
contohnya:
1. Thullaab al-Jaami’ah "al-masyhuurah" yaquumuuna bi al-mudzaaharah
2. Thullaab al-Jaami’ah "al-masyhuuruun" yaquumuuna bi al-mudzaaharah

Terjemahannya:
1. Mahasiswa perguruan tinggi "yang terkenal itu" sedang berdemonstrasi
2. Mahasiswa perguruan tinggi "yang terkenal itu" sedang berdemonstrasi

Kedua bentuk terjemahan ini adalah benar dan sah dalam kaedah gramatika bahasa indonesia. Akan tetapi, coba kita cermati kata “yang terkenal itu”. Apa atau siapa yang terkenal? Perguruan tinggikah atau mahasiswanya?

Dalam terjemahan tersebut, bahasa indonesia mensahkan “dua-dua-nya”. Padahal dalam bahasa asalnya sangat jelas sekali perbedaannya. Kalimat pertama, yang terkenal itu adalah perguruan tingginya. Kalimat kedua, yang terkenal itu adalah mahasiswanya.

Ini hanya salah satu kerawanan dalam terjemahan, banyak yang lain. Karena kerawanan itulah, alangkah bijaksananya jika disertakan tulisan aslinya dalam bahasa Arab biar dapat mencermati bersama-sama. Ini untuk menghindari dari anggapan suatu ayat multi tafsir, padahal sesungguhnya tidak demikian. Biasa-biasa saja. Seperti jika saya mengatakan “saya makan singkong”, maka pengertiannya ya demikian itu, bukan yang lain.

Wallahu a’lam bi showab
Terima kasih
Balas ke AhmadLaporkan

Kiriman 27
Dian Novriadi membalas kiriman Ahmadpada 15 Mei 2009 jam 19:36
YA...,ANDA BENAR PAK AHMAD...
Balas ke DianLaporkan

Kiriman 28
Nuryadi Pramono membalas kiriman Ahmadpada 16 Mei 2009 jam 14:03
Memang Surga yg dijadikan perumpamaan malah membuat manusia tersesat semakin jauh dari apa yg seharusnya dituju.

Tetapi konsep Surga yg sesungguhnya:
Tidak seperti yang dilihat oleh mata; tidak seperti yang didengar oleh telinga; dan tidak seperti yang terbersit dalam hati sebab indahnya, tidak dapat dibayangkan.... Sebab memang kita belum pernah melihatnya sehingga tidak ada konsep [tashawwur] dalam pikiran kita.

Ini Apa ?

Inilah saat kita menatap keindahan WAJAHNYA ! Tak bisa kita bayang !

Jadi KONSEP SURGA sebagai tempat dialam gaib yg penuh kenikmatan itu TIDAK ADA,
Yg ada ialah ILAIHI ROJI'UN, kembali kepadaNYA,
hanya DIA-lah SURGAKU sesungguhnya !
Balas ke NuryadiLaporkan

Kiriman 29
M Darwis Danopojo menulispada 16 Mei 2009 jam 14:43
"Jika Surga dan Neraka tak pernah ada, masihkah kau menyembah kepada Nya?"tanya grup Dewa.

Keindahan dan kebahagiaan menatap wajah Nya adalah balasan tertinggi bagi Hamba Nya yang menyerah diri secara total dengan penuh kecintaan.

melihat Nya hanya ditujukan bagi para penghuni Surga tertinggi (Orang2 terpilih dan para pengikut setia mereka)
Balas ke M DarwisLaporkan

Kiriman 30
1 balasan
Chandra Mata R menulispada 16 Mei 2009 jam 20:00
saya tinggal di jakarta, belum pernah kebandung, untuk mengetahui bandung kita bertanya kepada orang yang sudah pernah kebandung, setelah itu kita merasa seakan2 kita sudah ada gambaran tentang bandung, bandung sudah dalam alam pikiran kita, padahal itu hanya menurut orang lain,,,,,
• Forum Diskusi
• Tampilan Topik
• Mulai Topik Baru
Topik: HAKEKAT SURGA DAN NERAKA
Balas Topik Ini
Tampilkan 31 - 38 dari 38 kiriman dari 21 orang.
• Sebelumnya
• 1
• 2

Kiriman 31
Graha Phoenixfly Hutamawuri membalas kiriman Chandrapada 17 Mei 2009 jam 1:16
memang seperti itu adanya... soalnya anda membuat perumpamaannya: "karena sudah ada gambaran tentang bandung, bandung sudah dalam alam pikiran kita". kalau perumpamaannya seperti itu, sah-sah saja kalau Bandung sudah ada dalam alam pikiran anda.

Lain halnya kalau begini: anda bertanya pada orang yg pernah ke bandung, lalu hanya berdasarkan cerita si orang yang pernah ke bandung itu, anda mengaku-aku sudah pernah ke bandung pada orang lain...naaahh ini baru tipu-tipu namanya :)
Balas ke GrahaLaporkan

Kiriman 32
Kj Rasyid menulispada 17 Mei 2009 jam 1:34
jakarta ke bandung y?

setelah anda sampai di bandung,, meminjam istilah SSJ, dimana sih "bandung" itu? pada hakikatnya jg cuma sekumpulan rumah, jalan, alun2, dsb.
nah... "jakarta", dimana lokasinya??

toh itu cuma kesepakatan mns untuk memberikan penamaan saja.. heheh
Balas ke KjLaporkan

Kiriman 33
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 18 Mei 2009 jam 9:31
@ kj Rasyd : wutul! wutul skali! hehehe :)
Balas ke GrahaLaporkan

Kiriman 34
Muhammad Arif Darmawan (Universitas Gadjah Mada) menulispada 31 Mei 2009 jam 9:45
tapi kalau udah sampai Bandung, telpon saya ya, soalnya kan belon pernah ke sini (Bandung). Kan belon tahu jalan-jalannya........kalau sampai salah masuk jalan-jalan apalagi kalau pas malam hari bisa dikira maling....Kalau masuk ke rumah orang bisa digebukin orang.....Kalau belum tahu nama-nama jalan, posisi dan pernah ke Bandung perlu adanya orang yang membantu.

Meski nama jalan2 adalah kesepakatan, namun sebagai orang yang datang ke kota Bandung kan harus mau nyebut jalan Dipati Ukur itu DIpati Ukur, kalau tereak-tereak di tengah jalan njoged-njoged bilang, "Aku ndak suka ini disebut Jalan Dipati Ukur, ganti dengan Sultan Agung ?"...cuman ada dua kemungkinan...:
- Kalau ngga digebukin massa
- Dianggep edan......

Untuk pribadi/diri sendiri ngga masalah kalau kemudian setelah balek ke Jakarta dan nyebutin jl Dipatiukur itu Jalan Blekok Kesampar yang banyak angkot ngetem dan warung-warung.

Namun kalau menulis surat dengan jalan Blekok Kesampar, ngga akan sampai ke Jalan Dipati Ukur, soalnya kesepakatannya beda.....Meski hakekat dari jalan itu tahu, cuman jalan yang dilalui angkot, tempat mahasiswa UNPAD keluar masuk dsb. dikenal secara formal sbg Dipati Ukur. Dalam pikiran kita sebut sebagai Jalan Blekok Kesampar pun sah-sah aja...ngga ada yang melarang

Untuk bermasyarakat, memang perlu adanya kesepakatan-kesepakatan, meski secara hakekat sudah memahami......
Balas ke MuhammadLaporkan

Kiriman 35
Pengagum Gus Dur membalas kiriman Ahmadpada 06 Juni 2009 jam 13:09
saya sangat menghargai tulisan anda ini, tolong pengarahannya kitab apa yg harus saya pelajari untuk belajar gramtika bahasa arab....saya sangat tertarik untuk mempelajarinya
Balas ke PengagumLaporkan

Kiriman 36
Hary Pripun menulispada 06 Juni 2009 jam 23:02
semua yang diomomgin cuma suatu konsep yang digunakan untuk bahasa pergaulan..he3.. untuk pemahaman diri sendiri hukum dari semua dan sifatnya keharusan untuk diterima semua orang..adalah hukum perubahan..perubahan kenyataan yang sesuai konsep pikiran bisa dikatakan surga..sedangkan perubahan kenyataan yang tidak sesuai konsep pikiran bisa dikatakan neraka..ato bisa juga peringatan untuk anak kecil yang manis dikacih hadiah n yang nakal dikacih hukuman (cma peringatan untuk menakut-nakuti sebab keduanya kan tetap anak jadi pelaksanaanya???? tanda tanya)..ha3..salam berproses!!
Balas ke Hary Laporkan

Kiriman 37
Zainal Abidin A menulis10 jam yang lalu

surga itu ada ditelapak kaki ibu..ibu adalah orang tua kita..apakah yang diinjak oleh ibu....bumi...mmmhh berarti surga ada di bumi...wakwkwkwk...maap ngawur..trus nerakanya dimana?....(garuk2 kepala)...*bingung : mode on
Balas ke ZainalLaporkan

Kiriman 38
Anda menulis2 detik yang lalu
NERAKA atau SURGA aku tidak pernah peduli ada atau tidak ada, bagiku tidak penting, yang penting adalah sholatku pada Allah tidak pernah tergadaikan, kedua Imanku pada Allah selalu bertambah, yang terpenting aku selalu berjalan menuju Allah..... surga atau neraka itu adalah hak prerogatif Allah.... yang jelas itu adalah bahasa kiasan Allah dalam sebuah janji sucinya Dia.
Balas Kiriman Anda IniHapus KirimanSunting Kiriman
• Sebelumnya
• 1

DISKUSI : TASAWUF SHARING : MAKRIFAT LIBERAL 19.04