SELAMAT DATANG
Selamat datanf di lapak MAKRIFATBUSINESS untuk order bisa melalui marketipace Shopee Tokopedia Bukalapak Lazada dengan nama lapak makrifatbusiness atau order via WA 08123489038 email : imronpribadi1972@gmail.com

Cari Disini

Translate


Sabtu, 24 Oktober 2009

Usaha Mengenal Allah - 2

Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Kj13 jam yang lalu
Kiriman ke 64
Alquran, hadis, para imam, dan para 'arif mengajarkan relasi antara keimanan terhadap Allah ta'la dan ibadah sebagai berikut:
_________________________________________________________

Seorang pezina "yang beriman dengan benar terhadap rukun Iman yang enam" tetaplah mukmin tapi berdosa besar. Akan tetapi, jika ia menyatakan zina adalah halal, maka pernyataan tersebut dapat membawanya kepada kekafiran. Sebab Alquran sudah menyatakan dengan nyata bahwa zina itu haram, sehingga "penghalalnnya" atas zina tersebut adalah pengingkarannya atas sebagian ayat Alquran. Bukankah dalam rukun iman yang enam, salah satunya adalah beriman kepada kitab-kitab Allah? Dan beriman kepada Alquran adalah meyakini semua yang disebutkan dalam Alquran adalah haq (benar).

Sebagian saudara-saudara kita berlindung atas "argumentasi hakekat". "Bahasa" ada yang metafor dan ada yang tidak metafor. Jika saya berkata "saya makan roti" berarti pengertiannya adalah "makan roti", bukan makan singkong. Tentu "lutju" jika dipaksakan "enggak ah hakekatnya kamu makan singkong". Demikian juga yang terjadi dalam memahami bahasa Alquran atau hadis.

Karena itu, yang dimaksud "mengenal Allah" dalam konteks ini adalah "beriman yang benar" terhadap "iman kepada Allah" sebagai rukun iman yang pertama dari keenam rukun iman.

Karena itu, memang Allah Maha menerima tubat seorang hamba, termasuk dosa besar sekalipun, asalkan "dia tidak salah" dalam imannya yang enam itu. Kenapa? karena kesalahan terhadap "rukun iman" menyebabkan kekafiran. Maka, dia harus membenahi keyakinannya terlebih dahulu "menjadi keyakinan yang benar", membaca 2 kalimat syahadat, baru ia bertaubat atas dosa-dosanya.
___________________________________________________________
Terkait dengan keimanan kepada Allah (mengenal Allah), maka Allah telah menjelaskan bahwa diri-Nya "laitsa kamitslihi syaiun" atau mukhaalafatu lil hawaaditsi. Allah memiliki sifat-sifat wajib yang 20. Allah juga memiliki 99 dalam asmaa'ul husna.

Semua pernyataan yang menyalahi prinsip-prinsip tersebut berarti "salah", menentang apa yang telah "Allah jelaskan" mengenai diri-Nya. Tidak ada "akal" yang bisa menggambarkan dzat Allah ta'ala. Karenanya, kita harus mencukupkan diri dengan apa yang Allah kabarkan tentang diri-Nya tersebut, "jangan melebihi itu".

Kalau ada yang mengaku dapat "melihat" dzat Allah melalui pengalaman "spiritual" tertentu atau "bersatu" dengan Allah, mari kita uji kebenarannya. Semua Rasul diuji kebenarannya dari segala sisi, baik akal atau pun yang pengujian yang lainnya.

Konteks ini, "berbeda" dengan konteks "amaliyah". Karena itu boleh-boleh saja, seseorang dari pelaku maksiat, dia lalu bertobat. Saya setuju dengan itu.

Sebaliknya, justru jika ada seorang yang rajin "berdzikir", mendapat pengalaman spiritual, dan menyatakan sesuatu tentang Allah ta'ala yang menyalahi apa yang dijelaskan Allah dalam Alquran dan juga dijelaskan oleh Rasulullah, maka yang dikatakan itu adalah salah. Tetapi, berdzikirnya tidak lah salah, bahkan dianjurkan.

Kalau dia menyatakan "benar", maka menurut saya perlu "pembuktian terbalik" bahwa yang dikatakan tersebut benar. Jelaskanlah "kebenaran tersebut", biarkan menjadi milik semua orang untuk diuji dan dibuktikan.

Wallaahu a'lam bi showaab
Balas ke AhmadLaporkan

Kiriman 65
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Budi13 jam yang lalu
Mas Budi, jika boleh usul mungkin sebaiknya dalam diskusi ini mas budi hadirkan ayatnya langsung. Sehingga kita bisa mencermati pengertiannya bersama-sama. Syukur-syukur jika masih ada redaksi bahasa Arabnya. Karena terjemahan seringkali "mereduksi/mengurangi" makna atau bahkan dapat menyebabkan salah arti.

Kalau saya percaya dan iman terhadap kebenaran Alquran. Tetapi, pengertian ayat-ayat Alquran tidak dapat diambil "mentah-mentah". Alquran sendiri menjelaskan bahwa di dalamnya ada ayat mutasyaabihaat dan muhkamat.

Menurut saya kebenaran juga tidak akan bertentangan dengan "akal sehat", sebab "pemahaman" Alquran yang benar dihasilkan oleh "akal sehat".

Terima kasih
Balas ke AhmadLaporkan

Kiriman 66
Agung Budiman menulis18 jam yang lalu
Yang Mengenal Dirinya YAng Mengenal Tuhannya...
Balas ke AgungLaporkan

Kiriman 67
Bintang Bramandaru menulis12 jam yang lalu
saya pernah menganggap diri saya tak beragama....!!!!
itu dulu waktu remaja,karena masa remaja sya, saya anggap sgt berat.
tapi sya tidak bisa merasa tak berTuhan...hati saya yang menuntun untuk tetap merasakan bahwa manusia ada yang memelihara.hingga akhrnya saya menemukan syahadat yang selama ini saya harapkan untuk menentramkan jiwa yang saat itu benar2 hancur.

bukan kesmbngan tapi saya mau belajar dan mengheningkan tiap saudara2ku
di sini memberikan wejangan.trima kasih smuanya.

dan ini membuatku semakin merasa bahwa manusia tidak boleh membanggakan dirinya,karena tidak ada hal yang patut di bangga2kan.

dan saya smakin yakin proses yang di berikan yang maha kuasa dlm kehidupan kita.
Balas ke BintangLaporkan

Kiriman 68
Muhammad Iril membalas kiriman Ahmadsekitar sejam yang lalu
Allah tidak pernah menciptakan keburukan atau kejahatan dia hanya menciptakan kebaikan
Balas ke MuhammadLaporkan
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 Tanggapan:

Posting Komentar

Item Reviewed: Usaha Mengenal Allah - 2 Rating: 5 Reviewed By: M Imron Pribadi