SELAMAT DATANG
Selamat datanf di lapak MAKRIFATBUSINESS untuk order bisa melalui marketipace Shopee Tokopedia Bukalapak Lazada dengan nama lapak makrifatbusiness atau order via WA 08123489038 email : imronpribadi1972@gmail.com

Cari Disini

Translate


Sabtu, 24 Oktober 2009

Agamamu Agamaku

Topik: Agamamu agamaku
Balas Topik Ini
Tampilkan 1 - 30 dari 46 kiriman dari 20 orang.
• 1
• 2
• Selanjutnya

Kiriman 1
2 balasan
Eko Hary Purnomo menulispada 14 April 2009 jam 15:03
Didalam agama islam sekarang ini berlaku juga Agamamu agamaku.........
Benarkah ?
Balas ke EkoLaporkan

Kiriman 2
Alfitri Kelano menulispada 15 April 2009 jam 2:58
Ma'af yach kalau pendapat ku kurang berkenan , menurut saya yg di bilang Islam Dari Adam AS s/d Muhammad SAW, sebagai contoh semua agama diluar Islam kalau memperingati dgn tegas sesama teman/kawan/sahabat menggunakan telunjuk misal kan ... Awas ... kamu yach, itu bisa diartikan dengan petunjuk yg tersirat Tuhan hanya Satu (Esa), lalu kalau kita menyerah atau pasrah selalu mengangkat kedua tangan kita, yg berarti Tuhan maha Besar (Allah hu Akbar), mungkin ada rekan2 di forum ini yg punya pendapat lain
Balas ke AlfitriLaporkan

Kiriman 3
Marlon Pereira menulispada 19 April 2009 jam 17:47
semua berasal dari SUMBER YANG SATU
Balas ke MarlonLaporkan

Kiriman 4
Graha Phoenixfly Hutamawuri membalas kiriman Ekopada 19 April 2009 jam 23:43
klo di dalam agama islam jelas masih berlaku...
yang patut dipertanyakan adalah: apakah masih berlaku juga di kaum muslimin saat ini? ituuu mungkin yang udah luntur :D
Balas ke GrahaLaporkan

Kiriman 5
Eko Hary Purnomo menulispada 20 April 2009 jam 13:27
lailaha ilallah(ESA), allohu akbar(besar) itu jelas, sy tdk bermasud MEMAKI sesembahan mereka(diluar agama islam) ini pendidikan ahklakul karimah dari nabi Muhammad, memang semua ini adalah KEHENDAK ALLAH tapi hanya sebatas hasil dari usaha manusia, karena semua BERSUMBER DARI YANG SATU maka kita sebagai umat nabi Muhammad harus meneruskan perjuangannya meluruskan jalan kaum muslimin saat ini contohnya partai islam yang banyak, koruptor mayorita kaum muslim, aliran agama islam dengan syareat yang berbeda dll..........jangan berpangku kepada KUASA DAN KEHENDAK ALLAH sebelum berjuang hasilnya kita serahkan pada KUASA DAN KEHENDAKnya.....
Balas ke EkoLaporkan

Kiriman 6
Dian Sukmono menulispada 20 April 2009 jam 15:25
Perbedaan di agama merupakan rahmat .....singkapi dengan Ikhlas .... karena di dalam keberagaman agama .... terdapat seragamnya Tauhid ( Kemanunggalan) , tercermin dalam surah AL-IKHLAS.
Balas ke DianLaporkan

Kiriman 7
1 balasan
Marlon Pereira menulispada 20 April 2009 jam 17:55
wah mas eko begitu menggebu,peace...peace....
saya mau tanya niy emang sesembahan diluar islam apa gtu??karena saya masih kecil dan tidak tau apa2...
^ ^


menurut saya jangan terlalu berdebat di level syariat saja,karena rawan akan pertentangan, coba pikirkan dengan pikiran yang jernih berapa banyak orang yang menganggap dirinya yang paling benar merasa syariatnya paling benar, hingga harus membantai orang yang di luar pemahaman mereka.

kalo bicara syariat harus dengan kesadaran yang tinggi..

ya singkapi lah perbedaan dengan kebijakan,kebajikan dan cinta ksih..



Balas ke MarlonLaporkan

Kiriman 8
2 balasan
Nanang Supriatna membalas kiriman Marlonpada 21 April 2009 jam 2:59
Kalau bicaranya di level Syari'at sepertinya koq ya ga banyak perbedaan koq mas, contohnya :
si A bilang kenapa si B koq menyembah sesama manusia?
si B bilang kenapa si C koq menyembah patung?
si C bilang kenapa si A koq menyembah bangunan berbentuk kotak?

di ibaratkan orang yang menyombongkan buah kepunyaannya masing2, misal si A punya buah Mangga, si B punya buah jeruk, si C punya buah Pepaya, si D punya buah durian, masing2 saling menyombongkan buahnya bahwa paling enak paling manis paling banyak vitaminnya dan mencaci buah yang lain, padahal semuanya belum ada yang pernah mengupas kulitnya (kadang banyak yg sampai busuk buahnya padahal mereka belum sempat memakannya), jadi bagaimana bisa dia memakannya apalagi merasakan enaknya buah tersebut wong kupas kulitnya aja belum.

Syari'at itu kulitnya, Thariqat itu proses mengupasnya, hakikat itu memakannya dan Ma'rifat itu kesehatan karena vitaminnya sudah menyebar ke seluruh tubuh.

Jadi kebajikan, kebijakan dan cinta kasih adalah sebagian dari vitamin dari sebuah ajaran...Semoga kita bisa mersakan kesehatan jiwa karena kita telah mengupas, merasakan dan mencerna sebuah ajaran...
Balas ke NanangLaporkan

Kiriman 9
Eko Hary Purnomo menulispada 21 April 2009 jam 8:39
MEMAKI SSEMBAHAN MEREKA itu kan penbapat mas Dian Noviardi makanya sy tegaskan tdk bermaksud kesitu, kalau mas Marlon tanya ssembahan diluar islam tanya sama beliau dan jangan juga terlalu ikhlas(sehingga kita tidak berbuat apa2) menerima perbedaan(sdr.Dian) yang rawan ditunggangi perpecahan ........Menanggapi tulisan mas Nanang kepada marlon, ini sy setuju yang berarti kita kembali kepada pokok diskusi, bisakah kita melanjutkan perjuangan nabi Muhamma saw. untuk mengembalikan seluruh umat muslim kejalan yg lurus sesuai dengan hakikat AGAMA ISLAM itu(sdr.Nanang)
Balas ke EkoLaporkan

Kiriman 10
Marlon Pereira menulispada 21 April 2009 jam 20:43
ehm...

Kebenaran itu satu tapi orang bijak menyebutnya dengan banyak nama...

Allah / Brahman / Sanghyang, apapun orang menyebutnya itu adalah satu.
Balas ke MarlonLaporkan

Kiriman 11
1 balasan
Zohar Yudawisastra menulispada 22 April 2009 jam 3:28
Untukmu agamamu dan untukku agamaku!

harus dilihat secara lengkap keseluruhan surat 109
ini adalah sebuah pilihan dari sebuah kehendak bebas manusia. ini adalah dua keaadan yang tidak dapat bercampur. lebih dalam lagi ini adalah dialog manusia dengan dirinya sendiri mau memilih yang mana!jika ini adalah dialog antar personal, setiap personal dapat berpindah dari keadaan satu ke keadaan lainnya.

ada baiknya membaca :
http://atmoon.multiply.com/journal/item/118/Puncak-puncak_Evolusi_Kemakhlukan_tafsir_QS_109-114

Balas ke ZoharLaporkan

Kiriman 12
Zainal Abidin A menulispada 22 April 2009 jam 9:12

jalan menuju Tuhan,sama jumlahnya dengan jumlah makhlukNya....,jika ada yang merasa jalannya paling benar,segeralah minta MATI kepada ALLAH,buat apa lagi hidup didunia ini?lho kan didunia ini kita mncari jalan "PULANG"...
Balas ke ZainalLaporkan

Kiriman 13
Dian Sukmono membalas kiriman Nanangpada 22 April 2009 jam 9:40
Kajian mas nanang... dalam ...sudah menuju ke dalam diri.
Balas ke DianLaporkan

Kiriman 14
1 balasan
Dian Sukmono membalas kiriman Dianpada 22 April 2009 jam 11:44
Mas Novri....lucu juga nich..... itu mah .. tergantung perjalanan manusia mencapai keberadaan dirinya. untuk mencapai tingkat manusia aja susah mas.masih untung bisa reinkarnasi.... harapan semoga kita semua dapat pulang ke Dzat Maulana.Amin.
Balas ke DianLaporkan

Kiriman 15
Dian Novriadi membalas kiriman Dianpada 22 April 2009 jam 11:48
ANDA BENAR OM.........,tergantung perjalanan MANUSIA nya dan MENURUT saya gak ada yang susah, selagi mANUSIANYA itu mau berusaha Mencari dan belajar.
Balas ke DianLaporkan

Kiriman 16
Marlon Pereira menulispada 22 April 2009 jam 18:19
iya bener
Balas ke MarlonLaporkan

Kiriman 17
1 balasan
Putu Sastrawan menulispada 22 April 2009 jam 18:52
wow ! rupanya debat agama!
Balas ke PutuLaporkan

Kiriman 18
Nanang Supriatna membalas kiriman Putupada 23 April 2009 jam 0:06
maaf, agak lebih indah mungkin pengistilahannya "SHARING" Mas Putu, kita sama2 belajar saja lewat group ini di FB.
Balas ke NanangLaporkan

Kiriman 19
Eko Hary Purnomo membalas kiriman Zoharpada 23 April 2009 jam 8:34
Saya sudah baca blog ini mas...........Hmmmmm........mari berjuang
Balas ke EkoLaporkan

Kiriman 20
Eko Hary Purnomo menulispada 23 April 2009 jam 23:38
AGAMAMU AGAMAKU.....CARAMU CARAKU....bisakah dijadikan satu????????
Balas ke EkoLaporkan

Kiriman 21
Betza Aldyz menulispada 26 April 2009 jam 11:39
Agamaku..agamaku... Agamamu...agamamu...jk tujuan kita pd Rabb mk berjalanlah dg kaidah yg ada n sdh kita yakini....
hub baik dg sesama makhluk Allah tdk tergantung pd agama yg dianut masing2 person.... kita tdk bisa egosentris krn mmg bukan kewenangan kita menilai sesama makhluk Allah...
agama jg tdk utk diperdebatkan krn kita sendiri tetap belajar dlm agama masing2, ttp meski begitu kita bisa sharing dg orang2 yg sekaidah dg kita...jk kita mmg mampu beri saran...bukan cercaan...
Balas ke BetzaLaporkan

Kiriman 22
Sutrisno Nurhumaedi (Universitas Negeri Jakarta) menulispada 26 April 2009 jam 16:40
artinya ya TERSERAH SITU lah... tetapi apapun agama/cara beragama anda semua, yuk kita memegang teguh KALIMATIN SAWA..karena KEBENARAN itu cuma datang dari TUHAN, Tuhan yang mana? atau siapa nama-Nya? Tuhan yang NAMANYA belum disebut karena YANG NYEBUTNYA juga BELUM ADA
Balas ke SutrisnoLaporkan

Kiriman 23
Marlon Pereira menulispada 26 April 2009 jam 18:09
mas eko bukan berarti mencampur adukan juga, ya menjalankan menurut masing2 aja,
saya tidak menyebutkan semua nya sama/tidak sama .
tapi saya mengatakan semuanya bersumber dari yang satu.
supaya kita ngga merasa sok paling benar aja.
kita harus menghargai keyakinan orang lain.

ini kan ngebahas tentang syeikh siti jenar, ngapain kita berdebat syariat/agama.

kan udah tau sejarahnya syeikh siti jenar kya gmn kan??mending kita bahas itu aja
Balas ke MarlonLaporkan

Kiriman 24
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 26 April 2009 jam 18:51
agama hanyalah sekedar jalan. apakah hakikat jalan? jalan adalah tempat untuk menuju kepada suatu tujuan. jika sudah sampai pada tujuan yang dimaksud, apakah kita masih akan mengenang jalan yg sudah kita lewati? yang ada malah akan dilupakan karena bergembira telah sampai di tujuan.

apakah jalan itu hanya ada satu? tentu tidak

apakah untuk menuju ke suatu tujuan kita sangat perlu jalan? tentu iya. hanya saja tidak semua jalan adalah jalan beraspal yang ulus. ada yang suka melewati hutan belantara, ada yang suka lewat langit, ada yang suka berenang. yang penting dia tau arah yang dituju, maka mau pake jalan apapun no problem.

lalu kalo sudah merasa mengetahui sebuah jalan apakah sudah pasti akan sampai ke tujuan? belum tentu.. lha kalau di tengah jalan hanya duduk-duduk doang.. atau malah gak tau ke arah mana yang harus diambil (apakah ke arah depan atau arah belakang).. ya sama aja statis dan gak bakalan sampe tujuan.

apakah dengan memakai beberapa jalan akan sampai ke tujuan? itu tergantung.. kalo sanggup ya sampai.. kalo ngga sanggup yang ada bakalan cuma muter-muter aja.. :))
Balas ke GrahaLaporkan

Kiriman 25
1 balasan
Eko Hary Purnomo menulispada 27 April 2009 jam 20:56
Maksud saya begini mas Marlon dan temen yg lain.....mengenai syaikh siti jenar saya menulis di dinding, sedangkan di forum diskusi ini banyak juga judul2 diskusi dan sy mendiskusikan agamamu agamaku.

Harga mati buat saya(maaf ini hanya pendapat saya), bahwa jalan(AGAMA) yang benar dan lurus untuk dunia akherat hanya satu yaitu yang ISLAM.
sy ingin pendapat ......CARAMU CARAKU.....SYAREATMU SYAREATKU......yang menimbulkan pendapat saya menjadi AGAMAMU AGAMAKU dikalangan muslim ini dijadikan satu saja..sehingga tidak banyak JALAN ISLAM biar tidak muter-muter(mas graha)....persatuan dan kesatuan menuju yang satu.
Balas ke EkoLaporkan

Kiriman 26
Wahyudin Nur menulispada 30 April 2009 jam 11:13
kalau islam di artikan sebagai agama universal, islam ajaran damai dan ketundukan kepada Tuhan, siapa pun yg dalam pola hidupx kedamaian dan ketundukan kepada Tuhan adalah islam (dlm bahasa arab), walaupun ber ktp hindu, budha kristen, dll.. (secara hakiki mereka dalah muslim), dan agama bukanlah kebenaran hanya jalan menuju Al Haq, Kitab suci bukanlah kebenaran tetapi buku text menerangkan tentang kebenaran.., Jalan menuju Tuhan sebanyak nafas makhluk, perbedaan pandangan diakibatkan perbedaan kesaksian tentang Kebenaran, dari mana temen2 melihatNYa, seorang bijak/resi/nabi/wali/avatar melihat kebenaran dari dalam dan menyaksikan Kebenaran dari segala sisi...Semua adalah Kebenaran menurut sangkaan hambaKU
Balas ke WahyudinLaporkan

Kiriman 27
Helmidar Darwis membalas kiriman Ekopada 02 Mei 2009 jam 0:46
menutku,..kalau kita mau bertemu tuhan tidak rame2.tapi sendiri2,makanya ada hadis mengatakan: Barang siapa mengenal dirinyapasti mengenal Tuhannya..marilah kita sama2 belajar mengenal diri kita masing2. Akhirnya kita akan mengerti dan menghargai Hidup kita dalam kehidupan saat ini,.dan saya sangat yakin bahwa syeh Sitijenar sudah menemukan Hidup Sejatinya.bl bla
Balas ke HelmidarLaporkan

Kiriman 28
Heru Wulandono menulispada 02 Mei 2009 jam 10:20
(semua yg anda2 sampaikan adalah 'benar'... kenapa..? karena ...'benar' menurut 'siapa'... dan karena 'benar' di dunia fana (mati-red) ini relatif..
jadi kenapa mesti ada 'ini' dan 'itu' ... itu juga 'benar' ... kita semua masih ingat bahwa 'Tuhan sendiri' yg menciptakan kita dalam 'perbedaan' terutama perbedaan 'kemampuan'...yg jelas2 menyebabkan 'perbedaan' yg lain...artinya Tuhan sendiri 'menghendaki' perbedaan itu ... belum lagi kalo memaknai perbedaan 'waktu' dan 'ruang/tempat' ... jadi silahkan saja 'berbeda'... karena yg 'seharusnya' terjadi ... 'pasti' terjadi ... kita jalani 'hidup' ini dengan 'kearifan' yg kita miliki masing2... untuk 'memaknai perbedaan' ini... mari kita simak sama2 'semua' ini ...
mohon maaf atas keterbatasan kata2 ... krn kata2 manusia memang sangat terbatas untuk 'memahami dan memaknai' hidup ini...hanya Tuhan-lah yg 'mempunyai kata2 yg tak terbatas' ... kita sendiri 'mungkin' tidak mempunyai kata2 yg benar2 tepat untuk memaknai kata2 'persamaan' atau 'perbedaan' ... karena 'mungkin' semua itu 'sama' menurut Tuhan...)
yg jelas...di sini kan grup-nya SSJ... jadi mari kita simak ... 'lakum dinukum walyadin' menurut SSJ dan yg lainnya...(kalo ada ....
monggo mas dan mbak ... silahkan dilanjut....
Balas ke HeruLaporkan

Kiriman 29
Eko Hary Purnomo menulispada 08 Mei 2009 jam 21:55
(Qs:3)
103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.

105. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,
Balas ke EkoLaporkan

Kiriman 30
1 balasan
Eko Hary Purnomo menulispada 08 Mei 2009 jam 22:35
Dalam perjuangan penyatuan agamamu agamaku, Allah sudah memberikan peringatan akan adanya peghalang al.

(QS:30/32). Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.

(QS:2/170). Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".

(QS:9/67). Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. mereka Telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.
Balas ke EkoLaporkan

Kiriman 31
1 balasan
Helmidar Darwis membalas kiriman Ekopada 09 Mei 2009 jam 9:18
Kalau ada satu pasti ada dua..yanga namanya Maha sudah tidak bisa dibicarakan lagi,karena sudah tidak bisa dijangkau oleh akal pikiran kita sendiri,..dan kita harus ingat ...kalau tidak ada nenek moyang ,kita tidak akan ada saat ini,siapa bilang nenek moyang kita atau siapapun itu tidak mendapat petunjuk,merekalah yang lebih dahulu mendapat Petunjuk dari pada kita,marilah kita sama2 menghargai Nenek Moyang kita lebih dahulu dari pada Nenek moyang Orang lain...
Balas ke HelmidarLaporkan

Kiriman 32
Kj Rasyid menulispada 09 Mei 2009 jam 11:58
agama itu ibarat pakaian,, (bhs jawa; ageman) yg menutupi ketelanjangan diri dihadapan Gusti Allah...

kenapa Syekh Siti Jenar mengajarkan Islam dengan muatan lokal?? yg cenderung mengakomodir adat dan budaya masyarakat jawa (nusantara -red) waktu itu? inilah jawabannya... dan Beliau tdk mengajarkan dan bersyiar tentang agama ini dengan muatan timur-tengah/arab. tetapi hal ini tidak mengurangi esensi bahkan memperkaya khasanah agama Islam.

ageman/pakaian ini selayaknya seperti kita hendak "berpakaian" sewaktu hendak menghadiri acara undangan dari karib terkasih kita,, demi melihat dan menghormati sang tuan rumah, kita tentunya akan berpakaian lengkap dan serba bagus,, sebagai ujud dari sopan santun kita terhadap orang yg mengundang kita..

bila yg mengundang kita, adalah Gusti Allah, dimana lokasi acara itu berada di Padang Mahsyar, seperti apakah kita akan "berpakaian"? apakah baju kita yg compang-camping dan sekedarnya untuk menutupi "badan" yg akan kita kenakan?? tidak malukah kita menghadapNYA dengan pakaian seperti itu??

lantas pakaian seperti apakah yg selayaknya kita kenakan?? demi memuliakan dan menghormati SANG TUAN RUMAH??

inilah pakaian syariat, thariqat, hakikat dan ma'rifat...!!

*syariat seperti sepatu/alas kaki... dimana fungsinya sebagai landasan atau pijakan kita di dalam melangkah menyusuri kehidupan ini.
*thariqat adlah jalan/cara,, dilambangkan dengan celana/sarung,, dimana fungsinya adalah untuk menutupi kaki kita di dalam melangkah menempuh jalan ruhani.
*hakikat,, adalah pemahaman atas segala sesuatu ajaran yg bersumberkan dari Kalam Allah dalam Al Quran dan Hadits Kanjeng Nabi. letaknya pemahaman adalah di dalam hati, terbungkus oleh baju/jubah...
*makrifat,, adalah pengenalan diri terhadap Gusti Allah. pengenalan ini letaknya di kepala/otak sebagai lambang akal-fikir. dilambangkan dengan peci/sorban sebagai penutup kepala...

Nah, sekaranglah saatny kita mentafakuri hal ini, sudahkah kita mempersiapkan dan bergegas membenahi "pakaian/ageman" kita...

semoga!
Balas ke KjLaporkan

Kiriman 33
1 balasan
Muhammad Iril membalas kiriman Nanangpada 09 Mei 2009 jam 15:30
Assalamu alaikum ww
Sorry saya tidak sependapat dengan anda, kalo anda bilang syariat sebagai kulitnya, dan diandaikan sebagai buah berarti kalo kita sdh mengupasnya dan memakan isinya berarti kulitnya dibuang dong sama artinya syariat sdh tidak perlu lagi, padahal didalam al-qur'an dan sunnah (hadist) nabi sebagaian besar isinya mengenai syariat. dan sebagai orang yg beragama islam yang wajib dilaksanakan adalah syariat, sy belum mendapatkan dalil bahwa thariqat, hakikat, dan ma,rifat itu hal yg wajib, mohon sy ditunjukkan refensinya,
wassalam
Balas ke MuhammadLaporkan

Kiriman 34
1 balasan
Nuryadi Pramono menulispada 09 Mei 2009 jam 16:22
Ada buah yg dimakan isinya, kulitnya dibuang...?
Ada buah yg dimakan isi dan kulitnya...?
Ada buah yg gak bisa dimakan, dibuang semuanya...?

Itu dalilnya mas.....monggo KI !
Balas ke NuryadiLaporkan

Kiriman 35
1 balasan
Fajar Rubah Api membalas kiriman Ekopada 09 Mei 2009 jam 18:39
islam ga ada agama ga ada..
Balas ke FajarLaporkan

Kiriman 36
1 balasan
Nanang Supriatna membalas kiriman Muhammadpada 09 Mei 2009 jam 20:00
Wa'alaikumsalam WrWb,
saya juga minta maaf kalau analogi yang saya pakai barangkali menimbulkan ketidaknyamanan dihati Mas IM, cuma untuk analogi buah tersebut saya tidak bermaksud membadingkan Islam dengan buah secara harfiyah, saya cuma bermaksud menyindir diri sendiri "saya" yang kadang bicara Islam padahal belum tentu secara substansi saya sudah Islam, saya kadang berkoar Islam agama paling agung tapi betapa malunya di negeri yang mayoritas Islam ini korupsi yang katanya dilarang oleh syari'at Islam koq merajalela, intinya dibalik syari'at sempurna ini ada isi yang sudah seharusnya kita gali dan kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, Syari'at, thoriqat, Hakikat dan makrifat sebenarnya satu, buah mangga kalau tidak ada kulitnya pasti sudah terkontaminasi tapi buah tersebut bisa aman dimakan karena terlindungi oleh kulitnya tersebut, semoga kita semua tidak terjebak dalam melaksanakan syari'at tidak hanya untuk menggugurkan kewajiban semata, kalau mas sudah punya referensi syari'at ya itu juga sebenarnya referensi untuk thariqat, hakikat dan makrifat, karena keempat-empatnya sebenarnya satu tidak bisa terpisahkan, jujur aja untuk mengupas syari'at tidaklah gampang, sampai detik ini pun saya belum yakin kalau saya sudah jadi orang Islam (orang yang mampu berserah diri sepenuhnya), makanya kalo Mas IM tidak keberatan saya mau juga belajar sama mas tentang syariat. saya mau merasakan manis karena kita tidak bisa merasakan manis dari huruf "M.A.N.I.S" kita harus cari yang punya rasa manis terus kita cicipi. trim's Mas IM sudah mengingatkan saya semoga Allah mengampuni dosaku.
Balas ke NanangLaporkan

Kiriman 37
Muhammad Iril membalas kiriman Nanangpada 09 Mei 2009 jam 20:20
saya juga minta maaf kalo ada kata2 sy yg keliru maklum baru belajar mas, sy cuma takut orang2 yg belajar tasawuf jika sdh sampai pada tingkat tharikat, hakikat apalagi sampai ma'rifat sdh tidak mau lagi melaksanakan syariat krn katanya sdh menyatu dgn Allah, ini banyak terjadi disekeliling sy mas, tapi kalo mas NS bukan termasuk yang seperti itu mas. sekali lagi sy minta maaf dan terima kasih atas pencerahannya.
Balas ke MuhammadLaporkan

Kiriman 38
Kj Rasyid menulispada 09 Mei 2009 jam 20:54
sep! kita masuk ke dalam grup ini adalah karena ketertarikan kita kpd Kanjeng Syekh Siti Jenar,,, itu yg pertama.
entah tertarik karena "isi" ajaran beliau, ataukah tertarik karena "kesesatan" beliau! heheh
itu semua terserah saja,, toh ini adalah dunia maya.

mari kita diskusikan dengan kepala dan hati yg dingin, kalo ada yg tdk pas,, maklum saja-lah... toh kita semua punya background yg berbeda2 dan semata hanya mencari kebenaran hakiki diatas semua kebenaran yg diklaim manusia.

peace!
Balas ke KjLaporkan

Kiriman 39
Kj Rasyid membalas kiriman Nuryadipada 09 Mei 2009 jam 21:04
karena keadaan di alam sono emang tidak bisa diserupakan dan dibayang2kan dengan akal pikir manusia yg serba terbatas ini... maka untuk menuntun akal manusia itu dipakailah bahasa2 perumpamaan.

sebetulnya untuk menceritakan perihal kehidupan sesudah mati saja tidak akan bisa, karena susah untuk menggambarkannya ke alam akal pikir. karena ini bukan konsumsi akal, tetapi hati...

maka ada istilah2 utk menggambarkan syariat-thariqah-hakikat-ma'rifat dengan perumpamaan buah, pakaian dlsb.
Balas ke KjLaporkan

Kiriman 40
Eko Hary Purnomo membalas kiriman Helmidarpada 09 Mei 2009 jam 22:38
(QS:19/95.) Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.

TIDAK NGAJAK NENEK MOYANG

(QS:2/170.) Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".

DISINILAH ANDA BERADA (menurut pendapat saya)
Balas ke EkoLaporkan

Kiriman 41
Eko Hary Purnomo membalas kiriman Fajarpada 09 Mei 2009 jam 23:00
(QS:3/38.) Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".

inilah pertama kali agama(Islam) diturunkan kepada manusia pertama yang diciptakan....
Balas ke EkoLaporkan

Kiriman 42
Hary Pripun menulispada 10 Mei 2009 jam 0:28
Ajaran Syeh Siti Jenar adalah Melepas ke AKU an..tiada Inti..lalu apalagi? agama adalah hanya sebagai alat bukan segala2nya..orang menganut agama lebih karena kecocokan..
Balas ke Hary Laporkan

Kiriman 43
Hary Pripun menulispada 10 Mei 2009 jam 0:37
siti jenar mjawab dan sunan kalijogo bertanya ...
siapa kamu? Syeh siti jenar
Siapa Syeh siti Jenar? Aku
Siapa Aku? Tuhan
Siapa Tuhan? Syeh Siti Jenar
Siapa Syeh siti Jenar? Aku
Siapa Aku? Tuhan
Siapa Tuhan? Syeh Siti Jenar
Dst
n ga akan habis kalo yang bertanya ga berhenti..he3
Balas ke Hary Laporkan

Kiriman 44
Eko Hary Purnomo menulispada 10 Mei 2009 jam 22:02
(QS:21/92.) Sesungguhnya (agama Tauhid) Ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku.

(QS:23/52. ) Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku.

Mengapa kita tidak membuat kesamaan kepercayaan dan pokok-pokok Syari'at.
supaya tdk ada kesan agamamu agamaku dalam umat muslim...
Balas ke EkoLaporkan

Kiriman 45
Dian Sukmono menulispada 12 Mei 2009 jam 11:55
sebenernya ulasan Agamamu - Agamaku..... sudah ketemu kuncinya dech... koq malah muter - muter....seperti komedi puter????
Balas ke DianLaporkan

Kiriman 46
Marlon Pereira menulispada 14 Mei 2009 jam 18:56
iya ya dah ktemu kuncinya kok muter lg muter lg...
Balas ke MarlonLaporkan
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 Tanggapan:

Posting Komentar

Item Reviewed: Agamamu Agamaku Rating: 5 Reviewed By: M Imron Pribadi