Topik: SYAHADAT
Balas Topik Ini
Tampilkan 1 - 30 dari 72 kiriman dari 25 orang.
• 1
• 2
• 3
• Selanjutnya
Kiriman 1
2 balasan
Nanang Supriatna menulispada 15 April 2009 jam 14:34
Kita sebagai yang mengaku umat Islam tentunya Tahu tentang Rukun Islam, cuma yang aku mau coba tanyakan barangkali ada yang mengerti dan faham, sebenarnya Rukun Islam yang Pertama itu "Syahadat" atau "baca Syahadat", karena buat saya pengertian keduanya lumayan jauh, apakah dalam kata-kata "bersaksi" bisa sama dengan "percaya", tolong kalau ada yang mengerti dan memahami tentang Syahadat saya memohon untuk mengajarinya buat saya. karena saya merasa Pas menjadi Islam kalau merasa sudah bisa ber"Syahadat", Terimakasih.
Balas ke NanangLaporkan
Kiriman 2
2 balasan
Aby Berlianto menulispada 15 April 2009 jam 21:53
aku bersaksi pada dzatku sendiri..itu salah satu kutipan syahadat dari syeikh siti djenar...pemahaman syahadat sebenarnya ada dlm pengertian hidup yang agung,menyasikan jiwa dan raganya ke dalam awal kehidupan seorang manusia ketika diciptakan yaitu adanya Nur sang sukma dari alam Syir atau AlaM Sang Maulana Yang tidak ada keinginginan apa-apa..semoga pengertian ini dapat dipahami walau hanya sedikit,mohon maaf sebelumnya.terima kasih.
Balas ke AbyLaporkan
Kiriman 3
Nanang Supriatna membalas kiriman Abypada 16 April 2009 jam 13:59
Terima kasih walaupun sedikit, paling tidak bisa dijadikan satu pandangan baru tentang Syahadat buat saya, karena saat ini saya sedang menampung bermacam-macam pendapat tentang rukun Islam yeng pertama ini, tentunya nanti aku saring yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadits, karena 2 Pusaka ini rujukan Utama...., terimakasih Kang Aby...
Balas ke NanangLaporkan
Kiriman 4
Dian Novriadi membalas kiriman Abypada 16 April 2009 jam 15:14
Maaf Om Aby,PERSAKSIAN itu lebih berat, sebab harus dilihat dengan mata kepala (akmalul yaqin), jadi saya hanya mngingatkan sama Om , hati2 menafsirkan Syahadat SITI JENAR itu
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 5
1 balasan
Dian Novriadi membalas kiriman Nanangpada 16 April 2009 jam 15:31
dalam hukum dunianya kata kata saksi sering dipakai dalam persidangan, Saksi bisa Naik menjadi terdakwa bila kesaksiannya ternyata bohong, Syarat untuk menjadi saksi yaitu melihat runtutan kejadian, kapan,diamana,waktunya dan sebagainya, dalam PERSAKSIAN juga ada tingkatanya yaitu YAQIN, AINUL YAQIN ,HAQQUL YAQIN DAN AKMALUL YAQIN. PERSAKSIAN dalam hukium dunia mesti menggunakan mata kepala sedangkan dalam syahadat juga mesti menggunakan hal itu, yang MUTLAK BERSAKSI dalam SYAHADAT, hanya kanjeng Nabi MUHAMMAD WAKTU ISRA' MI'RAJ,BELIAU dengan badan wadagnya BERTEMU LANGSUNG DENGAN YANG MAHA KUASA ( berhadap-hadapan) di ARSY
setelah itu SYEH SYARIF HIDAYATULLAH bertemu dengan HAKEKAT MUHAMMAD ( JOHAR AWWAL),sedangkan kita sebagai umat nya apakah pantas mnggunakan kata SAKSI, padahal SAKSI itu bisa dimintai pertanggung jawabannya atas segala KESAKSIANNYA.DAN menurut saya KATA-KATA saksi itu mesti diganti dengan kata MENEKADKAN, KARENA dalam perjalannya kita sebagai kita sebagai umat MUHAMMAD hanya punya tekad dan niat untuk bertemu dengan ALLAH SWT.wallahu alam bissawab
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 6
1 balasan
Nanang Supriatna membalas kiriman Dianpada 16 April 2009 jam 16:47
Terima kasih kang Dian, saya yakin baik saya, kang Aby, Kang Dian bahkan Syeh Siti Jenar pun sama sama punya hak dan kewajiban yang diberikan Tuhan itu sama, jadi kalau anggaplah Syeh Siti Jenar sudah mampu bermusyahadah atau mencapai penyaksian jadi kenapa kita engga? kita pun harus punya niat dan tekad untuk mencapainya, mudah2an pandangan Kang Dian tentang Syahadat juga memberikan tambahan cara pandang saya terhadap Rukun Islam yang pertama itu.
Balas ke NanangLaporkan
Kiriman 7
1 balasan
Aby Berlianto menulispada 16 April 2009 jam 21:47
terimakasih kang Dian atas koreksinya...klo kita menatap kembali tentang Isra Miraj yang artinya Kenaikan Tingkat atau disebut juga pelepasan ketika Rassulallah BerTahanuts beliau menemukan Qallam IZaati atau mungkin disebut dengan Kata-Kata Dari DzatNYa Sendiri.maaf kang Dian ini hanya sedikit pengetahuan yang aby dapat.
Balas ke AbyLaporkan
Kiriman 8
Dian Novriadi membalas kiriman Abypada 17 April 2009 jam 14:19
sama-sama kang .....kita kan sedang sama-sama BELAJAR DI FB ini jadi saling terang dan menerangi,CAI NA HERANG, LAUKNA BENANG( AIRNYA BENING,IKANNYA DAPAT)
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 9
Khaisarina Andesit menulispada 24 April 2009 jam 13:27
Islam agama penutup, semua keyakinan yang pernah ada di bumi. dimulai dengan persaksian, sebagi bentuk pengakuan adanya Keagungan Tertinggi.
Balas ke KhaisarinaLaporkan
Kiriman 10
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 25 April 2009 jam 8:35
kita semua dulu sebelum dilahirkan ke bumi pernah kok bersaksi berhadap-hadapan dengan Tuhan. itulah persaksian awal. secara hakikatnya "semua orang" pernah bersyahadat langsung di hadapan yang disyahadatkan. hanya saja dulu syahadat kita hanya syahadat "starter pack" saja, tanpa tahu isi dalam "pack" itu
Nah sekarang ini kita tinggal disuruh mengulang lagi syahadat yang dulu dengan tambahan mempelajari isi "pack" dan membawanya di hadapan "Yang Disyahadatkan"
Balas ke GrahaLaporkan
Kiriman 11
Betza Aldyz menulispada 26 April 2009 jam 12:01
topik yg sangat menyentuh dg argumen yg dpt ditrm tp terus terang kadang tdk semua hal dpt kita logikakan krn kita 'hanya' makhluk Allah.....
Al-Qur'an n Hadist merupakan kunci jawaban dr semua permasalahan yg ada... sharing sesama umat merupakan jalan utk saling memahami...
Pak Dian, thx banget krn sdh dpt memjelaskan lebih rinci...saya jg ikut belajar...numpang dr topik Pak Nanang
Kita tdk dpt melakukan apapun tanpa kita menekadkan diri agar yakin dg pilihan kita.....
Balas ke BetzaLaporkan
Kiriman 12
Sutrisno Nurhumaedi (Universitas Negeri Jakarta) menulispada 26 April 2009 jam 16:26
Bersyahadat artinya siap membuktikan bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw itu utusan Allah. Bagaimana membuktikannya? berfikir, berkata dan berbuat untuk membuktikan bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw adalah utusan Allah. Fikiran dan hati tercermin dari perkataan dan perbuatan, semuanya itu menunjukkan identitas kita sebagai saksi/bukti bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw adalah utusan Allah. Setelah bersyahadat kita menjadi muslim, nah seluruh kehidupan muslim adalah bukti bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw adalah utusan Allah. Jika kehidupan hariannya tidak bisa membuktikan itu, namanya ngaku-ngaku telah bersyahadat padahal belum, ngaku-ngaku muslim padahal bukan.
Balas ke SutrisnoLaporkan
Kiriman 13
Sutrisno Nurhumaedi (Universitas Negeri Jakarta) menulispada 26 April 2009 jam 16:30
seperti mas nanang, saya juga sedang dalam perjalanan mencari makna syahadat, mau ikut? silahkan bergabung MENJADI MUSLIM apa adanya di http://www.new.facebook.com/home.php?ref=home#/group.php?gid=127552305787
Balas ke SutrisnoLaporkan
Kiriman 14
1 balasan
Mohamad Fitroh membalas kiriman Nanangpada 28 April 2009 jam 20:36
Ass,Wr,Wb. mengenai hal syahadat yg insya allah dalam sehari paling sedikit kita baca 10 kali bukan? "pengertian bersaksi bisa sama dengan percaya" kepahaman yg harus ada benar mendasar pada Undang-undang yang ada Qur'an-Hadist. Pemahaman diatas BERSAKSI disinipun harus PERCAYA sebab Syahadat yg kita baca minimal dlm sholat 5 wkt adalah satu SUMPAH / BAI'AT yg kita ucapakan kepada yang meiliki "DZAT" insya allah kita semua tidak ada keraguan dalam janji tersebut karena ini dilakukan secara lahir & bathin kita. Insya Allah kepahaman ini dpt lbh menguatkan kita sebagai umat islam amin.
Balas ke MohamadLaporkan
Kiriman 15
Nanang Supriatna membalas kiriman Mohamadpada 28 April 2009 jam 20:56
Wa'alaikumsalam Wr Wb, Trim Mas MF, semoga tingkatan percaya kita tentang adanya Allah Swt terus menerus meningkat dengan tambahnya pemahaman kita terhadap ikrar Syahadat, semoga yang kita Ikrarkan paling sedikitnya 10 kali dalam sehari semalam itu bukan cuma sekedar ikrar di mulut dan di hati saja tapi tercermin dengan prilaku kita juga.
Balas ke NanangLaporkan
Kiriman 16
Ayatullah Chumaenie menulispada 04 Mei 2009 jam 15:53
ass....pakabar sahabat ku semua. semoha berhala diatas berhala selalu memberkati kita semua amin. syahadat yang kemudian diaplikasikan itu ibarat dogma yang harus dilaksankan sebagai penyatuan diri kepada Nya...tapi klo hati kita kurang peka terhadap kalimat itu kira2 bagai mana ya???
Balas ke AyatullahLaporkan
Kiriman 17
Dian Novriadi menulispada 04 Mei 2009 jam 19:42
gimana ya....????? sepertinya cuma cukup diYAKINin aja deh....., gak usah sampe " YANG PEKA2" ..... 'KETINGGIAN" kaleee.... OM.....""""
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 18
1 balasan
Nuryadi Pramono menulispada 05 Mei 2009 jam 15:20
Klo cuma diYAKINin aja, namanya cuma omong doang...Buktikan dong kalo kita sbg muslim bisa bersyahadat seperti Rasululloh!
KIta kan diajarkan Sholat...bahwa sholat itu MI'RAJ nya orang Mukmin! itu bukan kalimat kiasan atau boongan...bahwa setiap mukmin bisa berMi'raj seperti Rasul ! jadinya keyakinan itu bukan sekedar dimulut doang!
Balas ke NuryadiLaporkan
Kiriman 19
Dian Novriadi membalas kiriman Nuryadipada 07 Mei 2009 jam 10:51
NAH.......,N'TU Dia tuch.......????,MESTI sampai pada AKMALUL YAKIN, jangan cuma YAKIN DOANG, sebab SYAHADAT itu tidak kenal jenis kelamin,mau laki mau perempuan sama aja bacaannya, n'tu-n'tu juga.
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 20
Kj Rasyid menulispada 07 Mei 2009 jam 15:10
ikutan kang... =)
kalau di alam ruh, kita telah "bersyahadat" mempersaksikan bahwa Allah adalah Tuhan sesembahan kita,,
kemudian sewaktu di alam dunia ini, kita hidup adalah untuk "beribadah" kepadaNYA. beribadah ini konteksnya adalah "mempersaksikan" juga...
lantas setelah masuk ke alam barzakh,, pertama2 yg ditanyakan oleh malaikat Mungkar-Nakir adalah tentang "kesaksian" itu...
bila sekarang kita berada di alam dunia ini dan telah menyadari tugas kita adalah dalam rangka mencari hakikat syahadat itu, bagaimanakah kualitas syahadat kita??
asyhadu... "aku bersaksi..."
siapakah "aku"? sudahkah kita mengenal ke-aku-an kita sendiri?? bukankah sesiapapun yg bisa mengenal diri dia akan mengenal Tuhannya?? ataukah "aku"-nya diri masih menghijab demi untuk mengenal "Aku" semesta ini?? siapakah "aku" yang bersaksi itu??
salam.
Balas ke KjLaporkan
Kiriman 21
Nuryadi Pramono menulispada 07 Mei 2009 jam 16:19
"Aku bersaksi atas Dzatku Pribadi", itu kata kanjeng Syech Siti Jenar Ki....
Saya rasa Ki Rasyid sudah memahaminya.....iya Ki?
Balas ke NuryadiLaporkan
Kiriman 22
Kj Rasyid menulispada 07 Mei 2009 jam 17:20
waaah,,, amiin! nyuwun pangestunipun kang...
hehehe
Balas ke KjLaporkan
Kiriman 23
Kj Rasyid menulispada 07 Mei 2009 jam 21:03
sedikit menambahkan,,,
kesejatian dalam makna persaksian ini sering disebut dg istilah syahadat-jati. tetapi apalah arti sebuah nama tanpa pengejawantahan dalam laku kehidupan?? ini bukanlah semata2 kefasihan kita dalam mengucapkannya...
tetapi juga di ruang pembicaraan terbuka, tidaklah memungkinkan untuk membeber semua kandungan maknanya.
karena tidak semua tingkatan manusia akan bisa memahaminya,,
jalan satu2nya adalah bersegeralah untuk bergegas mencarinya, karena jalan2 yg membentang sangatlah luas,,
semoga kita dimudahkan didalam pencarian itu,, amin.
Balas ke KjLaporkan
Kiriman 24
Ayatullah Chumaenie menulispada 08 Mei 2009 jam 0:26
Amin2 Kj Rasyid. semoga sang maha dewa selalu memberi leluasa ingpikir kita, saya dan sahabat2 ku semua. "alfikru bayna aqli wannafsu" nafsu saya ini kadang mendominasi qulbu, sementara gemerlap dunia selalu membuat hati saya menjadi matematika dan terlintas di otak mempengaruhi laku kita, jangan kan wirai, untuk berkholwat saja malas... gimana nih kira2 supa bisa melakukan sejatining syahadat dan supaya bisa melewati jalan yg katanya luas itu???
Balas ke AyatullahLaporkan
Kiriman 25
Ayatullah Chumaenie menulispada 08 Mei 2009 jam 0:42
klo mas Nur kang Dian kira2 ketika melihat problem seperti itu giman cara merefleksikannya???
Balas ke AyatullahLaporkan
Kiriman 26
Aby Berlianto menulispada 08 Mei 2009 jam 7:17
maaf sebelumnya,mau ikut gabung
kematianku adalah kehidupanku,kehidupanku adalah kehidupanku...
agama adalah sosial politik budaya dan seluruh etika kehidupan..agama adalah karya maha indah dari manusia menuju insan yang memahami diri manusia masing2...agama rasanya sama seperti bersenggama(maaf)
ketentuan Sang Maha Kuasa Hidup adalah hukum keadilan dan hukum alam...
keyakinan seseorang terhadap agama masing2 kita hormati
Semoga Berkah Rahmat Selamat...AgungNya Sang Maha Hidup Yang Menghidupi Alam Jagat Raya Dg Segala Isi dan KuasaNya..
Balas ke AbyLaporkan
Kiriman 27
Kj Rasyid menulispada 08 Mei 2009 jam 8:29
Syahadat Tauhid dan Syahadat keRasulan...
sering disebut juga dengan Syahadatain,,
kalau di zaman sekarang ini bila kita menanyakan kepada semua orang beragama (Islam) apakah mereka mempercayai bahwa Gusti Allah adalah Tuhannya? tentu semuanya akan bilang bahwa mereka mengimankan dan mempersaksikannya bukan? tetapi pada saat mereka ditanyakan tentang kerasulan Muhammad,, apakah jawaban mereka sama juga? maaf konteks ini sengaja sy tekankan untuk menemukan kesejatian persaksian kita...
bila kita mengaku cinta Rasul,, kecenderungan kita adalah hanya mau bertemankan dengan orang2 yg seiman dan memandang orang lain diluar/berbeda keyakinannya dengan sebutan kafir,,
bila kita mengaku cinta Allah,, bukankah semua makhluk adalah ciptaanNYA? bukankah semua manusia adalah bersaudara karena berTuhankan yg sama? bahkan dengan sesama manusia yg seiman saja, mereka masih banyak yg berantem sendiri2...
jadi pengakuan/persaksian seperti apakah itu?
bagaimana mau menemukan kesejatian syahadat, bila kita masih saja ditelikung dogma2 yg menghijab itu?
bila Nabi Muhammad, mempunyai misi kerasulan sampai akhir zaman, sementara usia beliau di dunia ini hanya 63 tahun... pernahkah kita mengetahui dimanakah tongkat kepemimpinan beliau itu berada di zaman sekarang? mungkin wacana ini bisa menjadi jawaban atas centang-perenang umat Islam di zaman akhir ini. mereka tidak mempunyai sosok pemimpin yang mampu mengimami dengan level kualifikasi seperti Kanjeng Nabi...
saya rasa uraian diatas cukuplah menjadi petunjuk bagi yg hendak menemukan kesejatian syahadat kita...
wallahu ta'ala a'lam...
Balas ke KjLaporkan
Kiriman 28
Misbahul Ulum menulispada 08 Mei 2009 jam 15:13
SUBHANALLAH...
aku percaya...
aku bersaksi...
aku beriktikad...
SUBHANALLAH...
tak ada tanya...
tak ada kata...
tak ada ikrar...
SUBHANALLAH...
Matur Sembah Nuwun semuanya...
Balas ke MisbahulLaporkan
Kiriman 29
Dian Novriadi menulispada 08 Mei 2009 jam 19:06
kalo kita ingin BENER2 MENYAKSIKAN(MUSYAHADAH) terhadap ALLAH SWT semesti mesti disaksikan dengan mata kepala sendiri,bukan apa kata KITA,APA KATA ORANG DAN APA KATA KYAI... dan berusaha mencari ILMUnya supaya dapat benar2 "MENYAKSIKAN" di JOHAR AWWAL ("HAKEKAT" ALLAH DAN MUHAMMAD), TERUS terang, saya memeluk AGAMA ISLAM karena faktor TURUNAN orang tua saya kebetulan memeluk ISLAM alias ISLAM WARISAN, dan saya mesti berusaha MENCARI dan belajar tentang HAKEKAT makna PERSAKSIAN,bukan hanya cukup di yakini dan apa kata "PETUNJUK" .WALLAHU ALAM BISSAWAB
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 30
Budi Santoso menulispada 09 Mei 2009 jam 6:22
SALAMUALAIKUM …
Sebelumnya ijinkan saya untuk ikut di dalam forum ini.
Saya ingin sekali sharing dengan teman-teman di sini ….karena begitu saya membaca topik diskusi dan tulisan teman-teman di sini …….saya tergelitik untuk menyampaikan pengetahuan tentang “Shahadat” yang saya dapatkan dari Al-Quran …..terutama untuk menjawab pertanyaan mas Nanang Supriatna.
Maaf sebelumnya …….di sini saya tidak bermaksud sok pinter….samasekali tidak… tetapi dengan rendah hati saya ingin menyampaikan apa yang saya dapatkan dari Al-Quran kepada teman-teman di sini, insya Allah [Q.S. 18:24] ini menjadi berita gembira bagi teman-teman di sini.
PERTAMA-TAMA kita perlu sepakat dahulu bahwa semua yang ada di forum ini Percaya / Beriman dan taat kepada Kitab ALLAH (Al-Quran), karena apa yang akan saya sampaikan semuanya adalah kalimat-kalimat ALLAH di dalam AL-QURAN yang berkaitan dengan SHAHADAT. Saya tidak bisa menyampaikan ini hanya berdasarkan buah pikiran saya sendiri, karena jika itu saya lakukan maka saya menjadi orang yang zalim, yang berbicara menurut hawa nafsu saya sendiri, yang justru bisa menyesatkan atau menjauhkan teman-teman dari kebenaran [Q.S. 28:50; 4:27; 7:176; 19:59; 25:43; 30:29; 47:14], itu dilarang oleh Allah.
Oleh sebab itu, untuk meyakinkan teman-teman semua …kiranya teman-teman perlu mengambil AL-QURAN masing-masing kemudian membukanya ….tetapi sebelum membukanya …ucapkan dahulu “A’uzubilahiminasyaitanniradziim” …..[Q.S.16:98].
“SHAHADAT” …………
SHAHADAT atau SYAHADAH….bisa juga berarti PENGAKUAN atau KESAKSIAN atau IKRAR atau SUMPAH …tentang KEBERADAAN dan ke-ESA-an ALLAH.
Semua manusia (pengikut semua nabi ALLAH), baik itu pengikut Nuh, Ibrahim, Ismail, Luth, Daud, Musa, Isa, Muhammad, ….. (termasuk semua teman-teman yang ada di sini) sebenarnya ketika masih di dalam perut ibu masing-masing, pernah diminta Kesaksian oleh ALLAH. Ketika itu ALLAH bertanya kepada jiwa kita :
“Bukankah AKU ini Tuhanmu? “
….kemudian kita menjawab :
”Benar, dan kami menjadi Saksi”. ………coba baca [Q.S. 7:172]
MAKA, syahadah / kesaksian kita yang pertama kali di hadapan Allah adalah :
“LAA ILLAHA ILLA ALLAH”
TENTU sekali kita tidak ingat tentang kejadian itu, karena yang diminta kesaksian pada waktu itu bukanlah kita secara fisik, melainkan “jiwa” kita …coba perhatikan kata-demi-kata bunyi surah [7:172] bukankah yang diminta kesaksian adalah “jiwa” kita ???
Badan kita waktu itu belum terbentuk, apalagi otak kita sebagai alat untuk mengingat ketika itu belum terbentuk maka kita tidak bisa mengingat kejadian itu.
“Jiwa” inilah diri kita yang sebenar-benarnya, sedangkan badan kita hanyalah “wadah” dari jiwa kita, dengan menempati badan maka jiwa kita akan diujiNYA, akan dibawa kemana jiwa kita oleh badan kita itu selama di dunia nanti, sedangkan Allah telah mengijinkan Syaitan untuk menggoda semua manusia sampai Hari Kiamat [7:15; 15:37; 38:80] ).
Itulah sebabnya, perintah Allah yang pertama adalah IQRO’ !!! …Bacalah !!! [Q.S. 96:1] ….Iqro’ bismirabbikaladzikholaq …… ,,,Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan !!!
Kalau kita tidak baca (Al-Quran) pasti kita tidak akan tahu bahwa dahulu jiwa kita pernah berSaksi di hadapan Allah.
DIA Maha Penyayang kepada kita, DIA turunkan kita ke Dunia yang penuh cobaan ini kemudian DIA beri kita Buku Petunjuk supaya kita bisa kembali kepadaNYA. DIA telah menurunkan Al-Quran supaya kita tidak menyimpang dari relNYA …..dari FitrahNYA. Tetapi kalau Buku Petunjuk itu tidak pernah dipahami, hanya dijadikan pajangan saja, atau hanya ddijadikan Mas Kawin saja ……maka kita tidak akan tahu apa-apa.
Waktu terus berjalan …..dan tubuh kita di dalam perut ibu disempurnakanNYA [Q.S. 33:5] …. ditumbuhkanNYA …..kemudian dilahirkanNYA ke Dunia menjadi seorang bayi yang sehat …..bisa menangis ….. dan kemudian dibesarkanNYA menjadi anak-anak yang lucu ……kemudian dijadikanNYA bisa mengenal dan mengingat sekitarnya …. lalu kita diajari oleh orang-tua kita dan oleh guru-guru kita supaya kita pandai dan bisa mandiri….. dan ketika kita diajarkan tentang agama ….TIBA-TIBA kita sudah mendapatkan bahwa “Shahadah” itu telah berubah menjadi “dua kalimah Shahadah” yg bunyinya :
“ASYHADUALLA ILLAHA ILLAALLAH WA ASYHADUANNA MUHAMMADAARASULULLAH”
(Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah).
Kita telah diajarkan oleh pendahulu-pendahulu kita tentang Shahadah yang tidak sesuai lagi dengan “Shahadah dari ALLAH” … kita telah menyimpang dari Fitrah Allah” tanpa kita sadari, kita telah sembunyikan Shahadah dari Allah [Q.S. 2:140] yang dulu pernah kita IKRAR-kan di hadapan Allah.
Padahal, Fitrah Allah itu tidak pernah berubah [Q.S. 30:30], DIA telah menciptakan manusia dengan Fitrah itu.
Maka jika “shahadah” itu kemudian berubah menjadi “dua kalimah shahadah” …PASTI perubahan itu bukan dari ALLAH. DIA Maha Konsisten.
DI SINILAH SAYA BERMAKSUD MENGAJAK KEMBALI SEMUANYA DI SINI UNTUK KEMBALI KEPADA “FITRAH ALLAH”.
Dan informasi tentang bagaimana Fitrah Allah yang sesungguhnya hanya ada do KitabNYA, dan Kitabnya yang diturunkanNYA terakhir, yang Sempurna, Penuh Hikmah, Terperinci, Tidak Ada Keraguan, dan sebagai Perkataan (Hadist) Paling Baik dari Allah ……adalah AL-QURAN yang sama-sama sudah kita miliki.
Coba perhatikan ayat-ayat Al-Quran berikut ini :
(1) Di dalam Al-Quran Allah selalu mengajarkan kepada kita tentang Shahadah yaitu “Tidak ada Tuhan melainkan DIA” ….[Q.S. 3:18; 2:163; 2:255; 16:2; 20:8; 28:70; 28:88; 44:8; 3:2] ……”Laa illaha illa Allah”.
(2) Di dalam Al-Quran kita diberitahu bahwa nabi/rasul Allah itu banyak, ada Nuh, Ibrahim, Ismail, Luth, Musa, Isa dsb dan yg terakhir adalah nabi Muhammad [Q.S. 33:40]. Nabi-Nabi Allah itu satu-sama-lain tidak saling membeda-bedakan [Q.S. 2:285; 2:136; 3:84; 4:152], mereka semuanya sama ….sama-sama mengajak umatnya masing-masing untuk menyembah dan mengingat Allah saja. Maka kita sebagai umatnya seharusnya juga tidak membeda-bedakan para nabi Allah.
Tetapi di dalam kenyataan sekarang …..mengapa pengikut Al-Quran (Ahli Kitab Al-Quran) selalu menyebut nama Muhammad di samping Allah ketika berShahadah ? Lantas….dikemanakan nabi-nabi Allah yang lainnya ?? Ini kan sama saja dengan membeda-bedakan para nabi Allah, tidak adil bukan ?!!.
Jika kita konsisten dengan ayat-ayat di atas dan kita berlaku adil maka seharusnya kita sebutkan semua nama-nama nabi ketika kita berShahadah …maka tentu Shahadah kita akan panjang sekali …!!!
Oleh sebab itulah ALLAH mengajarkan kepada kita bahwa Shahadah itu hanyalah : “LAA ILLAHA ILLA ALLAH”, sesuai / konsisten dengan Shahadah yang kita ucapkan pertama kali.
Sebenarnya Allah menjadikan agama ini sesuatu yang tidak menyulitkan bagi kita [Q.S. 22:78] tetapi kadang-kadang manusia sendiri yang justru menyulitkan dirinya sendiri. Itulah sebabnya Allah menganjurkan kepada kita agar mengikuti agama Ibrahim yang lurus [Q.S. 22:78; 2:135; 6:161; 4:125; 3:85; 2:130]. Ibrahim itu tidak termasuk orang-orang yang musyrik. Maka Shahadah-nya Ibrahim tentu hanya : “Laa illaha illa Allah” saja. Dengan kata lain di sini Allah telah mengisyaratkan bahwa dengan menyebutkan nama lain disamping Allah ketika berShahadah sama dengan mengucapkan semacam kemusyrikan.
(3) Di dalam ayat ini [Q.S. 39:22] dipertanyakan, apakah orang-orang yang dibukakan hatinya untuk menerima agama Islam itu selalu mendapat Cahaya dari Allah ??? ….belum tentu !!! Mengapa ? …..karena …………ISLAM menurut Al-Quran adalah ajaran dari Allah tentang :
“Penyerahan Diri sepenuhnya Hanya kepada Allah Saja”.
Maka penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah ini harus konsisten dengan (tercermin pada) seluruh ibadah kita, terutama ke-SAKSI-an tentang ke-ESA-anNYA dan ketika kita MenyembahNYA (SHOLAT). Di sini kita tidak boleh menyebutkan nama-nama lain selain Allah saja.
Maka berdasarkan ayat-ayat Al-Quran, yang dimaksud dengan “Kafir” itu sebenarnya adalah jika seseorang telah menentang / ingkar terhadap ayat-ayat Allah.
Pengikut Muhammad yang ingkar terhadap isi Kitab yang diturunkan kepada Muhammad (Al-Quran) adalah kafir, pengikut Isa yang ingkar terhadap isi Kitab yang diturunkan kepada Isa adalah kafir, begitu juga pengikut Musa, Daud, dsb.
Salah satu ciri orang beriman adalah yang khusuk dalam Sholatnya [Q.S. 23:2]. Sholat menurut Al-Quran adalah “menyembah dan mengingat” Allah saja [Q.S. 20:14], maka bagi mereka yang sholatnya tidak mengingat kepada Allah saja (artinya didalam sholat juga menyebutkan nama-nama lain selain Allah) maka sholatnya tidak khusuk, karena berarti ‘menyembah’ nama-nama lain itu juga.
(4) Di dalam surah [Q.S. 63:1] disebutkan, bahwa orang-orang yang mengucapkan “shahadah kedua” adalah orang-orang munafik, mereka berkata kepada Rasul : “kami mengakui bahwa sesungguhnya engkau benar-2 rasul Allah” (wa’asyhadu anna rasulullah).
Mereka menjadikan sumpah mereka (dua kalimah shahadah) itu sebagai perisai, lalu dengan itu mereka menghalangi banyak manusia dari jalan Allah [Q.S. 63:2], anak-anak diajarkan dengan sumpah ‘dua kalimah shahadah’, orang-orang mualaf juga diajarkan dengan sumpah seperti itu, sumpah seperti itu menjadi alat penipu diantara manusia [Q.S. 16:92] maka jadilah “kebanyakan” manusia di muka Bumi ini tidak berada di jalan yang lurus, dan kalau kita mengikuti kebanyakan manusia di muka Bumi ini mereka justru menyesatkan dari jalan Allah [Q.S. 6:116]. Jumlah mereka jauh lebih banyak. Bagi orang-orang yang beragamanya hanya ikut-ikutan akan mengganggap bahwa dengan jumlah yang lebih banyak itu mereka merasa “dipihak yang benar”, padahal dengan jumlah lebih banyak itu Allah hanya hendak menguji [Q.S. 16:92].
(5) Ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi [33:7; 3:81], terutama ayat [3:81] tegas-tegas dinyatakan bahwa yang bersaksi ketika itu adalah Allah dan para nabi itu sendiri, Mari kita lihat ayat [3:81] sbb :
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui." Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu."
Kita yang hidup sekarang ini tidak pernah menyaksikan peristiwa itu, tetapi mengapa selalu dikatakan “dan kami bersaksi bahwa …..”
Jika tidak pernah menyaksikan kemudian bilang ‘kami bersaksi’ …apakah itu bukan suatu dusta / kemunafikan ??? Kita tidak usah mengatakan seperti itu Allah sudah tahu …. [Q.S. 63:1].
ISLAM ITU SEBENARNYA SEDERHANA / MUDAH, TETAPI MANUSIA SENDIRI YANG MEMPERSULIT DENGAN MENGADA-ADAKAN SESUATU YANG TIDAK ADA DI AL-QURAN.
Banyak sekali pengingkaran terhadap Al-Quran yang dilakukan oleh manusia, sampai-sampai “Rasul” mengeluh kepada Allah :
“Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan” [Q.S.25:30].
Tampilkan 31 - 60 dari 72 kiriman dari 25 orang.
• Sebelumnya
• 1
• 2
• 3
• Selanjutnya
Kiriman 31
Budi Santoso menulispada 09 Mei 2009 jam 7:14
TENTANG ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD kaitannya dengan RAMADHAN.
Ijinkan saya untuk sharing lagi tentang perihal Isra' Mi'raj kaitannya dengan Bulan Ramadhan, yang akan saya sampaikan secara detail hanya berdasarkan ayat-ayat Al-Quran, yang menceritakan tentang kejadiannya menit-demi-menit diturunkanNYA Al-Quran .....
Insya Allah memberikan pencerahan..........
Ayat-ayat yang saya sebutkan bisa dibuktikan langsung dengan membuka/membaca Al-Quran masing-masing yang sudah ada di depan teman-teman .......
Ayat-ayat Al-Quran yang mendasari adalah :
(1) Kita diwajibkanNYA berpuasa dlm beberapa hari tertentu [2:183-184].
(2) Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkanNYA Al-Quran [2:185]
BERAPA jumlah beberapa hari yang tertentu itu ????
Dan di hari yg mana di dalam bulan Ramadhan Al-Quran itu diturunkan ??
Untuk menjawab pertanyaan di atas mari kita lihat surah Al-Qadr [97:1-5]
Surah Al-Qadr [97], jika Anda hitung dari ayat 1 s/d 5, maka Anda akan mendapatkan jumlah 'kata' (dalam bahasa arab) sebanyak 30 kata arab.
Kemudian kita lihat, kata "Lailat Al Qadr" ditulis di ayat 1, 2 dan 3 ..... atau sebanyak 3 kali.
Kemudian jika Anda hitung berapa jumlah huruf arab di dalam kata "Lailat Al Qadr" ...maka Anda akan mendapatkan jumlah 9 huruf arab.
MAKA.......... 3 x 9 = 27.
Apa maksud angka 27 itu ????
Sekarang coba Anda hitung .... 'kata' apakah yang berada pada urutan ke 27 ........dari 30 kata arab di surah [97] itu ....???
Jika Anda menghitungnya benar, maka Anda akan mendapatkan bahwa kata pada urutan ke 27 dari 30 kata arab di surah [97] itu adalah jatuh pada kata "ITU" ......atau Malam "ITU" .....atau Malam ke 27 "ITU" .....
INI MENGINFORMASIKAN bahwa, .....Lailat al-Qadr (Malam Kemuliaan) itu jatuh pada Malam ke 27.
MAKA ...jumlah 30 kata arab tadi sebenarnya menginformasikan bahwa jumlah hari di bulan Ramadhan adalah "tertentu" yaitu 30 hari (tidak boleh ditambah atau dikurangi 1 hari-pun).
BERIKUT INI ADALAH PERISTIWA PADA HARI "H" DITURUNKANNYA AL-QURAN.
Waktu terus berjalan .....maka PADA HARI KE 27 DI BULAN RAMADAN [Q.S. 97:1-5] TAHUN 13 SEBELUM HIJRAH, KETIKA LANGIT MULAI MERAH SENJA [Q.S 84:16] ....(pergantian hari menurut kalender Islam adalah pada saat Magrib), KEMUDIAN DATANG MALAM DAN APA-APA YANG DISELUBUNGI [Q.S. 84:17] DAN DENGAN BULAN APABILA SETELAH PURNAMA [Q.S. 84:18]...(jika Anda perhatikan Bulan ....pasti setelah Purnama), DIMANA PADA MALAM ITU TURUN MALAIKAT-MALAIKAT DAN MALAIKAT JIBRIL UNTUK MENGATUR SEGALA URUSAN [Q.S. 97:4] YAITU MEMBERKAHI SEKELILINGNYA [Q.S. 44:3; 17:1] ...(yaitu sekeliling Al-Masjidil Haram dimana ada Muhammad sedang tafakur didalamnya), MAKA DISEBUTLAH MALAM ITU SEBAGAI “MALAM KEMULIAAN” [Q.S. 97:1], YAITU MALAM YANG LEBIH BAIK DARI 1000 BULAN [Q.S. 97:3].....(ketika itu keadaan disekitar Al-Masjidil Haram sangat hening, damai, aman, tidak ada manusia yang mengusik keberadaan Muhammad di situ ....daerah itu "disterilkan"). MAKA KETIKA BINTANG-BINTANG MULAI TERBENAM [Q.S. 53:1] ...(yaitu menjelang Fajar), MUHAMMAD (hatinya / rohnya, bukan jasadnya) TELAH DIJEMPUT OLEH JIBRIL DI AL-MASJIDIL HARAM KETIKA SEDANG TAFAKUR/ZIKIR [2:200; 33:41], KEMUDIAN “DIPERJALANKAN” KE AL-MASJIDIL AQSHA [Q.S. 17:1], DAN DARI AL-MASJIDIL AQSHA “DIPERJALANKAN” LAGI MENEMBUS LAPISAN-LAPISAN LANGIT/DIMENSI [Q.S. 84:19] MENUJU KE SUATU TEMPAT DI UFUK YANG SANGAT TINGGI [Q.S. 53:7] YAITU DI SIDRATIL MUNTAHA YANG DI DEKATNYA ADA SYURGA TEMPAT TINGGAL [Q.S. 53:14,15] KEMUDIAN JIBRIL DENGAN WUJUD ASLINYA [Q.S. 53:6] SEMAKIN MENDEKAT KEPADA MUHAMMAD (Roh-nya) SAMPAI DALAM JARAK DUA UJUNG BUSUR ANAK PANAH [Q.S. 53:8-9], KEMUDIAN SETELAH SANGAT DEKAT, MAKA 1 (SATU) SET WAHYU ALLAH YANG DIBAWA OLEH JIBRIL (114 SURAH / 6.346 AYAT) DISAMPAIKAN / DITANAMKAN KE DALAM HATI / ROH MUHAMMAD [Q.S.2:97], HATI / ROH MUHAMMAD MENGAKUINYA / TIDAK MENDUSTAKANNYA [Q.S. 53:10-11]. DI SANA MUHAMMAD TELAH DIPERLIHATKAN TANDA-TANDA ALLAH YANG PALING BESAR [Q.S.53:18].
PERISTIWA ITU TERJADI DALAM WAKTU YANG SANGAT SINGKAT, YAITU MULAI DARI BINTANG-BINTANG TERBENAM [Q.S. 53:1] SAMPAI DENGAN TERBIT FAJAR [Q.S. 97:5]....(sekitar pukul 02:30 s/d 03:30 waktu setempat).
SETELAH AL-QURAN (1 SET) ITU DITANAMKAN DI DALAM ROH MUHAMMAD, KEMUDIAN MUHAMMAD DIKEMBALIKAN KEPADA JASADNYA.
SETELAH ITU BARULAH MUHAMMAD HARI-HARINYA MULAI MENGELUARKAN (MENURUNKAN) SATU-PERSATU, BERANGSUR-ANGSUR, BAGIAN-DEMI-BAGIAN DARI WAHYU-WAHYU ALLAH YANG BERADA DI DALAM DADANYA ITU [Q.S. 17:106; 6:23; 25:32] DENGAN BANTUAN JIBRIL [Q.S. 53:3; 75:16-19].
SETELAH MUHAMMAD DAPAT MENGUCAPKANNYA DENGAN TERATUR DAN BENAR, BARULAH WAHYU ITU MASUK KE DALAM INGATAN MUHAMMAD. SETELAH ITU, BARULAH MUHAMMAD DAPAT MENULISNYA DAN MEMBACAKANNYA SETIAP PAGI & PETANG KEPADA PARA SAHABATNYA [Q.S. 25:5].
MENGAPA SETIAP PAGI DAN PETANG ? KARENA SIANG HARI BELIAU BERDAGANG DI PASAR, BELIAU ADALAH SEORANG MANUSIA BIASA YANG JUGA MAKAN-MINUM DAN BERJALAN DI PASAR-PASAR [Q.S. 25:7,20].
APA YANG DIBACAKAN OLEH MUHAMMAD KEPADA PARA SAHABATNYA ITU BELIAU JUGA MEMINTA AGAR PARA SAHABATNYA MENULISKANNYA [Q.S. 25:5].
DALAM MEMBACAKAN KEPADA PARA SAHABATNYA ITU, MUHAMMAD DIGANGGU OLEH ORANG-ORANG KAFIR. ORANG-ORANG KAFIR ITU TELAH BERBUAT KEZALIMAN DAN DUSTA YANG BESAR DENGAN MENGATAKAN BAHWA APA YANG DIUCAPKAN OLEH MUHAMMAD KEPADA PARA SAHABATNYA ITU ADALAH KEBOHONGAN DAN DONGENGAN-DONGENGAN ORANG-ORANG DAHULU [Q.S. 25:4-5].
SETELAH MASUK KE DALAM INGATAN MUHAMMAD, MAKA SELAIN MEMBACAKANNYA KEPADA PARA SAHABATNYA, BELIAU JUGA MENULISNYA DENGAN TANGAN KANANNYA SENDIRI, DAN DALAM MENULIS TIDAK DIPERBOLEHKAN MERUBAHNYA SEDIKITPUN. KALAU MERUBAHNYA, MAKA MUHAMMAD DIANCAM OLEH ALLAH AKAN DIPEGANG TANGAN KANANNYA (... terjadi "step" / berhenti) DAN KEMUDIAN DIPUTUS URAT TALI JANTUNGNYA (.......serangan jantung) [Q.S. 69:44-46; 29:48].
JADI peristiwa Isra’ Mu’raj itu bukanlah peristiwa dimana Muhammad mendapat perintah sholat 5 waktu, (perintah sholat 5 waktu itu sudah ada sejak Ibrahim), melainkan adalah peristiwa diturunkanNYA AL-QURAN sebagai peringatan bagi Semesta Alam.
Oleh karena apa yang diturunkanNYA itu adalah sesuatu yang LUAR BIASA ….yaitu Perkataan (Hadist) paling baik dari ALLAH [39:23], maka bagi siapa yang ‘hadir’ di bulan itu (artinya, bagi siapa yang masih hidup dan menjumpai bulan Ramashan) hendaknya berpuasa [2:185].
Jadi berpuasa di bulan Ramadhan itu sebenarnya adalah rasa prihatin dan penghormatan kita terhadap diturunkanNYA Al-Quran (bukan bulan penghapusan dosa, dimana pintu Sorga di buka lebar-lebar, pintu neraka ditutup rapat-rapat, Syaitan dibelenggu …dsb …dsb……ini semua tidak ada di dalam Al-Quran). Ketahulilah bahwa Sorga saat ini sebenarnya ‘sudah ada’ tetapi letaknya bukan pada dimensi kita sekarang ini, melainkan pada dimensi/ufuk yang sangat tinggi [53:7,14,15], sedangkan Neraka saat ini belum diciptakanNYA. Coba Perhatikan bahasa Al-Quran pada kedua surah ini [81:13] dan [49:46] …………. Syurga “didekatkan” dan Neraka “dinampakkan”.
Walaupun ayat-ayatNYA terpencar-pencar saling berjauhan dan tidak berurutan tetapi Allah memberikan penjelasan [75:19] dengan sangat gamblang kepada saya tentang peristiwa diturunkanNYA Al-Quran melalui Muhammad ......
DIA membimbing kepada siapa-siapa yang dikehendakiNYA .....[24:35].
Jika ada yang tidak percaya dengan apa yang saya sampaikan ...tidak jadi soal, karena kita masing-masing akan mempertanggung-jawabkan apa yang telah kita lakukan sendiri dihapanan Allah. Tidak ada satupun orang yang nanti dapat membantu kita, kecuali Allah.
Salam
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 32
1 balasan
Nuryadi Pramono menulispada 09 Mei 2009 jam 15:57
@Budi Santoso
Trima kasih atas infonya ya mas....mudah2an Allah mengangkat Mas Budi menjadi orang yg BENAR2 menjadi SAKSI atas KEBENARAN ayat2 yg mas KUTIP diatas !
Balas ke NuryadiLaporkan
Kiriman 33
Dian Novriadi menulispada 09 Mei 2009 jam 19:05
.......................???????
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 34
Budi Santoso membalas kiriman Nuryadipada 09 Mei 2009 jam 20:51
.....insya Allah mas Nuryadi .....
Allah menolong orang-orang yang menolong agamaNYA ....[Q.S.22:40; 47:7]
Salam
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 35
1 balasan
Eko Hary Purnomo menulispada 10 Mei 2009 jam 0:00
ass wr wb.
Mohon maf ingin mengungkapkan dulu pendapat sy ttg ASYHADUALLA ILLAHA ILLALLAH
(QS:21/22.) Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.
(QS:23/91.) Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada Tuhan beserta-Nya, masing-masing Tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,
ini cukup untuk yakin dan terlihat oleh mata lahir tidak ada persaingan/konflik antar tuhan....
Balas ke EkoLaporkan
Kiriman 36
1 balasan
Budi Santoso membalas kiriman Ekopada 10 Mei 2009 jam 9:44
.....punten....
Anda benar sekali mas Eko.....
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 37
Eko Hary Purnomo membalas kiriman Budipada 10 Mei 2009 jam 21:56
Tims mas Budi salam kenal ya......
(QS:43/86. ) Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya).
Balas ke EkoLaporkan
Kiriman 38
Ayatullah Chumaenie menulispada 11 Mei 2009 jam 1:28
jika berkenan, tak ikut mampir sebentar
selamat sejahtera bagi sahabat ku semua. semoga maha dewa selalu memberikan kesejahteraan dan selalu memberkati kita semua.
seluas bumi dan takbertepinya langit tak akan bisa menampung ilmu Tuhan. sekuat apa pun kaki kursi yang terbuat dari kayu lambat laun akan patah. kejeniusan otak pun kadang terkena saraf. artinya kita harus selalu mengunakan menubar biar tak slah. klo dalam istilah program itu ada tool Cntr+A lalu difilter, kemudian kita memilih mana yg ngepas di hati (bukan dipas-paskan). apa lagi klo mendapatkan paradigma abslut, udah jelas-jelas bahwa laayukalifullahu nafsan illawusaha... klo Tuhan maha tahu semua laku kita kenapa kita musti mempersoalkan kesaksian orang toh, Tuhan yg tahu. semua kalimat yang manis nanindah tak akan berarti, pemahaman yang setumpuk, wacana yang melangit. klo tujuh latifah dalam diri kita masih belum tercontrol ya sama saja. ibarat burumg beo berkalimat tapi takpunya makna yang menyentuh...latifatulqolbi, latifatunnafsi dan latifah2 yg lain. nah dari situ saya handak bertanya nieh kepada para sahabat-sahabatku semua pantaskah klokita angkuh, pantaskah kita bersorban kemunafikan dan berbaju keegoan sedangkan tujuh latifah dalam diri kita masih ada keegoan syahadat?
jika berkenan, izinkan saya untuk ngombe wejangan yg sahabat suguhkan.
untuk sahabat ku semua, semoga Tuhan selalu meberkati. amiin.
Balas ke AyatullahLaporkan
Kiriman 39
Dian Novriadi menulispada 11 Mei 2009 jam 15:43
TARIMAKASIH AKANG-AKANG SADAYANA (SEMUANYA). saya mah PISSS aja DAHHHHH...????
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 40
1 balasan
Helmidar Darwis menulispada 11 Mei 2009 jam 22:59
kalau sahadat yang biasa di baca,ittukan ahadatnya nabi kpda Tuhannya...skarang sahadat kita sendiri bagaimana ???
Balas ke HelmidarLaporkan
Kiriman 41
2 balasan
Dian Novriadi membalas kiriman Helmidarpada 12 Mei 2009 jam 11:22
itu dia Mba....,??? PENYAKSIAN mesti disaksikan DIRI SENDIRI,bukan apa kata ini- apa kata itu dan bukan hanya cukup dengan meng- IMAN-i,SEBAB IMAN itu artinya PERCAYA/YAKIN,dan BAGAIMANA seandainya bila kita MENJADI SAKSI diDIPENGADILAN dan kita MENGAKU-NGAKU sebagai SAKSI padaHAL kita tidak MENYAKSIKAN SECARA LANGSUNG,bisa2 kita dituduh sebagai SAKSI PALSU,saya mencoba mengambil contoh dari hukum DUNIA (MELIHAT/MENYAKSIKAN LEBIH BAIK DARI PADA MENDENGAR)....... bukan begitu Mba....????
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 42
1 balasan
Nuryadi Pramono membalas kiriman Dianpada 12 Mei 2009 jam 13:18
TOP daah !
Yg memahami Al Quran secara Teksbook, monggo...
Yg memahami Al Quran secara Hakekat, silaken......
Tapi keduanya koq ga nyambung yah???
Dimana titik temunya???
Balas ke NuryadiLaporkan
Kiriman 43
1 balasan
M Djoko Susilo menulispada 12 Mei 2009 jam 13:22
maaf ikutan...
dari pada kita terlalu panjang lebar mending kita cermati aja kata2..
inalillahi wa innailaihi rojiun..
mungkin itu bisa membantu...
Balas ke M DjokoLaporkan
Kiriman 44
Nuryadi Pramono membalas kiriman M Djokopada 12 Mei 2009 jam 13:24
Kata2 bisa juga menjebak loh mas!
Balas ke NuryadiLaporkan
Kiriman 45
Kj Rasyid membalas kiriman Nuryadipada 12 Mei 2009 jam 18:47
kayakny emang dari dulu seperti itu deh mas...
istilahe gelutane guru tariqat karo guru kitab, heheh
kalo dicermati perjalanan ruhani SSJ, beliau berbaiat kepada beberapa guru tariqat,, jd grup diskusi ini seharusny melihat hal tersebut. bagi yg telah menempuh perjalanan ruhani, tentu akan mafhum dengan kisah2 yg terjadi dlm perjalanan beliau... tapi bagi yg belum mengenal "jalan" ini??
jd puncak syahadat seperti yg diajarkan SSJ adalah bukan instan! tidak akan bisa didapatkan hanya dengan adu argumen & hujjah,,, tetapi harus menempuh laku perjalanan ruhani seperti beliau! dan jg waliyullah lainnya...
salam!
Balas ke KjLaporkan
Kiriman 46
Muhammad Iril membalas kiriman Dianpada 13 Mei 2009 jam 0:32
Tidak semua yang kita percaya atau yakini bisa kita saksikan, cukup kita diberi tanda2 atau bukti2 nya saja.
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 47
Dian Novriadi menulispada 13 Mei 2009 jam 12:21
SETIAP KEYAKINAN MESTI DI UJI KEBENARANNYA....... APAKAH LANGIT,MEMANG BIRU ADANYA......??????,MENURUT SAYA ...PENDAPAT BAPAK2 BENAR SEMUA....,TERGANTUNG DARI SISI MANA KITA MELIHATNYA DAN SESUAI DENGAN ILMU YANG KITA MILIKI juga saya dapat mengetahui lebih dekat tentang pendapat semuanya dan menambah khasanah bagi pemikiran saya,tentunya MUDAH2N BERGUNA BUAT DIRI SAYA.Thanx semuanya.
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 48
1 balasan
Nuryadi Pramono menulispada 13 Mei 2009 jam 13:16
@ kj rasyid
Tul Ki....jadi harusnya ngomong alus apa blak-blakkan yah?
@Iril
kalau mas Iril sudah merasa cukup bersaksi pd tanda2 saja, ya..syukur alhamdulillah!
Tapi kalau kepingin HAQQUL YAKIN atau lebih, sehingga kalbu tak bolak2, Insya Allah...Dia pasti mengangkat MAs IRIL ketempat yg llebih tinggi lagi.
Balas ke NuryadiLaporkan
Kiriman 49
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 13 Mei 2009 jam 13:16
@mas dian, pembuktian hanyalah pelaksanaan wacana. mau dibuktikan boleh.. nggak juga silaken. yang paling penting kan wacananya itu. benar-salah itu hanya bumbu kok :)
Balas ke GrahaLaporkan
Kiriman 50
Kj Rasyid membalas kiriman Nuryadipada 13 Mei 2009 jam 13:46
nah, inilah tantangannya... yakni mencoba menemukan dua sisi yg sebenarny saling berkaitan,, tetapi malahan menjadi hijab dan pangkal perpecahan y?
kalo blak2an,, kasian bg yg belum paham sob!
kalo alus,, kykny pas-lah, sekalian mengasah pemahaman diri!
Balas ke KjLaporkan
Kiriman 51
1 balasan
Muhammad Iril menulispada 13 Mei 2009 jam 13:48
Mas-mas yg sdh nyampe ke HAQQUL YAKIN atau lebih sebaiknya diungkapkan masing2 lewat inboxlah jangan lewat forum ini krn kasihan orang yg baru belajar bisa tambah bingung.
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 52
MasTo Hebat menulispada 13 Mei 2009 jam 22:46
pelajaran biologi ya?
jgn marah,ini pendapat saya aja ko'..
ya itu pendapat dan keyakinan saya.
Balas ke MasToLaporkan
Kiriman 53
1 balasan
Ahmad Nur Kholid menulispada 14 Mei 2009 jam 22:21
Hmmmmm.............
Kok aneh-aneh ya.... maklum lah saya orang awam.... Tapi agama kan memang untuk semua kalangan, termasuk untuk orang awam. Untuk diajarkan buat semua orang. Dan tidak boleh ditutup-tutupi karena rasulullah pun tidak menyembunyikan ajarannya. Rasullah kan juga mengajarkan satu syariat? Bahkan nanti Nabi Isa 'alaihi salam akan menjalankan syariat yang dibawa Rasulullah. Kok bisa banyak begini ya......
Balas ke AhmadLaporkan
Kiriman 54
1 balasan
Muhammad Arif Darmawan menulispada 14 Mei 2009 jam 22:50
@ Ahmad Nur Kholid
Rasulullah konon (tolong dibenarkan ya saudara2ku) pernah ditanyai perihal Surga.
Kepada orang pertama Rasulullah mendeskripsikan Surga sebagai tempat yang indah dimana bisa makan sepuasnya, bisa minum khamer bahkan ditemanin bidadari yang molek2 dan menawan kalau digauli masih tetep perawan (Syaikh Puji aja suka masuk Surga beginian, apalagi Pakdhe Joyo)
Kepada orang kedua Rasulullah mendeskripsikan Surga sebagai suatu tempat yang tidak ada bangunan-bangunan, tidak ada ini dan itu dan yang ada hanyalah Wajah Illahi.....
Kedua kisah tersebut populer di kalangan ummat Islam, tapi kok belum ada yang woro-woro Nabu Muhammad itu PLIN-PLAN ya ? Apakah takut ama FPI ?Padahal jelas, Rasulullah menerangkan konsep Surga berbeda2 ?
Untuk masalah Surga, Rasulullah mengilustrasikan suatu bentuk kenikmatan yang tiada tara yang tiada bandingannya di dunia sehingga siapapun yang tidak terperdaya dunia dan tidak ngoyo ampe bunuh2an dengan saudara sendiri perihal urusan dunia AKAN MENDAPATKAN SORGA. Tentunya sebagai motivasi untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Bagi preman pasar, Rasulullah menerangkan bahwa di Surga bisa asyik masuk dengan bidadari yang molek2 seperti Pamela Anderson yang jumlahnya banyak (sukar deh dicari tandingannya di dunia).
Bagi seorang dgn pemahaman spiritual tertentu Rasulullah tidak mengutarakan hal-hal yang bersifat materiil namun lebih hakiki.....
KONSEP SURGA diutarakan bukan hanya bagi ummat Islam bahkan dalam dua tradisi Abrahamik sebelumnya, namun toh ilustrasinya beda antara satu dengan yang lain sesuai taraf pemahaman.
RASULULLAH-pun pernah berkata kepada para sahabat : "SHOLATLAH SEBAGAIMANA ENGKAU MELIHATKU SHOLAT" dan bukannya "SHOLATLAH SEBAGAIMANA AKU SHOLAT".
Meskipun tuntunan sholat itu sama, Rasulullah menyuruh kepada sahabat2 yang masing2 memiliki tataran keimanan dan keilmuwan beserta pemahaman yang berbeda beda. Sehingga bukan suatu hal yang mustahil apabila Ali bin Abi Thalib bisa melihat Rasulullah "munggah langit" sedangkan Pakdhe Joyo barangkali hanya melihat Rasulullah JENGKANG JENGKING...........
Meski tuntunan ibadah mahdloh itu sama, namun meresapinya berbeda-beda dan sering Rasulullah-pun memberikan doa yang berbeda2 untuk para sahabat. Abu Hurairah diberi Allahumma ba'id baini sedangkan Ali diberi Inni wajahtu untuk doa iftitah.
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 55
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 15 Mei 2009 jam 9:03
Pakdhe Joyo ki sopo mas? Pakdhenya Sampeyan ya..xixixixixi.. sorry OOT ^_^
Balas ke GrahaLaporkan
Kiriman 56
Muhammad Arif Darmawan menulispada 15 Mei 2009 jam 11:32
he he he
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 57
Muhammad Arif Darmawan menulispada 15 Mei 2009 jam 11:42
Pakdhe Joyo = ahli pijet saraf Cina di daerah Klaten. benci banget ama FPI, kadang benci banget ama orang2 yang memahami Islam secara tekstual sehingga sering ngacau kalau ngomong (tapi ocehannya sering ngebuat terpingkal-pingkal). Dia pernah bilang, "lah kok minum vodka dilarang,katanya 'urip mung mampir ngombe', ngombe kok dilarang".
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 58
Muhammad Arif Darmawan membalas kiriman Ahmadpada 15 Mei 2009 jam 11:44
sebagai referensi bisa di-link ke :
http://irwanmasduqi83.blogspot.com/2007/10/peta-kritik-nalar-islam-arkoun-dari.html
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 59
Dian Novriadi membalas kiriman Muhammadpada 15 Mei 2009 jam 19:32
SETUJUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU...............!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 60
1 balasan
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Muhammadpada 15 Mei 2009 jam 20:41
Terima kasih ulasannya mas arif...
Tapi saya berpendapat begini mas:
Perbedaan kabar atau informasi dalam nas Alquran ataupun hadis selama tidak menyebabkan “pertentangan” satu dengan yang lain, dia adalah informasi tambahan yang saling menyempurnakan. Misalnya dalam hadis soal surga yang mas arif sebutkan. Kita dapat menyebutnya terjadi pertentangan, hanya jika satu hadis mengabarkan surga itu indah, sementara hadis yang lain mengabarkan surga itu tidak indah. Jadi saya berpendapat: benar lah apa yang dikatakan Rasulullah tentang bidadari dan semuanya, bukan sebab orang tersebut preman dan sejenisnya.
Dan pemahaman atas kabar (rangkuman berbagai ayat dan hadis) itu lah yang kita sebut syariat Islam. Karena itulah syariat Nabi Muhammad itu satu. Inilah yang saya maksud. Tidak ada dua syariat atau tiga syariat.
Nah, dalam proses pemahaman tersebut, jika benar-benar terjadi pertentangan antara ayat ataupun hadis dalam persoalan hukum, maka langkah-langkah yang di ambil adalah 1) memadukannya, 2) mengunggulkan salah satunya, atau 3) menasakh yang pertama dan ketetapan yang berlaku adalah ayat atau hadis yang datang berikutnya.
Jika pertentangan tersebut berkaitan rukun iman yang enam (di antaranya tentang kabar akherat: surga, neraka, padang mahsyar, hisab dan lain sebagainya), maka kita berpegang pada dalil yang muhkam dan qat’i.
Demikianlah yang diperintahkan oleh Allah ta’ala dan Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi wasallam. Dan demikian juga yang dilakukan oleh para Imam madzhab 4 (salah satunya adalah imam Syafi’i yang seseorang jika mendengarkan bacaan alquranya, maka akan menangis), para penghulu sufi syaikh ‘Abdul Qadir al-Jaelani, Imam Junaid al-Baghdadi, Imam Ahmad ArRifa’i ataupun generasi berikutnya seperti Imam Ghozali.
Mereka semua sama dalam persoalan usul (pokok-pokok ajararan agama), berbeda hanya dalam persoalan furu’ (cabang). Mereka semua beriman dengan rukun iman yang 6 dan menetapi rukun Islam yang 5.
Karena itu, tidak bisa menerima untuk membagi ajaran Islam menjadi syariat yang khusus orang “maqam syariat” dan syariat yang khusus “maqam hakekat”. Adapun jika yang dimaksud “perbedaan syariat” tersebut adalah dalam keistiqamahan melakukan hal-hal sunah, saya dapat menerimanya.
Misalnya, jika orang awam sholatnya tidak pernah dzikir sesudahnya, maka orang yang maqomnya lebih tinggi (atau ingin maqamnya lebih tinggi) istiqamah dalam berzikir, memperbanyak ibadah sunah secara istiqamah, menjauhi maksiat, membersihkan hati dari kotoran-kotoran hati, berakhlak yang baik dengan sesama ataupun makhluk Allah yang lain dan lain sebagainya.
Jika orang maqom syariat yaitu orang yang sekedar beriman dengan rukun iman yang enam serta menjalankan rukun Islam yang lima sebab “sekedar menggugurkan kewajibannya” kepada Allah SWT, maka seseorang di maqam hakekat “menambahkan” dengan berbagai kesunahan yang lain dan menghiasi diri dengan berbagai akhlak terpuji. Seseorang menambahkan ibadah-ibadah tersebut secara istiqamah dengan berbagai sebab: rasa cintanya kepada Sang Pencipta dirinya, rasa syukurnya, rasa kepatuhannya, rasa malunya dan lain sebagainya. Sehingga Allah pun mencintainya sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi.
Akan tetapi, jika ada orang yang rukun imannya kurang dari enam. Atau rukun Islamnya kurang dari lima. Atau cara berimannya kepada yang 6 itu salah (menyalahi ayat Alquran atau hadis mutawatir yang muhkam dan qat’i). Maka, terjadi lah penurunan maqam di bawah maqam syariat.
Inilah pandangan saya, mohon maaf jika ada yang tidak berkenan di hati.
Wallahu a’lam bi showab
Balas ke AhmadLaporkan
Tampilkan 61 - 72 dari 72 kiriman dari 25 orang.
• Pertama
• Sebelumnya
• 1
• 2
• 3
Kiriman 61
Muhammad Arif Darmawan membalas kiriman Ahmadpada 15 Mei 2009 jam 21:57
Makasih Mas....
Memang untuk memahami esensi dari iman dan Islam membutuhkan rukun-rukunnya.
Masalah kata PREMAN itu bahasa "BAGONGAN" yang sering saya pake waktu diskusi di Jogja dulu.....thanks koreksinya, mengingat ini adalah forum tertulis....
Memang di forum ini dibutuhkan wacana seperti yang anda tulis, biar ngga lepas dari koridornya sehingga tercapailah sinkronisasi antara CURIGA (Esensi) dan WARANGKA (kulitnya) sehingga menjadi WARANGKA MANJING CURIGA dan CURIGO MANJING WARANGKA.....
Salam
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 62
Budi Santoso menulispada 17 Mei 2009 jam 21:17
@mas Muhammad Arief....
Artine opo kuwi mas .....WARANGKA MANJING CURIGA dan CURIGO MANJING WARANGKA..... aku kok rodo katrok yo......
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 63
1 balasan
Eko Hary Purnomo menulispada 23 Mei 2009 jam 22:55
Apa maksudnya ibarat burung dalam sangkar ?......apalah artinya sangkar yang bagus.......... kan yang dinilai burungnya
Balas ke EkoLaporkan
Kiriman 64
Budi Santoso membalas kiriman Ekopada 25 Mei 2009 jam 19:00
wah ....mas Eko ....... kalimat Anda cantik sekali.....
kalau boleh saya teruskan dalam bahasa lain yg lebih riil .......
Islam bukanlah "atribut" .....Islam bukanlah "kearab-araban" ........ Islam tidak mengajarkan demonstratif, Islam tidak mengajarkan kekejian, tetapi Islam adalah menyangkut penyuburan jiwa/roh setiap individu ...... yaitu bagaimana setiap orang menjadikan jiwa/rohnya yang menempati badan/jasad nya selama hidup di dunia ini menjadi "subur" melalui penggunaan badan/jasad itu, sehingga nanti jiwa/roh itu mampu kembali kepada ALLAH.
Diajak ke mana jiwa kita oleh anggota badan kita dalam mengarungi kehidupan dunia ini..... diajak mencuri (menggunakan tangan), diajak berkata kotor (menggunakan mulut), diajak ingkar kepada ayat-ayat Allah (menggunakan sumber lain sebagai pemimpin/guru)....dsb yang semuanya itu merupakan bisikan Syaitan.......atau sebaliknya diajak rajin sholat, berzakat, bersedekah, berbuat baik kepada orang lain, dan menjadikan Allah sebagai pemimpin/guru selama di dunia..... dsb ....yang semuanya itu adalah jalan yg lurus (shirathalmustakim) menuju Allah ...???
trimakasih mas Eko.....
Salam
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 65
Indra Walid menulispada 26 Mei 2009 jam 13:55
salam ,ma'af menurut kajian sya ,syahadat itu saksi / ikrar terhadap allah , berdasarkan niat, ucapan & perbuatan selama perjalanan didunia ini didasarrin hukum Al Qur'an & Hadist, saksinya diri sendiri apa banyak baiknya atau buruknya. trimk's ,ma'af namanya juga lagi proses pencarian ilmu menuju di dalamnya.
Balas ke IndraLaporkan
Kiriman 66
Harso Basuki membalas kiriman Nanangpada 26 Mei 2009 jam 14:53
Syahadat merupakan perjanjian kita dengan Allah.SWT,dan Allah maha mengetahui segala isi hati manusia apkah kita benar2 menjadi hambaNya yang taat atau cuma hanya ingin diketahui oleh orang lain bahwa kita umat islam,hanya Allah dan diri kita yang tahu.mohon maaf sebelumnya.
Balas ke HarsoLaporkan
Kiriman 67
Budi Santoso menulispada 30 Mei 2009 jam 15:16
Salam,
mas Indra benar...mas Harso juga benar....bahwa itu adalah kesaksian/ikrar/perjanjian ataupun sumpah kita di hadapan ALLAH.
Ikrar atau sumpah mengenai apa? ...yaitu mengenai Eksistensi/Keberadaan dan keESA-an ALLAH.
Sejak kita masih berada di dalam rahim ibu kita (keteika jasad kita belum sempurna) jiwa kita masing-masing sebenarnya sudah dimintai kesaksian / sumpah oleh ALLAH. Coba lihat surah [7:172].
Ketika itu ALLAH bertanya : "BUKANKAH "AKU" INI TUHANMU ?"
kita menjawab : "BENAR, DAN KAMI MENJADI SAKSI".
Maka itulah sumpah/kesaksian/shahadat kita yang pertama kali di hadapan ALlah ......."LAA ILLAHA ILLA ALLAH" .....Tidak ada Tuhan selain Allah".
Kemudian dengan berjalannya waktu ....'demi masa' [103:1]....(kalau tidak ada masa tentu tidak ada waktu, dan kalau tidak ada waktu tentu tidak ada perbuatan, alias diam), maka ...demi masa ..... kita dibesarkan .....dilahirkan-NYA ke dunia ....menjadi dewasa ...ketika kita sudah mulai belajar dan mengenal lingkungan kita .....tiba-tiba kita mendapatkan bahwa Shahadat kita sudah berubah (sudah ada tambahannya).
......manusia telah mengingkari sumpahnya sendiri .....
maka demi masa ..manusia benar-benar dalam keadaan merugi [103:2]...
kecuali orang-orang yang "beriman" dan mengerjakan amal saleh dan "nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran" dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran [103:3].
Salam
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 68
Betza Aldyz menulispada 30 Mei 2009 jam 16:39
subhanallah..banyak ragam pemaknaan ttg syahadat tp intinya cuma satu: kita akui keberadaan Allah SWT.... tulus tdk tulus...hanya Dia yg tahu...
kadang akal kita merasa lebih pintar & naluri kita merasa lebih benar... hanya Allah yg tahu semua jawaban, krn tdk semua firmannya dpt terbaca dg akal&naluri.... coba tanyakan pd hati&jiwa kita, benarkah apa yg telah terucap?
saya kagum dg bapak2 semua, yg dpt menerangkan dg gamblang... semoga ini dpt diterapkan dlm lingkup yg terkecil, yaitu keluarga inti masing2...
sebagai seorang ibu, saya berusaha 'bisa' menuntun 3 titipan Allah ini... semoga berhasil... amin
Balas ke BetzaLaporkan
Kiriman 69
Edi Aryono menulispada 30 Mei 2009 jam 22:30
..nah ini baru nyoss dari mbak Betza...tidak perlu berusaha menjadi SSJ untuk berbuat sekecil kebaikan....salam
Balas ke EdiLaporkan
Kiriman 70
Budi Santoso menulispada 02 Juni 2009 jam 14:22
[18:24] .........insya Allah mbak Betza .....insya Allah pak Edi
Salam
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 71
Asy'ari Al-Habasyi menulispada 11 Juni 2009 jam 19:27
Dua kalimat syahadat menggunakan bahasa arab, maka harus ditafsirkan berdasarkan bahasa arab.
Dalam bahasa arab syahida yasyhadu berbeda dengan syahada yusyahidu. Kata pertama mengandundung tiga pengertian sekaligus yaitu mengetahui, meyakini dan mengakui. Sedangkan kata kedua berarti melihat atau menonton. Jadi tidak benar apabila bersyahadat berarti harus melihat Allah.
Dengan demikian makna Syahadat pertama adalah aku mengetahui, aku meyakini dengan hati dan aku mengakui dengan lisan bahwa tidak ada tuhan yang disembah dengan benar kecuali hanya Allah.
Pengertian diatas menunjukkan bahwa syarat agar iman seseorang sah adalah ia harus mengenal Allah (al-ilmu billah), meyakini bahwa Allah adalah satu-satu tuhan yang disembah dengan benar atau satu-satunya pencipta (i'tiqat), juga disayaratkan harus mengakuinya dengan mengikrarkannya dengan lisan.
Semoga dapat memuaskan penanya pertama
Balas ke Asy'ariLaporkan
Kiriman 72
Saka Yosmita menulispada 11 Juni 2009 jam 21:55
pringisiii.. ehh permisi.. nuwun sewu.. nyuwun ngapunten.. sedikit yang bisa saya tambahkan disini (maafin saya.. untuk tingkatan bodoh pun saya blum nyampe.. mohon dimaafkan kalo ada salah2 kata)..
Bismillahirrohmannirohim...
sepemahaman saya..(mohon maaf) ... syahadat itu artinya ya ber"saksi"..
secara lisan... dan membacanya ya... ngga ada yg laen ya cuman... "bacaan sayahadat"... saya kira itu tidak perlu jadi masalah yg rumit...,,, karena sepemahaman saya juga kalo ada saksi berarti ya ada hakim...,, dan kalo manusia bersaksi maka yg menjadi hakim adalah Allah..,,, dan yg berhak menghakimi adalah Allah..,,, dan sepemahan saya (mohon maaf lagi) kita bersaksi semampunya saja... sejujurnya apa yg kita saksikan... mau secara lahir atau pun secara.. "manusia se-utuhnya" alias insan kamil... toh ada yg menghakimi kok.. dan hakimnya Maha Tahu.. lagi Maha Menghakimi... hehehe.. nyuwun ngapunten sanget .. takutnya saya keliru, keseleo lidah saya.. atau pun jari2 saya yg mengetik posting ini...
dan .. ummm memang kalo memakai logika... baiknya bersaksi itu betul2 mengetahui dengan kesadaran tinggi atas apa2 yg telah disaksikan..., dari sebab itu maka sepemahaman saya... (mohon maaf lagi) makanya ada rukun iman sebelum rukun islam...,, kan di rukun iman yg pertama kita harus "iman" kepada Allah...,,, dan iman itu sepemahaman saya "yakin/percaya" dan pasti timbul pertanyaan lain kan? "gimana mo yakin/percaya lha wong saya aja blum kenal" dari itu pun lahir pertanyaan lagi kan? "gimana mo kenal.. lhaa wong liat aja blum..." ehehehe... ya pendek saja... (mohon maaf kalo hanya sedikit yg bisa saya ungkap di posting ini)... Allah itu ada dimana-mana bahkan lebih dekat dari urat leher kita/manusia kan? (bukan berarti saya mengartikan Allah ada banyak).. contoh pembuktiannya begini menurut saya.. (nyuwun ngapunten sanget Ya Allah.,, sambil merem nih saking takutnya).. kalo semua alam semesta ini hilang/tidak ada/tidak diciptakan/hancur tak bersisa.. maka yg ada adalah sang pencipta to?? dan sekarang alam semesta ada yg merupakan barang baru yg suatu saat akan rusak atau termakan usia.. dan pertanyaannya - ada dimana to?? "kok saya blum liat dengan mata kepala saya??" eheheh.. kan ada tidak ada daya upaya ataupun kekuatan yg berasal dari Allah... dan lagi ada "innalilahhi wa innalillahi roji'un" (bukan statement untuk orang yg meninggal/mati saja) tapi begini.. maksud saya itu artinya kan universal.. "semuanya berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah"... sudah barang jelas disitu Allah yg menciptakan (proses penciptaanya Allahualam) semuanya.. manusia.. malaikat setan..., ataupun alam semesta dan isinya...,, termasuk gerak, langkah, usik, berpikir, makan, tidur, mandi, lahir sampai mati pun.. semuanya kan atas anugerah kekuatan dan daya upaya dari Allah.. itu bisa dijadikan sebagai sesuatu yg bisa "disaksikan" atas kesaksian kita kan...??,, atau kalo kurang paham ... penjelasan kasarnya seperti sunan kalijaga dalam filsafat wayang kulit (kiasan)... gak mungkin wayang gerak sendiri.. kan ada yg menggerakkan yaitu kekuatan sang dalang...,,, itu pun kalo kita mengejar penjelasan tentang syahadat secara lahiriah/fisicly/matrealis... lalu apanya yg bisa dipungkiri?? ndak ada to... lha wong semua berasal dari Allah... tinggal kita bersaksi deh.. sejujur-jujurnya.. bahwa tidak ada Tuhan selain Allah...,, itu untuk kesaksian pertama.. dan dalam syahadat kita bersaksi dua kali lhoo.. satu lagi.. bersaksi atas Rossululloh Muhammad saw.
lahir kan pertanyaan kedua.. "lha wong saya tidak berada di jaman itu kok,, gimana mau bersaksi?" nah.. eheheh.. bentar mo ketawa lagi...(nyuwun ngapunten Ya Allah,, sambil merem nih saking takutnya).. sampai hari ini ada agama islam to?? dan yg di utus membawa agama islam ke dunia ini (maksudnya dunia ini = ruang dan waktu manusia hidup..,, fana/kasar/lahiriah/physicly/matrealis..) adalah Nabi Muhammad saw. to? ikuti saja Al qur'an dan as sunnah... beres.. to?? lalu mau apa lagi...??? segera lah berwudhlu.. dan niat bertobat sungguh2.. lalu ber-syahadat lah sepenuh hati segenap hidup.. (yg nulis posting ini juga!! eekkekeke... haduh.. ngademmm lagi nih)..
nb:
1. mohon maaf sebanyak-banyaknya alias nyuwun ngapunten sanget kepada semua pembaca.. kalo ada salah2 kata ato kalopun kurang jelas.. atas posting saya ini..(ampuuunnn,,, sambil merem nih saking takutnya)
2. "Ya Allah, genggamlah tangan hamba-Mu yg lemah ini dan mohon ampunan yg amat sangat,, dan semoga Engkau berkenan menjadikan segala urusan ini dalam kebaikan.." amin..
-dari AB Yosmita 2009.. untuk forum syeh siti jenar
Balas Topik Ini
Tampilkan 1 - 30 dari 72 kiriman dari 25 orang.
• 1
• 2
• 3
• Selanjutnya
Kiriman 1
2 balasan
Nanang Supriatna menulispada 15 April 2009 jam 14:34
Kita sebagai yang mengaku umat Islam tentunya Tahu tentang Rukun Islam, cuma yang aku mau coba tanyakan barangkali ada yang mengerti dan faham, sebenarnya Rukun Islam yang Pertama itu "Syahadat" atau "baca Syahadat", karena buat saya pengertian keduanya lumayan jauh, apakah dalam kata-kata "bersaksi" bisa sama dengan "percaya", tolong kalau ada yang mengerti dan memahami tentang Syahadat saya memohon untuk mengajarinya buat saya. karena saya merasa Pas menjadi Islam kalau merasa sudah bisa ber"Syahadat", Terimakasih.
Balas ke NanangLaporkan
Kiriman 2
2 balasan
Aby Berlianto menulispada 15 April 2009 jam 21:53
aku bersaksi pada dzatku sendiri..itu salah satu kutipan syahadat dari syeikh siti djenar...pemahaman syahadat sebenarnya ada dlm pengertian hidup yang agung,menyasikan jiwa dan raganya ke dalam awal kehidupan seorang manusia ketika diciptakan yaitu adanya Nur sang sukma dari alam Syir atau AlaM Sang Maulana Yang tidak ada keinginginan apa-apa..semoga pengertian ini dapat dipahami walau hanya sedikit,mohon maaf sebelumnya.terima kasih.
Balas ke AbyLaporkan
Kiriman 3
Nanang Supriatna membalas kiriman Abypada 16 April 2009 jam 13:59
Terima kasih walaupun sedikit, paling tidak bisa dijadikan satu pandangan baru tentang Syahadat buat saya, karena saat ini saya sedang menampung bermacam-macam pendapat tentang rukun Islam yeng pertama ini, tentunya nanti aku saring yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadits, karena 2 Pusaka ini rujukan Utama...., terimakasih Kang Aby...
Balas ke NanangLaporkan
Kiriman 4
Dian Novriadi membalas kiriman Abypada 16 April 2009 jam 15:14
Maaf Om Aby,PERSAKSIAN itu lebih berat, sebab harus dilihat dengan mata kepala (akmalul yaqin), jadi saya hanya mngingatkan sama Om , hati2 menafsirkan Syahadat SITI JENAR itu
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 5
1 balasan
Dian Novriadi membalas kiriman Nanangpada 16 April 2009 jam 15:31
dalam hukum dunianya kata kata saksi sering dipakai dalam persidangan, Saksi bisa Naik menjadi terdakwa bila kesaksiannya ternyata bohong, Syarat untuk menjadi saksi yaitu melihat runtutan kejadian, kapan,diamana,waktunya dan sebagainya, dalam PERSAKSIAN juga ada tingkatanya yaitu YAQIN, AINUL YAQIN ,HAQQUL YAQIN DAN AKMALUL YAQIN. PERSAKSIAN dalam hukium dunia mesti menggunakan mata kepala sedangkan dalam syahadat juga mesti menggunakan hal itu, yang MUTLAK BERSAKSI dalam SYAHADAT, hanya kanjeng Nabi MUHAMMAD WAKTU ISRA' MI'RAJ,BELIAU dengan badan wadagnya BERTEMU LANGSUNG DENGAN YANG MAHA KUASA ( berhadap-hadapan) di ARSY
setelah itu SYEH SYARIF HIDAYATULLAH bertemu dengan HAKEKAT MUHAMMAD ( JOHAR AWWAL),sedangkan kita sebagai umat nya apakah pantas mnggunakan kata SAKSI, padahal SAKSI itu bisa dimintai pertanggung jawabannya atas segala KESAKSIANNYA.DAN menurut saya KATA-KATA saksi itu mesti diganti dengan kata MENEKADKAN, KARENA dalam perjalannya kita sebagai kita sebagai umat MUHAMMAD hanya punya tekad dan niat untuk bertemu dengan ALLAH SWT.wallahu alam bissawab
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 6
1 balasan
Nanang Supriatna membalas kiriman Dianpada 16 April 2009 jam 16:47
Terima kasih kang Dian, saya yakin baik saya, kang Aby, Kang Dian bahkan Syeh Siti Jenar pun sama sama punya hak dan kewajiban yang diberikan Tuhan itu sama, jadi kalau anggaplah Syeh Siti Jenar sudah mampu bermusyahadah atau mencapai penyaksian jadi kenapa kita engga? kita pun harus punya niat dan tekad untuk mencapainya, mudah2an pandangan Kang Dian tentang Syahadat juga memberikan tambahan cara pandang saya terhadap Rukun Islam yang pertama itu.
Balas ke NanangLaporkan
Kiriman 7
1 balasan
Aby Berlianto menulispada 16 April 2009 jam 21:47
terimakasih kang Dian atas koreksinya...klo kita menatap kembali tentang Isra Miraj yang artinya Kenaikan Tingkat atau disebut juga pelepasan ketika Rassulallah BerTahanuts beliau menemukan Qallam IZaati atau mungkin disebut dengan Kata-Kata Dari DzatNYa Sendiri.maaf kang Dian ini hanya sedikit pengetahuan yang aby dapat.
Balas ke AbyLaporkan
Kiriman 8
Dian Novriadi membalas kiriman Abypada 17 April 2009 jam 14:19
sama-sama kang .....kita kan sedang sama-sama BELAJAR DI FB ini jadi saling terang dan menerangi,CAI NA HERANG, LAUKNA BENANG( AIRNYA BENING,IKANNYA DAPAT)
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 9
Khaisarina Andesit menulispada 24 April 2009 jam 13:27
Islam agama penutup, semua keyakinan yang pernah ada di bumi. dimulai dengan persaksian, sebagi bentuk pengakuan adanya Keagungan Tertinggi.
Balas ke KhaisarinaLaporkan
Kiriman 10
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 25 April 2009 jam 8:35
kita semua dulu sebelum dilahirkan ke bumi pernah kok bersaksi berhadap-hadapan dengan Tuhan. itulah persaksian awal. secara hakikatnya "semua orang" pernah bersyahadat langsung di hadapan yang disyahadatkan. hanya saja dulu syahadat kita hanya syahadat "starter pack" saja, tanpa tahu isi dalam "pack" itu
Nah sekarang ini kita tinggal disuruh mengulang lagi syahadat yang dulu dengan tambahan mempelajari isi "pack" dan membawanya di hadapan "Yang Disyahadatkan"
Balas ke GrahaLaporkan
Kiriman 11
Betza Aldyz menulispada 26 April 2009 jam 12:01
topik yg sangat menyentuh dg argumen yg dpt ditrm tp terus terang kadang tdk semua hal dpt kita logikakan krn kita 'hanya' makhluk Allah.....
Al-Qur'an n Hadist merupakan kunci jawaban dr semua permasalahan yg ada... sharing sesama umat merupakan jalan utk saling memahami...
Pak Dian, thx banget krn sdh dpt memjelaskan lebih rinci...saya jg ikut belajar...numpang dr topik Pak Nanang
Kita tdk dpt melakukan apapun tanpa kita menekadkan diri agar yakin dg pilihan kita.....
Balas ke BetzaLaporkan
Kiriman 12
Sutrisno Nurhumaedi (Universitas Negeri Jakarta) menulispada 26 April 2009 jam 16:26
Bersyahadat artinya siap membuktikan bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw itu utusan Allah. Bagaimana membuktikannya? berfikir, berkata dan berbuat untuk membuktikan bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw adalah utusan Allah. Fikiran dan hati tercermin dari perkataan dan perbuatan, semuanya itu menunjukkan identitas kita sebagai saksi/bukti bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw adalah utusan Allah. Setelah bersyahadat kita menjadi muslim, nah seluruh kehidupan muslim adalah bukti bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw adalah utusan Allah. Jika kehidupan hariannya tidak bisa membuktikan itu, namanya ngaku-ngaku telah bersyahadat padahal belum, ngaku-ngaku muslim padahal bukan.
Balas ke SutrisnoLaporkan
Kiriman 13
Sutrisno Nurhumaedi (Universitas Negeri Jakarta) menulispada 26 April 2009 jam 16:30
seperti mas nanang, saya juga sedang dalam perjalanan mencari makna syahadat, mau ikut? silahkan bergabung MENJADI MUSLIM apa adanya di http://www.new.facebook.com/home.php?ref=home#/group.php?gid=127552305787
Balas ke SutrisnoLaporkan
Kiriman 14
1 balasan
Mohamad Fitroh membalas kiriman Nanangpada 28 April 2009 jam 20:36
Ass,Wr,Wb. mengenai hal syahadat yg insya allah dalam sehari paling sedikit kita baca 10 kali bukan? "pengertian bersaksi bisa sama dengan percaya" kepahaman yg harus ada benar mendasar pada Undang-undang yang ada Qur'an-Hadist. Pemahaman diatas BERSAKSI disinipun harus PERCAYA sebab Syahadat yg kita baca minimal dlm sholat 5 wkt adalah satu SUMPAH / BAI'AT yg kita ucapakan kepada yang meiliki "DZAT" insya allah kita semua tidak ada keraguan dalam janji tersebut karena ini dilakukan secara lahir & bathin kita. Insya Allah kepahaman ini dpt lbh menguatkan kita sebagai umat islam amin.
Balas ke MohamadLaporkan
Kiriman 15
Nanang Supriatna membalas kiriman Mohamadpada 28 April 2009 jam 20:56
Wa'alaikumsalam Wr Wb, Trim Mas MF, semoga tingkatan percaya kita tentang adanya Allah Swt terus menerus meningkat dengan tambahnya pemahaman kita terhadap ikrar Syahadat, semoga yang kita Ikrarkan paling sedikitnya 10 kali dalam sehari semalam itu bukan cuma sekedar ikrar di mulut dan di hati saja tapi tercermin dengan prilaku kita juga.
Balas ke NanangLaporkan
Kiriman 16
Ayatullah Chumaenie menulispada 04 Mei 2009 jam 15:53
ass....pakabar sahabat ku semua. semoha berhala diatas berhala selalu memberkati kita semua amin. syahadat yang kemudian diaplikasikan itu ibarat dogma yang harus dilaksankan sebagai penyatuan diri kepada Nya...tapi klo hati kita kurang peka terhadap kalimat itu kira2 bagai mana ya???
Balas ke AyatullahLaporkan
Kiriman 17
Dian Novriadi menulispada 04 Mei 2009 jam 19:42
gimana ya....????? sepertinya cuma cukup diYAKINin aja deh....., gak usah sampe " YANG PEKA2" ..... 'KETINGGIAN" kaleee.... OM.....""""
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 18
1 balasan
Nuryadi Pramono menulispada 05 Mei 2009 jam 15:20
Klo cuma diYAKINin aja, namanya cuma omong doang...Buktikan dong kalo kita sbg muslim bisa bersyahadat seperti Rasululloh!
KIta kan diajarkan Sholat...bahwa sholat itu MI'RAJ nya orang Mukmin! itu bukan kalimat kiasan atau boongan...bahwa setiap mukmin bisa berMi'raj seperti Rasul ! jadinya keyakinan itu bukan sekedar dimulut doang!
Balas ke NuryadiLaporkan
Kiriman 19
Dian Novriadi membalas kiriman Nuryadipada 07 Mei 2009 jam 10:51
NAH.......,N'TU Dia tuch.......????,MESTI sampai pada AKMALUL YAKIN, jangan cuma YAKIN DOANG, sebab SYAHADAT itu tidak kenal jenis kelamin,mau laki mau perempuan sama aja bacaannya, n'tu-n'tu juga.
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 20
Kj Rasyid menulispada 07 Mei 2009 jam 15:10
ikutan kang... =)
kalau di alam ruh, kita telah "bersyahadat" mempersaksikan bahwa Allah adalah Tuhan sesembahan kita,,
kemudian sewaktu di alam dunia ini, kita hidup adalah untuk "beribadah" kepadaNYA. beribadah ini konteksnya adalah "mempersaksikan" juga...
lantas setelah masuk ke alam barzakh,, pertama2 yg ditanyakan oleh malaikat Mungkar-Nakir adalah tentang "kesaksian" itu...
bila sekarang kita berada di alam dunia ini dan telah menyadari tugas kita adalah dalam rangka mencari hakikat syahadat itu, bagaimanakah kualitas syahadat kita??
asyhadu... "aku bersaksi..."
siapakah "aku"? sudahkah kita mengenal ke-aku-an kita sendiri?? bukankah sesiapapun yg bisa mengenal diri dia akan mengenal Tuhannya?? ataukah "aku"-nya diri masih menghijab demi untuk mengenal "Aku" semesta ini?? siapakah "aku" yang bersaksi itu??
salam.
Balas ke KjLaporkan
Kiriman 21
Nuryadi Pramono menulispada 07 Mei 2009 jam 16:19
"Aku bersaksi atas Dzatku Pribadi", itu kata kanjeng Syech Siti Jenar Ki....
Saya rasa Ki Rasyid sudah memahaminya.....iya Ki?
Balas ke NuryadiLaporkan
Kiriman 22
Kj Rasyid menulispada 07 Mei 2009 jam 17:20
waaah,,, amiin! nyuwun pangestunipun kang...
hehehe
Balas ke KjLaporkan
Kiriman 23
Kj Rasyid menulispada 07 Mei 2009 jam 21:03
sedikit menambahkan,,,
kesejatian dalam makna persaksian ini sering disebut dg istilah syahadat-jati. tetapi apalah arti sebuah nama tanpa pengejawantahan dalam laku kehidupan?? ini bukanlah semata2 kefasihan kita dalam mengucapkannya...
tetapi juga di ruang pembicaraan terbuka, tidaklah memungkinkan untuk membeber semua kandungan maknanya.
karena tidak semua tingkatan manusia akan bisa memahaminya,,
jalan satu2nya adalah bersegeralah untuk bergegas mencarinya, karena jalan2 yg membentang sangatlah luas,,
semoga kita dimudahkan didalam pencarian itu,, amin.
Balas ke KjLaporkan
Kiriman 24
Ayatullah Chumaenie menulispada 08 Mei 2009 jam 0:26
Amin2 Kj Rasyid. semoga sang maha dewa selalu memberi leluasa ingpikir kita, saya dan sahabat2 ku semua. "alfikru bayna aqli wannafsu" nafsu saya ini kadang mendominasi qulbu, sementara gemerlap dunia selalu membuat hati saya menjadi matematika dan terlintas di otak mempengaruhi laku kita, jangan kan wirai, untuk berkholwat saja malas... gimana nih kira2 supa bisa melakukan sejatining syahadat dan supaya bisa melewati jalan yg katanya luas itu???
Balas ke AyatullahLaporkan
Kiriman 25
Ayatullah Chumaenie menulispada 08 Mei 2009 jam 0:42
klo mas Nur kang Dian kira2 ketika melihat problem seperti itu giman cara merefleksikannya???
Balas ke AyatullahLaporkan
Kiriman 26
Aby Berlianto menulispada 08 Mei 2009 jam 7:17
maaf sebelumnya,mau ikut gabung
kematianku adalah kehidupanku,kehidupanku adalah kehidupanku...
agama adalah sosial politik budaya dan seluruh etika kehidupan..agama adalah karya maha indah dari manusia menuju insan yang memahami diri manusia masing2...agama rasanya sama seperti bersenggama(maaf)
ketentuan Sang Maha Kuasa Hidup adalah hukum keadilan dan hukum alam...
keyakinan seseorang terhadap agama masing2 kita hormati
Semoga Berkah Rahmat Selamat...AgungNya Sang Maha Hidup Yang Menghidupi Alam Jagat Raya Dg Segala Isi dan KuasaNya..
Balas ke AbyLaporkan
Kiriman 27
Kj Rasyid menulispada 08 Mei 2009 jam 8:29
Syahadat Tauhid dan Syahadat keRasulan...
sering disebut juga dengan Syahadatain,,
kalau di zaman sekarang ini bila kita menanyakan kepada semua orang beragama (Islam) apakah mereka mempercayai bahwa Gusti Allah adalah Tuhannya? tentu semuanya akan bilang bahwa mereka mengimankan dan mempersaksikannya bukan? tetapi pada saat mereka ditanyakan tentang kerasulan Muhammad,, apakah jawaban mereka sama juga? maaf konteks ini sengaja sy tekankan untuk menemukan kesejatian persaksian kita...
bila kita mengaku cinta Rasul,, kecenderungan kita adalah hanya mau bertemankan dengan orang2 yg seiman dan memandang orang lain diluar/berbeda keyakinannya dengan sebutan kafir,,
bila kita mengaku cinta Allah,, bukankah semua makhluk adalah ciptaanNYA? bukankah semua manusia adalah bersaudara karena berTuhankan yg sama? bahkan dengan sesama manusia yg seiman saja, mereka masih banyak yg berantem sendiri2...
jadi pengakuan/persaksian seperti apakah itu?
bagaimana mau menemukan kesejatian syahadat, bila kita masih saja ditelikung dogma2 yg menghijab itu?
bila Nabi Muhammad, mempunyai misi kerasulan sampai akhir zaman, sementara usia beliau di dunia ini hanya 63 tahun... pernahkah kita mengetahui dimanakah tongkat kepemimpinan beliau itu berada di zaman sekarang? mungkin wacana ini bisa menjadi jawaban atas centang-perenang umat Islam di zaman akhir ini. mereka tidak mempunyai sosok pemimpin yang mampu mengimami dengan level kualifikasi seperti Kanjeng Nabi...
saya rasa uraian diatas cukuplah menjadi petunjuk bagi yg hendak menemukan kesejatian syahadat kita...
wallahu ta'ala a'lam...
Balas ke KjLaporkan
Kiriman 28
Misbahul Ulum menulispada 08 Mei 2009 jam 15:13
SUBHANALLAH...
aku percaya...
aku bersaksi...
aku beriktikad...
SUBHANALLAH...
tak ada tanya...
tak ada kata...
tak ada ikrar...
SUBHANALLAH...
Matur Sembah Nuwun semuanya...
Balas ke MisbahulLaporkan
Kiriman 29
Dian Novriadi menulispada 08 Mei 2009 jam 19:06
kalo kita ingin BENER2 MENYAKSIKAN(MUSYAHADAH) terhadap ALLAH SWT semesti mesti disaksikan dengan mata kepala sendiri,bukan apa kata KITA,APA KATA ORANG DAN APA KATA KYAI... dan berusaha mencari ILMUnya supaya dapat benar2 "MENYAKSIKAN" di JOHAR AWWAL ("HAKEKAT" ALLAH DAN MUHAMMAD), TERUS terang, saya memeluk AGAMA ISLAM karena faktor TURUNAN orang tua saya kebetulan memeluk ISLAM alias ISLAM WARISAN, dan saya mesti berusaha MENCARI dan belajar tentang HAKEKAT makna PERSAKSIAN,bukan hanya cukup di yakini dan apa kata "PETUNJUK" .WALLAHU ALAM BISSAWAB
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 30
Budi Santoso menulispada 09 Mei 2009 jam 6:22
SALAMUALAIKUM …
Sebelumnya ijinkan saya untuk ikut di dalam forum ini.
Saya ingin sekali sharing dengan teman-teman di sini ….karena begitu saya membaca topik diskusi dan tulisan teman-teman di sini …….saya tergelitik untuk menyampaikan pengetahuan tentang “Shahadat” yang saya dapatkan dari Al-Quran …..terutama untuk menjawab pertanyaan mas Nanang Supriatna.
Maaf sebelumnya …….di sini saya tidak bermaksud sok pinter….samasekali tidak… tetapi dengan rendah hati saya ingin menyampaikan apa yang saya dapatkan dari Al-Quran kepada teman-teman di sini, insya Allah [Q.S. 18:24] ini menjadi berita gembira bagi teman-teman di sini.
PERTAMA-TAMA kita perlu sepakat dahulu bahwa semua yang ada di forum ini Percaya / Beriman dan taat kepada Kitab ALLAH (Al-Quran), karena apa yang akan saya sampaikan semuanya adalah kalimat-kalimat ALLAH di dalam AL-QURAN yang berkaitan dengan SHAHADAT. Saya tidak bisa menyampaikan ini hanya berdasarkan buah pikiran saya sendiri, karena jika itu saya lakukan maka saya menjadi orang yang zalim, yang berbicara menurut hawa nafsu saya sendiri, yang justru bisa menyesatkan atau menjauhkan teman-teman dari kebenaran [Q.S. 28:50; 4:27; 7:176; 19:59; 25:43; 30:29; 47:14], itu dilarang oleh Allah.
Oleh sebab itu, untuk meyakinkan teman-teman semua …kiranya teman-teman perlu mengambil AL-QURAN masing-masing kemudian membukanya ….tetapi sebelum membukanya …ucapkan dahulu “A’uzubilahiminasyaitanniradziim” …..[Q.S.16:98].
“SHAHADAT” …………
SHAHADAT atau SYAHADAH….bisa juga berarti PENGAKUAN atau KESAKSIAN atau IKRAR atau SUMPAH …tentang KEBERADAAN dan ke-ESA-an ALLAH.
Semua manusia (pengikut semua nabi ALLAH), baik itu pengikut Nuh, Ibrahim, Ismail, Luth, Daud, Musa, Isa, Muhammad, ….. (termasuk semua teman-teman yang ada di sini) sebenarnya ketika masih di dalam perut ibu masing-masing, pernah diminta Kesaksian oleh ALLAH. Ketika itu ALLAH bertanya kepada jiwa kita :
“Bukankah AKU ini Tuhanmu? “
….kemudian kita menjawab :
”Benar, dan kami menjadi Saksi”. ………coba baca [Q.S. 7:172]
MAKA, syahadah / kesaksian kita yang pertama kali di hadapan Allah adalah :
“LAA ILLAHA ILLA ALLAH”
TENTU sekali kita tidak ingat tentang kejadian itu, karena yang diminta kesaksian pada waktu itu bukanlah kita secara fisik, melainkan “jiwa” kita …coba perhatikan kata-demi-kata bunyi surah [7:172] bukankah yang diminta kesaksian adalah “jiwa” kita ???
Badan kita waktu itu belum terbentuk, apalagi otak kita sebagai alat untuk mengingat ketika itu belum terbentuk maka kita tidak bisa mengingat kejadian itu.
“Jiwa” inilah diri kita yang sebenar-benarnya, sedangkan badan kita hanyalah “wadah” dari jiwa kita, dengan menempati badan maka jiwa kita akan diujiNYA, akan dibawa kemana jiwa kita oleh badan kita itu selama di dunia nanti, sedangkan Allah telah mengijinkan Syaitan untuk menggoda semua manusia sampai Hari Kiamat [7:15; 15:37; 38:80] ).
Itulah sebabnya, perintah Allah yang pertama adalah IQRO’ !!! …Bacalah !!! [Q.S. 96:1] ….Iqro’ bismirabbikaladzikholaq …… ,,,Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan !!!
Kalau kita tidak baca (Al-Quran) pasti kita tidak akan tahu bahwa dahulu jiwa kita pernah berSaksi di hadapan Allah.
DIA Maha Penyayang kepada kita, DIA turunkan kita ke Dunia yang penuh cobaan ini kemudian DIA beri kita Buku Petunjuk supaya kita bisa kembali kepadaNYA. DIA telah menurunkan Al-Quran supaya kita tidak menyimpang dari relNYA …..dari FitrahNYA. Tetapi kalau Buku Petunjuk itu tidak pernah dipahami, hanya dijadikan pajangan saja, atau hanya ddijadikan Mas Kawin saja ……maka kita tidak akan tahu apa-apa.
Waktu terus berjalan …..dan tubuh kita di dalam perut ibu disempurnakanNYA [Q.S. 33:5] …. ditumbuhkanNYA …..kemudian dilahirkanNYA ke Dunia menjadi seorang bayi yang sehat …..bisa menangis ….. dan kemudian dibesarkanNYA menjadi anak-anak yang lucu ……kemudian dijadikanNYA bisa mengenal dan mengingat sekitarnya …. lalu kita diajari oleh orang-tua kita dan oleh guru-guru kita supaya kita pandai dan bisa mandiri….. dan ketika kita diajarkan tentang agama ….TIBA-TIBA kita sudah mendapatkan bahwa “Shahadah” itu telah berubah menjadi “dua kalimah Shahadah” yg bunyinya :
“ASYHADUALLA ILLAHA ILLAALLAH WA ASYHADUANNA MUHAMMADAARASULULLAH”
(Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah).
Kita telah diajarkan oleh pendahulu-pendahulu kita tentang Shahadah yang tidak sesuai lagi dengan “Shahadah dari ALLAH” … kita telah menyimpang dari Fitrah Allah” tanpa kita sadari, kita telah sembunyikan Shahadah dari Allah [Q.S. 2:140] yang dulu pernah kita IKRAR-kan di hadapan Allah.
Padahal, Fitrah Allah itu tidak pernah berubah [Q.S. 30:30], DIA telah menciptakan manusia dengan Fitrah itu.
Maka jika “shahadah” itu kemudian berubah menjadi “dua kalimah shahadah” …PASTI perubahan itu bukan dari ALLAH. DIA Maha Konsisten.
DI SINILAH SAYA BERMAKSUD MENGAJAK KEMBALI SEMUANYA DI SINI UNTUK KEMBALI KEPADA “FITRAH ALLAH”.
Dan informasi tentang bagaimana Fitrah Allah yang sesungguhnya hanya ada do KitabNYA, dan Kitabnya yang diturunkanNYA terakhir, yang Sempurna, Penuh Hikmah, Terperinci, Tidak Ada Keraguan, dan sebagai Perkataan (Hadist) Paling Baik dari Allah ……adalah AL-QURAN yang sama-sama sudah kita miliki.
Coba perhatikan ayat-ayat Al-Quran berikut ini :
(1) Di dalam Al-Quran Allah selalu mengajarkan kepada kita tentang Shahadah yaitu “Tidak ada Tuhan melainkan DIA” ….[Q.S. 3:18; 2:163; 2:255; 16:2; 20:8; 28:70; 28:88; 44:8; 3:2] ……”Laa illaha illa Allah”.
(2) Di dalam Al-Quran kita diberitahu bahwa nabi/rasul Allah itu banyak, ada Nuh, Ibrahim, Ismail, Luth, Musa, Isa dsb dan yg terakhir adalah nabi Muhammad [Q.S. 33:40]. Nabi-Nabi Allah itu satu-sama-lain tidak saling membeda-bedakan [Q.S. 2:285; 2:136; 3:84; 4:152], mereka semuanya sama ….sama-sama mengajak umatnya masing-masing untuk menyembah dan mengingat Allah saja. Maka kita sebagai umatnya seharusnya juga tidak membeda-bedakan para nabi Allah.
Tetapi di dalam kenyataan sekarang …..mengapa pengikut Al-Quran (Ahli Kitab Al-Quran) selalu menyebut nama Muhammad di samping Allah ketika berShahadah ? Lantas….dikemanakan nabi-nabi Allah yang lainnya ?? Ini kan sama saja dengan membeda-bedakan para nabi Allah, tidak adil bukan ?!!.
Jika kita konsisten dengan ayat-ayat di atas dan kita berlaku adil maka seharusnya kita sebutkan semua nama-nama nabi ketika kita berShahadah …maka tentu Shahadah kita akan panjang sekali …!!!
Oleh sebab itulah ALLAH mengajarkan kepada kita bahwa Shahadah itu hanyalah : “LAA ILLAHA ILLA ALLAH”, sesuai / konsisten dengan Shahadah yang kita ucapkan pertama kali.
Sebenarnya Allah menjadikan agama ini sesuatu yang tidak menyulitkan bagi kita [Q.S. 22:78] tetapi kadang-kadang manusia sendiri yang justru menyulitkan dirinya sendiri. Itulah sebabnya Allah menganjurkan kepada kita agar mengikuti agama Ibrahim yang lurus [Q.S. 22:78; 2:135; 6:161; 4:125; 3:85; 2:130]. Ibrahim itu tidak termasuk orang-orang yang musyrik. Maka Shahadah-nya Ibrahim tentu hanya : “Laa illaha illa Allah” saja. Dengan kata lain di sini Allah telah mengisyaratkan bahwa dengan menyebutkan nama lain disamping Allah ketika berShahadah sama dengan mengucapkan semacam kemusyrikan.
(3) Di dalam ayat ini [Q.S. 39:22] dipertanyakan, apakah orang-orang yang dibukakan hatinya untuk menerima agama Islam itu selalu mendapat Cahaya dari Allah ??? ….belum tentu !!! Mengapa ? …..karena …………ISLAM menurut Al-Quran adalah ajaran dari Allah tentang :
“Penyerahan Diri sepenuhnya Hanya kepada Allah Saja”.
Maka penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah ini harus konsisten dengan (tercermin pada) seluruh ibadah kita, terutama ke-SAKSI-an tentang ke-ESA-anNYA dan ketika kita MenyembahNYA (SHOLAT). Di sini kita tidak boleh menyebutkan nama-nama lain selain Allah saja.
Maka berdasarkan ayat-ayat Al-Quran, yang dimaksud dengan “Kafir” itu sebenarnya adalah jika seseorang telah menentang / ingkar terhadap ayat-ayat Allah.
Pengikut Muhammad yang ingkar terhadap isi Kitab yang diturunkan kepada Muhammad (Al-Quran) adalah kafir, pengikut Isa yang ingkar terhadap isi Kitab yang diturunkan kepada Isa adalah kafir, begitu juga pengikut Musa, Daud, dsb.
Salah satu ciri orang beriman adalah yang khusuk dalam Sholatnya [Q.S. 23:2]. Sholat menurut Al-Quran adalah “menyembah dan mengingat” Allah saja [Q.S. 20:14], maka bagi mereka yang sholatnya tidak mengingat kepada Allah saja (artinya didalam sholat juga menyebutkan nama-nama lain selain Allah) maka sholatnya tidak khusuk, karena berarti ‘menyembah’ nama-nama lain itu juga.
(4) Di dalam surah [Q.S. 63:1] disebutkan, bahwa orang-orang yang mengucapkan “shahadah kedua” adalah orang-orang munafik, mereka berkata kepada Rasul : “kami mengakui bahwa sesungguhnya engkau benar-2 rasul Allah” (wa’asyhadu anna
Mereka menjadikan sumpah mereka (dua kalimah shahadah) itu sebagai perisai, lalu dengan itu mereka menghalangi banyak manusia dari jalan Allah [Q.S. 63:2], anak-anak diajarkan dengan sumpah ‘dua kalimah shahadah’, orang-orang mualaf juga diajarkan dengan sumpah seperti itu, sumpah seperti itu menjadi alat penipu diantara manusia [Q.S. 16:92] maka jadilah “kebanyakan” manusia di muka Bumi ini tidak berada di jalan yang lurus, dan kalau kita mengikuti kebanyakan manusia di muka Bumi ini mereka justru menyesatkan dari jalan Allah [Q.S. 6:116]. Jumlah mereka jauh lebih banyak. Bagi orang-orang yang beragamanya hanya ikut-ikutan akan mengganggap bahwa dengan jumlah yang lebih banyak itu mereka merasa “dipihak yang benar”, padahal dengan jumlah lebih banyak itu Allah hanya hendak menguji [Q.S. 16:92].
(5) Ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi [33:7; 3:81], terutama ayat [3:81] tegas-tegas dinyatakan bahwa yang bersaksi ketika itu adalah Allah dan para nabi itu sendiri, Mari kita lihat ayat [3:81] sbb :
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui." Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu."
Kita yang hidup sekarang ini tidak pernah menyaksikan peristiwa itu, tetapi mengapa selalu dikatakan “dan kami bersaksi bahwa …..”
Jika tidak pernah menyaksikan kemudian bilang ‘kami bersaksi’ …apakah itu bukan suatu dusta / kemunafikan ??? Kita tidak usah mengatakan seperti itu Allah sudah tahu …. [Q.S. 63:1].
ISLAM ITU SEBENARNYA SEDERHANA / MUDAH, TETAPI MANUSIA SENDIRI YANG MEMPERSULIT DENGAN MENGADA-ADAKAN SESUATU YANG TIDAK ADA DI AL-QURAN.
Banyak sekali pengingkaran terhadap Al-Quran yang dilakukan oleh manusia, sampai-sampai “Rasul” mengeluh kepada Allah :
“Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan” [Q.S.25:30].
Tampilkan 31 - 60 dari 72 kiriman dari 25 orang.
• Sebelumnya
• 1
• 2
• 3
• Selanjutnya
Kiriman 31
Budi Santoso menulispada 09 Mei 2009 jam 7:14
TENTANG ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD kaitannya dengan RAMADHAN.
Ijinkan saya untuk sharing lagi tentang perihal Isra' Mi'raj kaitannya dengan Bulan Ramadhan, yang akan saya sampaikan secara detail hanya berdasarkan ayat-ayat Al-Quran, yang menceritakan tentang kejadiannya menit-demi-menit diturunkanNYA Al-Quran .....
Insya Allah memberikan pencerahan..........
Ayat-ayat yang saya sebutkan bisa dibuktikan langsung dengan membuka/membaca Al-Quran masing-masing yang sudah ada di depan teman-teman .......
Ayat-ayat Al-Quran yang mendasari adalah :
(1) Kita diwajibkanNYA berpuasa dlm beberapa hari tertentu [2:183-184].
(2) Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkanNYA Al-Quran [2:185]
BERAPA jumlah beberapa hari yang tertentu itu ????
Dan di hari yg mana di dalam bulan Ramadhan Al-Quran itu diturunkan ??
Untuk menjawab pertanyaan di atas mari kita lihat surah Al-Qadr [97:1-5]
Surah Al-Qadr [97], jika Anda hitung dari ayat 1 s/d 5, maka Anda akan mendapatkan jumlah 'kata' (dalam bahasa arab) sebanyak 30 kata arab.
Kemudian kita lihat, kata "Lailat Al Qadr" ditulis di ayat 1, 2 dan 3 ..... atau sebanyak 3 kali.
Kemudian jika Anda hitung berapa jumlah huruf arab di dalam kata "Lailat Al Qadr" ...maka Anda akan mendapatkan jumlah 9 huruf arab.
MAKA.......... 3 x 9 = 27.
Apa maksud angka 27 itu ????
Sekarang coba Anda hitung .... 'kata' apakah yang berada pada urutan ke 27 ........dari 30 kata arab di surah [97] itu ....???
Jika Anda menghitungnya benar, maka Anda akan mendapatkan bahwa kata pada urutan ke 27 dari 30 kata arab di surah [97] itu adalah jatuh pada kata "ITU" ......atau Malam "ITU" .....atau Malam ke 27 "ITU" .....
INI MENGINFORMASIKAN bahwa, .....Lailat al-Qadr (Malam Kemuliaan) itu jatuh pada Malam ke 27.
MAKA ...jumlah 30 kata arab tadi sebenarnya menginformasikan bahwa jumlah hari di bulan Ramadhan adalah "tertentu" yaitu 30 hari (tidak boleh ditambah atau dikurangi 1 hari-pun).
BERIKUT INI ADALAH PERISTIWA PADA HARI "H" DITURUNKANNYA AL-QURAN.
Waktu terus berjalan .....maka PADA HARI KE 27 DI BULAN RAMADAN [Q.S. 97:1-5] TAHUN 13 SEBELUM HIJRAH, KETIKA LANGIT MULAI MERAH SENJA [Q.S 84:16] ....(pergantian hari menurut kalender Islam adalah pada saat Magrib), KEMUDIAN DATANG MALAM DAN APA-APA YANG DISELUBUNGI [Q.S. 84:17] DAN DENGAN BULAN APABILA SETELAH PURNAMA [Q.S. 84:18]...(jika Anda perhatikan Bulan ....pasti setelah Purnama), DIMANA PADA MALAM ITU TURUN MALAIKAT-MALAIKAT DAN MALAIKAT JIBRIL UNTUK MENGATUR SEGALA URUSAN [Q.S. 97:4] YAITU MEMBERKAHI SEKELILINGNYA [Q.S. 44:3; 17:1] ...(yaitu sekeliling Al-Masjidil Haram dimana ada Muhammad sedang tafakur didalamnya), MAKA DISEBUTLAH MALAM ITU SEBAGAI “MALAM KEMULIAAN” [Q.S. 97:1], YAITU MALAM YANG LEBIH BAIK DARI 1000 BULAN [Q.S. 97:3].....(ketika itu keadaan disekitar Al-Masjidil Haram sangat hening, damai, aman, tidak ada manusia yang mengusik keberadaan Muhammad di situ ....daerah itu "disterilkan"). MAKA KETIKA BINTANG-BINTANG MULAI TERBENAM [Q.S. 53:1] ...(yaitu menjelang Fajar), MUHAMMAD (hatinya / rohnya, bukan jasadnya) TELAH DIJEMPUT OLEH JIBRIL DI AL-MASJIDIL HARAM KETIKA SEDANG TAFAKUR/ZIKIR [2:200; 33:41], KEMUDIAN “DIPERJALANKAN” KE AL-MASJIDIL AQSHA [Q.S. 17:1], DAN DARI AL-MASJIDIL AQSHA “DIPERJALANKAN” LAGI MENEMBUS LAPISAN-LAPISAN LANGIT/DIMENSI [Q.S. 84:19] MENUJU KE SUATU TEMPAT DI UFUK YANG SANGAT TINGGI [Q.S. 53:7] YAITU DI SIDRATIL MUNTAHA YANG DI DEKATNYA ADA SYURGA TEMPAT TINGGAL [Q.S. 53:14,15] KEMUDIAN JIBRIL DENGAN WUJUD ASLINYA [Q.S. 53:6] SEMAKIN MENDEKAT KEPADA MUHAMMAD (Roh-nya) SAMPAI DALAM JARAK DUA UJUNG BUSUR ANAK PANAH [Q.S. 53:8-9], KEMUDIAN SETELAH SANGAT DEKAT, MAKA 1 (SATU) SET WAHYU ALLAH YANG DIBAWA OLEH JIBRIL (114 SURAH / 6.346 AYAT) DISAMPAIKAN / DITANAMKAN KE DALAM HATI / ROH MUHAMMAD [Q.S.2:97], HATI / ROH MUHAMMAD MENGAKUINYA / TIDAK MENDUSTAKANNYA [Q.S. 53:10-11]. DI SANA MUHAMMAD TELAH DIPERLIHATKAN TANDA-TANDA ALLAH YANG PALING BESAR [Q.S.53:18].
PERISTIWA ITU TERJADI DALAM WAKTU YANG SANGAT SINGKAT, YAITU MULAI DARI BINTANG-BINTANG TERBENAM [Q.S. 53:1] SAMPAI DENGAN TERBIT FAJAR [Q.S. 97:5]....(sekitar pukul 02:30 s/d 03:30 waktu setempat).
SETELAH AL-QURAN (1 SET) ITU DITANAMKAN DI DALAM ROH MUHAMMAD, KEMUDIAN MUHAMMAD DIKEMBALIKAN KEPADA JASADNYA.
SETELAH ITU BARULAH MUHAMMAD HARI-HARINYA MULAI MENGELUARKAN (MENURUNKAN) SATU-PERSATU, BERANGSUR-ANGSUR, BAGIAN-DEMI-BAGIAN DARI WAHYU-WAHYU ALLAH YANG BERADA DI DALAM DADANYA ITU [Q.S. 17:106; 6:23; 25:32] DENGAN BANTUAN JIBRIL [Q.S. 53:3; 75:16-19].
SETELAH MUHAMMAD DAPAT MENGUCAPKANNYA DENGAN TERATUR DAN BENAR, BARULAH WAHYU ITU MASUK KE DALAM INGATAN MUHAMMAD. SETELAH ITU, BARULAH MUHAMMAD DAPAT MENULISNYA DAN MEMBACAKANNYA SETIAP PAGI & PETANG KEPADA PARA SAHABATNYA [Q.S. 25:5].
MENGAPA SETIAP PAGI DAN PETANG ? KARENA SIANG HARI BELIAU BERDAGANG DI PASAR, BELIAU ADALAH SEORANG MANUSIA BIASA YANG JUGA MAKAN-MINUM DAN BERJALAN DI PASAR-PASAR [Q.S. 25:7,20].
APA YANG DIBACAKAN OLEH MUHAMMAD KEPADA PARA SAHABATNYA ITU BELIAU JUGA MEMINTA AGAR PARA SAHABATNYA MENULISKANNYA [Q.S. 25:5].
DALAM MEMBACAKAN KEPADA PARA SAHABATNYA ITU, MUHAMMAD DIGANGGU OLEH ORANG-ORANG KAFIR. ORANG-ORANG KAFIR ITU TELAH BERBUAT KEZALIMAN DAN DUSTA YANG BESAR DENGAN MENGATAKAN BAHWA APA YANG DIUCAPKAN OLEH MUHAMMAD KEPADA PARA SAHABATNYA ITU ADALAH KEBOHONGAN DAN DONGENGAN-DONGENGAN ORANG-ORANG DAHULU [Q.S. 25:4-5].
SETELAH MASUK KE DALAM INGATAN MUHAMMAD, MAKA SELAIN MEMBACAKANNYA KEPADA PARA SAHABATNYA, BELIAU JUGA MENULISNYA DENGAN TANGAN KANANNYA SENDIRI, DAN DALAM MENULIS TIDAK DIPERBOLEHKAN MERUBAHNYA SEDIKITPUN. KALAU MERUBAHNYA, MAKA MUHAMMAD DIANCAM OLEH ALLAH AKAN DIPEGANG TANGAN KANANNYA (... terjadi "step" / berhenti) DAN KEMUDIAN DIPUTUS URAT TALI JANTUNGNYA (.......serangan jantung) [Q.S. 69:44-46; 29:48].
JADI peristiwa Isra’ Mu’raj itu bukanlah peristiwa dimana Muhammad mendapat perintah sholat 5 waktu, (perintah sholat 5 waktu itu sudah ada sejak Ibrahim), melainkan adalah peristiwa diturunkanNYA AL-QURAN sebagai peringatan bagi Semesta Alam.
Oleh karena apa yang diturunkanNYA itu adalah sesuatu yang LUAR BIASA ….yaitu Perkataan (Hadist) paling baik dari ALLAH [39:23], maka bagi siapa yang ‘hadir’ di bulan itu (artinya, bagi siapa yang masih hidup dan menjumpai bulan Ramashan) hendaknya berpuasa [2:185].
Jadi berpuasa di bulan Ramadhan itu sebenarnya adalah rasa prihatin dan penghormatan kita terhadap diturunkanNYA Al-Quran (bukan bulan penghapusan dosa, dimana pintu Sorga di buka lebar-lebar, pintu neraka ditutup rapat-rapat, Syaitan dibelenggu …dsb …dsb……ini semua tidak ada di dalam Al-Quran). Ketahulilah bahwa Sorga saat ini sebenarnya ‘sudah ada’ tetapi letaknya bukan pada dimensi kita sekarang ini, melainkan pada dimensi/ufuk yang sangat tinggi [53:7,14,15], sedangkan Neraka saat ini belum diciptakanNYA. Coba Perhatikan bahasa Al-Quran pada kedua surah ini [81:13] dan [49:46] …………. Syurga “didekatkan” dan Neraka “dinampakkan”.
Walaupun ayat-ayatNYA terpencar-pencar saling berjauhan dan tidak berurutan tetapi Allah memberikan penjelasan [75:19] dengan sangat gamblang kepada saya tentang peristiwa diturunkanNYA Al-Quran melalui Muhammad ......
DIA membimbing kepada siapa-siapa yang dikehendakiNYA .....[24:35].
Jika ada yang tidak percaya dengan apa yang saya sampaikan ...tidak jadi soal, karena kita masing-masing akan mempertanggung-jawabkan apa yang telah kita lakukan sendiri dihapanan Allah. Tidak ada satupun orang yang nanti dapat membantu kita, kecuali Allah.
Salam
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 32
1 balasan
Nuryadi Pramono menulispada 09 Mei 2009 jam 15:57
@Budi Santoso
Trima kasih atas infonya ya mas....mudah2an Allah mengangkat Mas Budi menjadi orang yg BENAR2 menjadi SAKSI atas KEBENARAN ayat2 yg mas KUTIP diatas !
Balas ke NuryadiLaporkan
Kiriman 33
Dian Novriadi menulispada 09 Mei 2009 jam 19:05
.......................???????
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 34
Budi Santoso membalas kiriman Nuryadipada 09 Mei 2009 jam 20:51
.....insya Allah mas Nuryadi .....
Allah menolong orang-orang yang menolong agamaNYA ....[Q.S.22:40; 47:7]
Salam
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 35
1 balasan
Eko Hary Purnomo menulispada 10 Mei 2009 jam 0:00
ass wr wb.
Mohon maf ingin mengungkapkan dulu pendapat sy ttg ASYHADUALLA ILLAHA ILLALLAH
(QS:21/22.) Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.
(QS:23/91.) Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada Tuhan beserta-Nya, masing-masing Tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,
ini cukup untuk yakin dan terlihat oleh mata lahir tidak ada persaingan/konflik antar tuhan....
Balas ke EkoLaporkan
Kiriman 36
1 balasan
Budi Santoso membalas kiriman Ekopada 10 Mei 2009 jam 9:44
.....punten....
Anda benar sekali mas Eko.....
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 37
Eko Hary Purnomo membalas kiriman Budipada 10 Mei 2009 jam 21:56
Tims mas Budi salam kenal ya......
(QS:43/86. ) Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya).
Balas ke EkoLaporkan
Kiriman 38
Ayatullah Chumaenie menulispada 11 Mei 2009 jam 1:28
jika berkenan, tak ikut mampir sebentar
selamat sejahtera bagi sahabat ku semua. semoga maha dewa selalu memberikan kesejahteraan dan selalu memberkati kita semua.
seluas bumi dan takbertepinya langit tak akan bisa menampung ilmu Tuhan. sekuat apa pun kaki kursi yang terbuat dari kayu lambat laun akan patah. kejeniusan otak pun kadang terkena saraf. artinya kita harus selalu mengunakan menubar biar tak slah. klo dalam istilah program itu ada tool Cntr+A lalu difilter, kemudian kita memilih mana yg ngepas di hati (bukan dipas-paskan). apa lagi klo mendapatkan paradigma abslut, udah jelas-jelas bahwa laayukalifullahu nafsan illawusaha... klo Tuhan maha tahu semua laku kita kenapa kita musti mempersoalkan kesaksian orang toh, Tuhan yg tahu. semua kalimat yang manis nanindah tak akan berarti, pemahaman yang setumpuk, wacana yang melangit. klo tujuh latifah dalam diri kita masih belum tercontrol ya sama saja. ibarat burumg beo berkalimat tapi takpunya makna yang menyentuh...latifatulqolbi, latifatunnafsi dan latifah2 yg lain. nah dari situ saya handak bertanya nieh kepada para sahabat-sahabatku semua pantaskah klokita angkuh, pantaskah kita bersorban kemunafikan dan berbaju keegoan sedangkan tujuh latifah dalam diri kita masih ada keegoan syahadat?
jika berkenan, izinkan saya untuk ngombe wejangan yg sahabat suguhkan.
untuk sahabat ku semua, semoga Tuhan selalu meberkati. amiin.
Balas ke AyatullahLaporkan
Kiriman 39
Dian Novriadi menulispada 11 Mei 2009 jam 15:43
TARIMAKASIH AKANG-AKANG SADAYANA (SEMUANYA). saya mah PISSS aja DAHHHHH...????
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 40
1 balasan
Helmidar Darwis menulispada 11 Mei 2009 jam 22:59
kalau sahadat yang biasa di baca,ittukan ahadatnya nabi kpda Tuhannya...skarang sahadat kita sendiri bagaimana ???
Balas ke HelmidarLaporkan
Kiriman 41
2 balasan
Dian Novriadi membalas kiriman Helmidarpada 12 Mei 2009 jam 11:22
itu dia Mba....,??? PENYAKSIAN mesti disaksikan DIRI SENDIRI,bukan apa kata ini- apa kata itu dan bukan hanya cukup dengan meng- IMAN-i,SEBAB IMAN itu artinya PERCAYA/YAKIN,dan BAGAIMANA seandainya bila kita MENJADI SAKSI diDIPENGADILAN dan kita MENGAKU-NGAKU sebagai SAKSI padaHAL kita tidak MENYAKSIKAN SECARA LANGSUNG,bisa2 kita dituduh sebagai SAKSI PALSU,saya mencoba mengambil contoh dari hukum DUNIA (MELIHAT/MENYAKSIKAN LEBIH BAIK DARI PADA MENDENGAR)....... bukan begitu Mba....????
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 42
1 balasan
Nuryadi Pramono membalas kiriman Dianpada 12 Mei 2009 jam 13:18
TOP daah !
Yg memahami Al Quran secara Teksbook, monggo...
Yg memahami Al Quran secara Hakekat, silaken......
Tapi keduanya koq ga nyambung yah???
Dimana titik temunya???
Balas ke NuryadiLaporkan
Kiriman 43
1 balasan
M Djoko Susilo menulispada 12 Mei 2009 jam 13:22
maaf ikutan...
dari pada kita terlalu panjang lebar mending kita cermati aja kata2..
inalillahi wa innailaihi rojiun..
mungkin itu bisa membantu...
Balas ke M DjokoLaporkan
Kiriman 44
Nuryadi Pramono membalas kiriman M Djokopada 12 Mei 2009 jam 13:24
Kata2 bisa juga menjebak loh mas!
Balas ke NuryadiLaporkan
Kiriman 45
Kj Rasyid membalas kiriman Nuryadipada 12 Mei 2009 jam 18:47
kayakny emang dari dulu seperti itu deh mas...
istilahe gelutane guru tariqat karo guru kitab, heheh
kalo dicermati perjalanan ruhani SSJ, beliau berbaiat kepada beberapa guru tariqat,, jd grup diskusi ini seharusny melihat hal tersebut. bagi yg telah menempuh perjalanan ruhani, tentu akan mafhum dengan kisah2 yg terjadi dlm perjalanan beliau... tapi bagi yg belum mengenal "jalan" ini??
jd puncak syahadat seperti yg diajarkan SSJ adalah bukan instan! tidak akan bisa didapatkan hanya dengan adu argumen & hujjah,,, tetapi harus menempuh laku perjalanan ruhani seperti beliau! dan jg waliyullah lainnya...
salam!
Balas ke KjLaporkan
Kiriman 46
Muhammad Iril membalas kiriman Dianpada 13 Mei 2009 jam 0:32
Tidak semua yang kita percaya atau yakini bisa kita saksikan, cukup kita diberi tanda2 atau bukti2 nya saja.
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 47
Dian Novriadi menulispada 13 Mei 2009 jam 12:21
SETIAP KEYAKINAN MESTI DI UJI KEBENARANNYA....... APAKAH LANGIT,MEMANG BIRU ADANYA......??????,MENURUT SAYA ...PENDAPAT BAPAK2 BENAR SEMUA....,TERGANTUNG DARI SISI MANA KITA MELIHATNYA DAN SESUAI DENGAN ILMU YANG KITA MILIKI juga saya dapat mengetahui lebih dekat tentang pendapat semuanya dan menambah khasanah bagi pemikiran saya,tentunya MUDAH2N BERGUNA BUAT DIRI SAYA.Thanx semuanya.
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 48
1 balasan
Nuryadi Pramono menulispada 13 Mei 2009 jam 13:16
@ kj rasyid
Tul Ki....jadi harusnya ngomong alus apa blak-blakkan yah?
@Iril
kalau mas Iril sudah merasa cukup bersaksi pd tanda2 saja, ya..syukur alhamdulillah!
Tapi kalau kepingin HAQQUL YAKIN atau lebih, sehingga kalbu tak bolak2, Insya Allah...Dia pasti mengangkat MAs IRIL ketempat yg llebih tinggi lagi.
Balas ke NuryadiLaporkan
Kiriman 49
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 13 Mei 2009 jam 13:16
@mas dian, pembuktian hanyalah pelaksanaan wacana. mau dibuktikan boleh.. nggak juga silaken. yang paling penting kan wacananya itu. benar-salah itu hanya bumbu kok :)
Balas ke GrahaLaporkan
Kiriman 50
Kj Rasyid membalas kiriman Nuryadipada 13 Mei 2009 jam 13:46
nah, inilah tantangannya... yakni mencoba menemukan dua sisi yg sebenarny saling berkaitan,, tetapi malahan menjadi hijab dan pangkal perpecahan y?
kalo blak2an,, kasian bg yg belum paham sob!
kalo alus,, kykny pas-lah, sekalian mengasah pemahaman diri!
Balas ke KjLaporkan
Kiriman 51
1 balasan
Muhammad Iril menulispada 13 Mei 2009 jam 13:48
Mas-mas yg sdh nyampe ke HAQQUL YAKIN atau lebih sebaiknya diungkapkan masing2 lewat inboxlah jangan lewat forum ini krn kasihan orang yg baru belajar bisa tambah bingung.
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 52
MasTo Hebat menulispada 13 Mei 2009 jam 22:46
pelajaran biologi ya?
jgn marah,ini pendapat saya aja ko'..
ya itu pendapat dan keyakinan saya.
Balas ke MasToLaporkan
Kiriman 53
1 balasan
Ahmad Nur Kholid menulispada 14 Mei 2009 jam 22:21
Hmmmmm.............
Kok aneh-aneh ya.... maklum lah saya orang awam.... Tapi agama kan memang untuk semua kalangan, termasuk untuk orang awam. Untuk diajarkan buat semua orang. Dan tidak boleh ditutup-tutupi karena rasulullah pun tidak menyembunyikan ajarannya. Rasullah kan juga mengajarkan satu syariat? Bahkan nanti Nabi Isa 'alaihi salam akan menjalankan syariat yang dibawa Rasulullah. Kok bisa banyak begini ya......
Balas ke AhmadLaporkan
Kiriman 54
1 balasan
Muhammad Arif Darmawan menulispada 14 Mei 2009 jam 22:50
@ Ahmad Nur Kholid
Rasulullah konon (tolong dibenarkan ya saudara2ku) pernah ditanyai perihal Surga.
Kepada orang pertama Rasulullah mendeskripsikan Surga sebagai tempat yang indah dimana bisa makan sepuasnya, bisa minum khamer bahkan ditemanin bidadari yang molek2 dan menawan kalau digauli masih tetep perawan (Syaikh Puji aja suka masuk Surga beginian, apalagi Pakdhe Joyo)
Kepada orang kedua Rasulullah mendeskripsikan Surga sebagai suatu tempat yang tidak ada bangunan-bangunan, tidak ada ini dan itu dan yang ada hanyalah Wajah Illahi.....
Kedua kisah tersebut populer di kalangan ummat Islam, tapi kok belum ada yang woro-woro Nabu Muhammad itu PLIN-PLAN ya ? Apakah takut ama FPI ?Padahal jelas, Rasulullah menerangkan konsep Surga berbeda2 ?
Untuk masalah Surga, Rasulullah mengilustrasikan suatu bentuk kenikmatan yang tiada tara yang tiada bandingannya di dunia sehingga siapapun yang tidak terperdaya dunia dan tidak ngoyo ampe bunuh2an dengan saudara sendiri perihal urusan dunia AKAN MENDAPATKAN SORGA. Tentunya sebagai motivasi untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Bagi preman pasar, Rasulullah menerangkan bahwa di Surga bisa asyik masuk dengan bidadari yang molek2 seperti Pamela Anderson yang jumlahnya banyak (sukar deh dicari tandingannya di dunia).
Bagi seorang dgn pemahaman spiritual tertentu Rasulullah tidak mengutarakan hal-hal yang bersifat materiil namun lebih hakiki.....
KONSEP SURGA diutarakan bukan hanya bagi ummat Islam bahkan dalam dua tradisi Abrahamik sebelumnya, namun toh ilustrasinya beda antara satu dengan yang lain sesuai taraf pemahaman.
RASULULLAH-pun pernah berkata kepada para sahabat : "SHOLATLAH SEBAGAIMANA ENGKAU MELIHATKU SHOLAT" dan bukannya "SHOLATLAH SEBAGAIMANA AKU SHOLAT".
Meskipun tuntunan sholat itu sama, Rasulullah menyuruh kepada sahabat2 yang masing2 memiliki tataran keimanan dan keilmuwan beserta pemahaman yang berbeda beda. Sehingga bukan suatu hal yang mustahil apabila Ali bin Abi Thalib bisa melihat Rasulullah "munggah langit" sedangkan Pakdhe Joyo barangkali hanya melihat Rasulullah JENGKANG JENGKING...........
Meski tuntunan ibadah mahdloh itu sama, namun meresapinya berbeda-beda dan sering Rasulullah-pun memberikan doa yang berbeda2 untuk para sahabat. Abu Hurairah diberi Allahumma ba'id baini sedangkan Ali diberi Inni wajahtu untuk doa iftitah.
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 55
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 15 Mei 2009 jam 9:03
Pakdhe Joyo ki sopo mas? Pakdhenya Sampeyan ya..xixixixixi.. sorry OOT ^_^
Balas ke GrahaLaporkan
Kiriman 56
Muhammad Arif Darmawan menulispada 15 Mei 2009 jam 11:32
he he he
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 57
Muhammad Arif Darmawan menulispada 15 Mei 2009 jam 11:42
Pakdhe Joyo = ahli pijet saraf Cina di daerah Klaten. benci banget ama FPI, kadang benci banget ama orang2 yang memahami Islam secara tekstual sehingga sering ngacau kalau ngomong (tapi ocehannya sering ngebuat terpingkal-pingkal). Dia pernah bilang, "lah kok minum vodka dilarang,katanya 'urip mung mampir ngombe', ngombe kok dilarang".
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 58
Muhammad Arif Darmawan membalas kiriman Ahmadpada 15 Mei 2009 jam 11:44
sebagai referensi bisa di-link ke :
http://irwanmasduqi83.blogspot.com/2007/10/peta-kritik-nalar-islam-arkoun-dari.html
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 59
Dian Novriadi membalas kiriman Muhammadpada 15 Mei 2009 jam 19:32
SETUJUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU...............!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Balas ke DianLaporkan
Kiriman 60
1 balasan
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Muhammadpada 15 Mei 2009 jam 20:41
Terima kasih ulasannya mas arif...
Tapi saya berpendapat begini mas:
Perbedaan kabar atau informasi dalam nas Alquran ataupun hadis selama tidak menyebabkan “pertentangan” satu dengan yang lain, dia adalah informasi tambahan yang saling menyempurnakan. Misalnya dalam hadis soal surga yang mas arif sebutkan. Kita dapat menyebutnya terjadi pertentangan, hanya jika satu hadis mengabarkan surga itu indah, sementara hadis yang lain mengabarkan surga itu tidak indah. Jadi saya berpendapat: benar lah apa yang dikatakan Rasulullah tentang bidadari dan semuanya, bukan sebab orang tersebut preman dan sejenisnya.
Dan pemahaman atas kabar (rangkuman berbagai ayat dan hadis) itu lah yang kita sebut syariat Islam. Karena itulah syariat Nabi Muhammad itu satu. Inilah yang saya maksud. Tidak ada dua syariat atau tiga syariat.
Nah, dalam proses pemahaman tersebut, jika benar-benar terjadi pertentangan antara ayat ataupun hadis dalam persoalan hukum, maka langkah-langkah yang di ambil adalah 1) memadukannya, 2) mengunggulkan salah satunya, atau 3) menasakh yang pertama dan ketetapan yang berlaku adalah ayat atau hadis yang datang berikutnya.
Jika pertentangan tersebut berkaitan rukun iman yang enam (di antaranya tentang kabar akherat: surga, neraka, padang mahsyar, hisab dan lain sebagainya), maka kita berpegang pada dalil yang muhkam dan qat’i.
Demikianlah yang diperintahkan oleh Allah ta’ala dan Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi wasallam. Dan demikian juga yang dilakukan oleh para Imam madzhab 4 (salah satunya adalah imam Syafi’i yang seseorang jika mendengarkan bacaan alquranya, maka akan menangis), para penghulu sufi syaikh ‘Abdul Qadir al-Jaelani, Imam Junaid al-Baghdadi, Imam Ahmad ArRifa’i ataupun generasi berikutnya seperti Imam Ghozali.
Mereka semua sama dalam persoalan usul (pokok-pokok ajararan agama), berbeda hanya dalam persoalan furu’ (cabang). Mereka semua beriman dengan rukun iman yang 6 dan menetapi rukun Islam yang 5.
Karena itu, tidak bisa menerima untuk membagi ajaran Islam menjadi syariat yang khusus orang “maqam syariat” dan syariat yang khusus “maqam hakekat”. Adapun jika yang dimaksud “perbedaan syariat” tersebut adalah dalam keistiqamahan melakukan hal-hal sunah, saya dapat menerimanya.
Misalnya, jika orang awam sholatnya tidak pernah dzikir sesudahnya, maka orang yang maqomnya lebih tinggi (atau ingin maqamnya lebih tinggi) istiqamah dalam berzikir, memperbanyak ibadah sunah secara istiqamah, menjauhi maksiat, membersihkan hati dari kotoran-kotoran hati, berakhlak yang baik dengan sesama ataupun makhluk Allah yang lain dan lain sebagainya.
Jika orang maqom syariat yaitu orang yang sekedar beriman dengan rukun iman yang enam serta menjalankan rukun Islam yang lima sebab “sekedar menggugurkan kewajibannya” kepada Allah SWT, maka seseorang di maqam hakekat “menambahkan” dengan berbagai kesunahan yang lain dan menghiasi diri dengan berbagai akhlak terpuji. Seseorang menambahkan ibadah-ibadah tersebut secara istiqamah dengan berbagai sebab: rasa cintanya kepada Sang Pencipta dirinya, rasa syukurnya, rasa kepatuhannya, rasa malunya dan lain sebagainya. Sehingga Allah pun mencintainya sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi.
Akan tetapi, jika ada orang yang rukun imannya kurang dari enam. Atau rukun Islamnya kurang dari lima. Atau cara berimannya kepada yang 6 itu salah (menyalahi ayat Alquran atau hadis mutawatir yang muhkam dan qat’i). Maka, terjadi lah penurunan maqam di bawah maqam syariat.
Inilah pandangan saya, mohon maaf jika ada yang tidak berkenan di hati.
Wallahu a’lam bi showab
Balas ke AhmadLaporkan
Tampilkan 61 - 72 dari 72 kiriman dari 25 orang.
• Pertama
• Sebelumnya
• 1
• 2
• 3
Kiriman 61
Muhammad Arif Darmawan membalas kiriman Ahmadpada 15 Mei 2009 jam 21:57
Makasih Mas....
Memang untuk memahami esensi dari iman dan Islam membutuhkan rukun-rukunnya.
Masalah kata PREMAN itu bahasa "BAGONGAN" yang sering saya pake waktu diskusi di Jogja dulu.....thanks koreksinya, mengingat ini adalah forum tertulis....
Memang di forum ini dibutuhkan wacana seperti yang anda tulis, biar ngga lepas dari koridornya sehingga tercapailah sinkronisasi antara CURIGA (Esensi) dan WARANGKA (kulitnya) sehingga menjadi WARANGKA MANJING CURIGA dan CURIGO MANJING WARANGKA.....
Salam
Balas ke MuhammadLaporkan
Kiriman 62
Budi Santoso menulispada 17 Mei 2009 jam 21:17
@mas Muhammad Arief....
Artine opo kuwi mas .....WARANGKA MANJING CURIGA dan CURIGO MANJING WARANGKA..... aku kok rodo katrok yo......
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 63
1 balasan
Eko Hary Purnomo menulispada 23 Mei 2009 jam 22:55
Apa maksudnya ibarat burung dalam sangkar ?......apalah artinya sangkar yang bagus.......... kan yang dinilai burungnya
Balas ke EkoLaporkan
Kiriman 64
Budi Santoso membalas kiriman Ekopada 25 Mei 2009 jam 19:00
wah ....mas Eko ....... kalimat Anda cantik sekali.....
kalau boleh saya teruskan dalam bahasa lain yg lebih riil .......
Islam bukanlah "atribut" .....Islam bukanlah "kearab-araban" ........ Islam tidak mengajarkan demonstratif, Islam tidak mengajarkan kekejian, tetapi Islam adalah menyangkut penyuburan jiwa/roh setiap individu ...... yaitu bagaimana setiap orang menjadikan jiwa/rohnya yang menempati badan/jasad nya selama hidup di dunia ini menjadi "subur" melalui penggunaan badan/jasad itu, sehingga nanti jiwa/roh itu mampu kembali kepada ALLAH.
Diajak ke mana jiwa kita oleh anggota badan kita dalam mengarungi kehidupan dunia ini..... diajak mencuri (menggunakan tangan), diajak berkata kotor (menggunakan mulut), diajak ingkar kepada ayat-ayat Allah (menggunakan sumber lain sebagai pemimpin/guru)....dsb yang semuanya itu merupakan bisikan Syaitan.......atau sebaliknya diajak rajin sholat, berzakat, bersedekah, berbuat baik kepada orang lain, dan menjadikan Allah sebagai pemimpin/guru selama di dunia..... dsb ....yang semuanya itu adalah jalan yg lurus (shirathalmustakim) menuju Allah ...???
trimakasih mas Eko.....
Salam
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 65
Indra Walid menulispada 26 Mei 2009 jam 13:55
salam ,ma'af menurut kajian sya ,syahadat itu saksi / ikrar terhadap allah , berdasarkan niat, ucapan & perbuatan selama perjalanan didunia ini didasarrin hukum Al Qur'an & Hadist, saksinya diri sendiri apa banyak baiknya atau buruknya. trimk's ,ma'af namanya juga lagi proses pencarian ilmu menuju di dalamnya.
Balas ke IndraLaporkan
Kiriman 66
Harso Basuki membalas kiriman Nanangpada 26 Mei 2009 jam 14:53
Syahadat merupakan perjanjian kita dengan Allah.SWT,dan Allah maha mengetahui segala isi hati manusia apkah kita benar2 menjadi hambaNya yang taat atau cuma hanya ingin diketahui oleh orang lain bahwa kita umat islam,hanya Allah dan diri kita yang tahu.mohon maaf sebelumnya.
Balas ke HarsoLaporkan
Kiriman 67
Budi Santoso menulispada 30 Mei 2009 jam 15:16
Salam,
mas Indra benar...mas Harso juga benar....bahwa itu adalah kesaksian/ikrar/perjanjian ataupun sumpah kita di hadapan ALLAH.
Ikrar atau sumpah mengenai apa? ...yaitu mengenai Eksistensi/Keberadaan dan keESA-an ALLAH.
Sejak kita masih berada di dalam rahim ibu kita (keteika jasad kita belum sempurna) jiwa kita masing-masing sebenarnya sudah dimintai kesaksian / sumpah oleh ALLAH. Coba lihat surah [7:172].
Ketika itu ALLAH bertanya : "BUKANKAH "AKU" INI TUHANMU ?"
kita menjawab : "BENAR, DAN KAMI MENJADI SAKSI".
Maka itulah sumpah/kesaksian/shahadat kita yang pertama kali di hadapan ALlah ......."LAA ILLAHA ILLA ALLAH" .....Tidak ada Tuhan selain Allah".
Kemudian dengan berjalannya waktu ....'demi masa' [103:1]....(kalau tidak ada masa tentu tidak ada waktu, dan kalau tidak ada waktu tentu tidak ada perbuatan, alias diam), maka ...demi masa ..... kita dibesarkan .....dilahirkan-NYA ke dunia ....menjadi dewasa ...ketika kita sudah mulai belajar dan mengenal lingkungan kita .....tiba-tiba kita mendapatkan bahwa Shahadat kita sudah berubah (sudah ada tambahannya).
......manusia telah mengingkari sumpahnya sendiri .....
maka demi masa ..manusia benar-benar dalam keadaan merugi [103:2]...
kecuali orang-orang yang "beriman" dan mengerjakan amal saleh dan "nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran" dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran [103:3].
Salam
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 68
Betza Aldyz menulispada 30 Mei 2009 jam 16:39
subhanallah..banyak ragam pemaknaan ttg syahadat tp intinya cuma satu: kita akui keberadaan Allah SWT.... tulus tdk tulus...hanya Dia yg tahu...
kadang akal kita merasa lebih pintar & naluri kita merasa lebih benar... hanya Allah yg tahu semua jawaban, krn tdk semua firmannya dpt terbaca dg akal&naluri.... coba tanyakan pd hati&jiwa kita, benarkah apa yg telah terucap?
saya kagum dg bapak2 semua, yg dpt menerangkan dg gamblang... semoga ini dpt diterapkan dlm lingkup yg terkecil, yaitu keluarga inti masing2...
sebagai seorang ibu, saya berusaha 'bisa' menuntun 3 titipan Allah ini... semoga berhasil... amin
Balas ke BetzaLaporkan
Kiriman 69
Edi Aryono menulispada 30 Mei 2009 jam 22:30
..nah ini baru nyoss dari mbak Betza...tidak perlu berusaha menjadi SSJ untuk berbuat sekecil kebaikan....salam
Balas ke EdiLaporkan
Kiriman 70
Budi Santoso menulispada 02 Juni 2009 jam 14:22
[18:24] .........insya Allah mbak Betza .....insya Allah pak Edi
Salam
Balas ke BudiLaporkan
Kiriman 71
Asy'ari Al-Habasyi menulispada 11 Juni 2009 jam 19:27
Dua kalimat syahadat menggunakan bahasa arab, maka harus ditafsirkan berdasarkan bahasa arab.
Dalam bahasa arab syahida yasyhadu berbeda dengan syahada yusyahidu. Kata pertama mengandundung tiga pengertian sekaligus yaitu mengetahui, meyakini dan mengakui. Sedangkan kata kedua berarti melihat atau menonton. Jadi tidak benar apabila bersyahadat berarti harus melihat Allah.
Dengan demikian makna Syahadat pertama adalah aku mengetahui, aku meyakini dengan hati dan aku mengakui dengan lisan bahwa tidak ada tuhan yang disembah dengan benar kecuali hanya Allah.
Pengertian diatas menunjukkan bahwa syarat agar iman seseorang sah adalah ia harus mengenal Allah (al-ilmu billah), meyakini bahwa Allah adalah satu-satu tuhan yang disembah dengan benar atau satu-satunya pencipta (i'tiqat), juga disayaratkan harus mengakuinya dengan mengikrarkannya dengan lisan.
Semoga dapat memuaskan penanya pertama
Balas ke Asy'ariLaporkan
Kiriman 72
Saka Yosmita menulispada 11 Juni 2009 jam 21:55
pringisiii.. ehh permisi.. nuwun sewu.. nyuwun ngapunten.. sedikit yang bisa saya tambahkan disini (maafin saya.. untuk tingkatan bodoh pun saya blum nyampe.. mohon dimaafkan kalo ada salah2 kata)..
Bismillahirrohmannirohim...
sepemahaman saya..(mohon maaf) ... syahadat itu artinya ya ber"saksi"..
secara lisan... dan membacanya ya... ngga ada yg laen ya cuman... "bacaan sayahadat"... saya kira itu tidak perlu jadi masalah yg rumit...,,, karena sepemahaman saya juga kalo ada saksi berarti ya ada hakim...,, dan kalo manusia bersaksi maka yg menjadi hakim adalah Allah..,,, dan yg berhak menghakimi adalah Allah..,,, dan sepemahan saya (mohon maaf lagi) kita bersaksi semampunya saja... sejujurnya apa yg kita saksikan... mau secara lahir atau pun secara.. "manusia se-utuhnya" alias insan kamil... toh ada yg menghakimi kok.. dan hakimnya Maha Tahu.. lagi Maha Menghakimi... hehehe.. nyuwun ngapunten sanget .. takutnya saya keliru, keseleo lidah saya.. atau pun jari2 saya yg mengetik posting ini...
dan .. ummm memang kalo memakai logika... baiknya bersaksi itu betul2 mengetahui dengan kesadaran tinggi atas apa2 yg telah disaksikan..., dari sebab itu maka sepemahaman saya... (mohon maaf lagi) makanya ada rukun iman sebelum rukun islam...,, kan di rukun iman yg pertama kita harus "iman" kepada Allah...,,, dan iman itu sepemahaman saya "yakin/percaya" dan pasti timbul pertanyaan lain kan? "gimana mo yakin/percaya lha wong saya aja blum kenal" dari itu pun lahir pertanyaan lagi kan? "gimana mo kenal.. lhaa wong liat aja blum..." ehehehe... ya pendek saja... (mohon maaf kalo hanya sedikit yg bisa saya ungkap di posting ini)... Allah itu ada dimana-mana bahkan lebih dekat dari urat leher kita/manusia kan? (bukan berarti saya mengartikan Allah ada banyak).. contoh pembuktiannya begini menurut saya.. (nyuwun ngapunten sanget Ya Allah.,, sambil merem nih saking takutnya).. kalo semua alam semesta ini hilang/tidak ada/tidak diciptakan/hancur tak bersisa.. maka yg ada adalah sang pencipta to?? dan sekarang alam semesta ada yg merupakan barang baru yg suatu saat akan rusak atau termakan usia.. dan pertanyaannya - ada dimana to?? "kok saya blum liat dengan mata kepala saya??" eheheh.. kan ada tidak ada daya upaya ataupun kekuatan yg berasal dari Allah... dan lagi ada "innalilahhi wa innalillahi roji'un" (bukan statement untuk orang yg meninggal/mati saja) tapi begini.. maksud saya itu artinya kan universal.. "semuanya berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah"... sudah barang jelas disitu Allah yg menciptakan (proses penciptaanya Allahualam) semuanya.. manusia.. malaikat setan..., ataupun alam semesta dan isinya...,, termasuk gerak, langkah, usik, berpikir, makan, tidur, mandi, lahir sampai mati pun.. semuanya kan atas anugerah kekuatan dan daya upaya dari Allah.. itu bisa dijadikan sebagai sesuatu yg bisa "disaksikan" atas kesaksian kita kan...??,, atau kalo kurang paham ... penjelasan kasarnya seperti sunan kalijaga dalam filsafat wayang kulit (kiasan)... gak mungkin wayang gerak sendiri.. kan ada yg menggerakkan yaitu kekuatan sang dalang...,,, itu pun kalo kita mengejar penjelasan tentang syahadat secara lahiriah/fisicly/matrealis... lalu apanya yg bisa dipungkiri?? ndak ada to... lha wong semua berasal dari Allah... tinggal kita bersaksi deh.. sejujur-jujurnya.. bahwa tidak ada Tuhan selain Allah...,, itu untuk kesaksian pertama.. dan dalam syahadat kita bersaksi dua kali lhoo.. satu lagi.. bersaksi atas Rossululloh Muhammad saw.
lahir kan pertanyaan kedua.. "lha wong saya tidak berada di jaman itu kok,, gimana mau bersaksi?" nah.. eheheh.. bentar mo ketawa lagi...(nyuwun ngapunten Ya Allah,, sambil merem nih saking takutnya).. sampai hari ini ada agama islam to?? dan yg di utus membawa agama islam ke dunia ini (maksudnya dunia ini = ruang dan waktu manusia hidup..,, fana/kasar/lahiriah/physicly/matrealis..) adalah Nabi Muhammad saw. to? ikuti saja Al qur'an dan as sunnah... beres.. to?? lalu mau apa lagi...??? segera lah berwudhlu.. dan niat bertobat sungguh2.. lalu ber-syahadat lah sepenuh hati segenap hidup.. (yg nulis posting ini juga!! eekkekeke... haduh.. ngademmm lagi nih)..
nb:
1. mohon maaf sebanyak-banyaknya alias nyuwun ngapunten sanget kepada semua pembaca.. kalo ada salah2 kata ato kalopun kurang jelas.. atas posting saya ini..(ampuuunnn,,, sambil merem nih saking takutnya)
2. "Ya Allah, genggamlah tangan hamba-Mu yg lemah ini dan mohon ampunan yg amat sangat,, dan semoga Engkau berkenan menjadikan segala urusan ini dalam kebaikan.." amin..
-dari AB Yosmita 2009.. untuk forum syeh siti jenar
0 Tanggapan:
Posting Komentar