Topik: WIHDATUL WUJUD
Balas Topik Ini
Menampilkan semua 6 kiriman oleh 4 orang.
Kiriman 1
1 balasan
Arif Nasrullah Emsa menulispada 13 Mei 2009 jam 11:36
Dalam ajaran sufi, ada istilah wihdatul wujud atau yang disebut juga dengan MANUNGGALING KAWULO GUSTI. dalam hal ini Syeh Siti Jenar tidak bersedia menerimanya. hal itu karena hanya Gusti yang Wujud. sesuatu yang tunggal tidak akan bergabung atau manunggal dengan sesuatu yang lain. juga ada pengertian, bahwa Gusti itu dekat tanpa bersentuhan dan jauh tanpa jarak. ini sangat logis dikatakan mengenai keEsaan Allah.
yang jadi pertanyaan, kemudian bagaimanakah hubungan antara Hamba dan Sang Pencipta dalam perspektif ubudiyah. yang namanya MENYEMBAH maka harus ada yang DISEMBAH?
Balas ke ArifLaporkan
Kiriman 2
Khairul Salam membalas kiriman Arifpada 13 Mei 2009 jam 12:08
salam kenal mas AN...:-), izinkan sy memberi komentar.
Mhn klo salah dibetulkan.... (Segala Kebaikan dr Allah... segala kejahatan dr sy. Tp,Pada hakekatnya baik & jahat semuanya dr Allah SWT).
Klo menurut sy Gusti itu bersentuh.... tp, tidak bersekutu.
contoh :
Coba sodara cubit atau pukul tangan sodara, terasa gak?.
Balas ke KhairulLaporkan
Kiriman 3
Arif Nasrullah Emsa menulispada 13 Mei 2009 jam 12:15
salam kenal juga mas Khoirul. Maha suci Allah, sekedar tamtsil aja.. Allah dan makhluq itu seperti matahari dan sinarnya.
Balas ke ArifLaporkan
Kiriman 4
Zainal Abidin A menulispada 29 Mei 2009 jam 9:25
Numpang beropini..hehehe
tubuh manusia ada 3 lapis kesadaran, kesadaran fisik,kesadaran jiwa dan kesadaran RUH..
Kesadaran RUH merupakan "wakil" dari TUHAN..dalam hal ini adalah sebagai yang "disembah", kesadaran jiwa dan kesadaran fisik adalah sebagai "yang menyembah", karena kesadaran fisik dan jiwa sangat mudah dikotori oleh duniawi,maka keduanya harus ber"KIBLAT"pada kesadaran RUH..
Maaf kalau ada kesalahan, mohon koreksinya..
Balas ke ZainalLaporkan
Kiriman 5
Arif Nasrullah Emsa menulispada 30 Mei 2009 jam 10:55
terima kasih atas "ilmu" yang telah disampaikan...
sebagaimana yang saya pernah sampaikan di atas, jika kita sudah bertauhid, disitu tidak ada lagi kata aku, diriku, dll. Saat itu yang ada hanya Yang Maha Satu..
lantas, siapa yang Menyembah dan siapa yang Disembah, bisa dikatakan sebagai suatu bagaian yang tak terpisahkan..
sesuatu yang satu, esa, tunggal, akan bersentuhan dengan apa..atau berjarak dengan apa..
Balas ke ArifLaporkan
Kiriman 6
Asy'ari Al-Habasyi menulispada 09 Juni 2009 jam 19:23
Kok susah-susah amat sih...?!
bukankah Allah menegaskan bahwa Ia adalah tuhan semesta alam dalam surat fatihah. artinya Allah itu bukan alam dan alam bukan Allah. Jadi tauhid itu bukan wihdatul wujud, tetapi tauhid itu seperti yang dikatan oleh al-Junaid:
إفراد القديم من المحدث
mengesakan al-Qadim (Allah) dari al-Muhdats (makhluk).
Balas ke Asy'ariLaporkan
Balas
Balas Topik Ini
Menampilkan semua 6 kiriman oleh 4 orang.
Kiriman 1
1 balasan
Arif Nasrullah Emsa menulispada 13 Mei 2009 jam 11:36
Dalam ajaran sufi, ada istilah wihdatul wujud atau yang disebut juga dengan MANUNGGALING KAWULO GUSTI. dalam hal ini Syeh Siti Jenar tidak bersedia menerimanya. hal itu karena hanya Gusti yang Wujud. sesuatu yang tunggal tidak akan bergabung atau manunggal dengan sesuatu yang lain. juga ada pengertian, bahwa Gusti itu dekat tanpa bersentuhan dan jauh tanpa jarak. ini sangat logis dikatakan mengenai keEsaan Allah.
yang jadi pertanyaan, kemudian bagaimanakah hubungan antara Hamba dan Sang Pencipta dalam perspektif ubudiyah. yang namanya MENYEMBAH maka harus ada yang DISEMBAH?
Balas ke ArifLaporkan
Kiriman 2
Khairul Salam membalas kiriman Arifpada 13 Mei 2009 jam 12:08
salam kenal mas AN...:-), izinkan sy memberi komentar.
Mhn klo salah dibetulkan.... (Segala Kebaikan dr Allah... segala kejahatan dr sy. Tp,Pada hakekatnya baik & jahat semuanya dr Allah SWT).
Klo menurut sy Gusti itu bersentuh.... tp, tidak bersekutu.
contoh :
Coba sodara cubit atau pukul tangan sodara, terasa gak?.
Balas ke KhairulLaporkan
Kiriman 3
Arif Nasrullah Emsa menulispada 13 Mei 2009 jam 12:15
salam kenal juga mas Khoirul. Maha suci Allah, sekedar tamtsil aja.. Allah dan makhluq itu seperti matahari dan sinarnya.
Balas ke ArifLaporkan
Kiriman 4
Zainal Abidin A menulispada 29 Mei 2009 jam 9:25
Numpang beropini..hehehe
tubuh manusia ada 3 lapis kesadaran, kesadaran fisik,kesadaran jiwa dan kesadaran RUH..
Kesadaran RUH merupakan "wakil" dari TUHAN..dalam hal ini adalah sebagai yang "disembah", kesadaran jiwa dan kesadaran fisik adalah sebagai "yang menyembah", karena kesadaran fisik dan jiwa sangat mudah dikotori oleh duniawi,maka keduanya harus ber"KIBLAT"pada kesadaran RUH..
Maaf kalau ada kesalahan, mohon koreksinya..
Balas ke ZainalLaporkan
Kiriman 5
Arif Nasrullah Emsa menulispada 30 Mei 2009 jam 10:55
terima kasih atas "ilmu" yang telah disampaikan...
sebagaimana yang saya pernah sampaikan di atas, jika kita sudah bertauhid, disitu tidak ada lagi kata aku, diriku, dll. Saat itu yang ada hanya Yang Maha Satu..
lantas, siapa yang Menyembah dan siapa yang Disembah, bisa dikatakan sebagai suatu bagaian yang tak terpisahkan..
sesuatu yang satu, esa, tunggal, akan bersentuhan dengan apa..atau berjarak dengan apa..
Balas ke ArifLaporkan
Kiriman 6
Asy'ari Al-Habasyi menulispada 09 Juni 2009 jam 19:23
Kok susah-susah amat sih...?!
bukankah Allah menegaskan bahwa Ia adalah tuhan semesta alam dalam surat fatihah. artinya Allah itu bukan alam dan alam bukan Allah. Jadi tauhid itu bukan wihdatul wujud, tetapi tauhid itu seperti yang dikatan oleh al-Junaid:
إفراد القديم من المحدث
mengesakan al-Qadim (Allah) dari al-Muhdats (makhluk).
Balas ke Asy'ariLaporkan
Balas
0 Tanggapan:
Posting Komentar