SELAMAT DATANG
Selamat datanf di lapak MAKRIFATBUSINESS untuk order bisa melalui marketipace Shopee Tokopedia Bukalapak Lazada dengan nama lapak makrifatbusiness atau order via WA 08123489038 email : imronpribadi1972@gmail.com

Cari Disini

Translate


Kamis, 22 Oktober 2009

Usaha Mengenal Allah Ta'ala - 1




Tampilkan 1 - 30 dari 60 kiriman dari 16 orang.

Kiriman 1
Ahmad Nur Kholid menulispada 17 Mei 2009 jam 13:26
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Perkenankan saya untuk ikut nimbrung dikit-dikit, saya pendatang baru mas-mas semua… Sebagai pendatang baru mungkin gagasannya banyak terputus dari alur diskusi yang sudah berjalan atau mungkin gak nyambung sebab kehilangan narasi yang sudah ada... tapi tulisan ini saya sajikan untuk berusaha mengejar ketertinggalan tersebut....... semoga bermanfaat.
____________________________________________________________
Dalam diskusi pada tema “wajah tuhan”, saya menulis bahwa ayat muhkam tentang Allah ta’ala adalah “laitsa kamitslihi syaiun” yang menjadi landasan salah satu sifat 20 yang diajarkan oleh guru ngaji dan orang tua kita waktu masih anak-anak yaitu “mukhalafatu lil hawaaditsi”. Sifat 20 ini biasanya kita jadikan pujian di kala menjelang sholat berjamaah setelah adzan guna menunggu jemaah yang lain datang untuk menunaikan sholat berjamaah.

Artinya: Allah taala tidak seperti benda yang ada di alam semesta ini dan juga tidak seperti sifat-sifatnya benda yang ada di alam semesta ini.

Jika benda-benda memerlukan tempat (disifati dengan tempat), maka Allah ta’ala tidak membutuhkannya. Karena itu lah bertentangan dengan prinsip ayat ini segala pernyataan yang mengatakan Allah ada di atas arasy, Allah ada di sisi kita, Allah ada di hati kita, Allah ada bersama kita, Allah menempati salah seorang di antara kita (manunggal dengan salah seorang). Juga bertentangan dengan prinsip ayat ini jika mengatakan “dimanakah Allah?” atau mengatakan “kami tidak mengetahui dimanakah Allah”, sebab peryataan-pernyataan tersebut sudah mengasumsikan adanya tempat bagi Allah.

Jika benda-benda dapat berpindah-pindah posisi dan letaknya, maka Allah tidak demikian. Karena itu bertentangan dengan prinsip ayat ini mengatakan Allah naik atau turun. Atau mengatakan Allah ta’ala mendekat kepada kita atau menjauh dari kita. Atau mengatakan Allah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Jika benda-benda memiliki “jarak” (disifati dengan jarak), maka Allah tidak disifati dengan jarak. Karena itu, bertentangan dengan prinsip ayat ini, mengatakan Allah dekat dengan kita atau jauh dari kita.

Jika benda-benda masuk dalam dimensi waktu (disifati dengan waktu), maka Allah tidak membutuhkan waktu. Karena itu bertentangan dengan prinsip ayat ini mengatakan Allah pada 1/3 malam terakhir melakukan ini dan itu.

Jika benda-benda adalah “terbatas” ukurannya (baca: berbentuk, sebab segala yang berbentuk pasti terbatas seperti: titik memiliki bentuk, maka dia terbatas; Bumi berbentuk, maka ia terbatas; Alam semesta berbentuk, maka ia terbatas), maka Allah tidak demikian. Karena itu bertentangan dengan prinsip ayat ini mengatakan Allah memiliki bentuk begini atau begitu. Sebab segala yang berbentuk pasti terbatas.

Jika sebagian benda tersusun dari anggota tubuh, maka Allah tidak demikian. Karenanya bertentangan dengan prinsip ayat ini mengatakan Allah memiliki wajah atau tangan. Meskipun dengan mengatakan “tapi kita tidak tahu bagaiamana bentuknya”. Meskipun dengan mengatakan “bentuknya berbeda dengan wajah atau tangan kita”. Karena pernyataan-pernyataan tersebut sudah mengasumsikan bahwa tuhan tersusun dari anggota tubuh.

Jika sebagian benda (kabut misalnya) dapat menyelimuti sesuatu, maka Allah tidak demikian. Karena itu bertentangan dengan prinsip ayat ini mengatakan Allah menyelimuti segala sesuatu atau sebagiannya saja.

Jika sebagian benda (cahaya atau sinar) memancarkan sesuatu, maka Allah tidak memancarkan apa pun. Karena itu bertentangan dengan prinsip ayat ini mengatakan alam semesta ini adalah hasil emanasi (pancaran) Allah ta’ala. Perkataan ini dapat mengandung dua kesalahan sekaligus, yaitu: 1) mensifati Allah dengan memancar; 2) dapat bermakna menganggap Allah sebagai cahaya.

Jika sebagian benda (air misalnya) melarutkan/meleburkan gula atau garam sehingga menyatu dengannya, maka Allah tidak demikian. Karena itu bertentangan dengan prinsip ayat ini mengatakan seseorang telah melebur atau larut dengan tuhan.

Jika sebagian benda (angin) dapat menempati segala ruang di muka bumi ini sehingga berada dimana-mana, maka Allah tidak demikian. Karena itu bertentangan dengan prinsip ayat ini mengatakan Allah berada di mana-mana.

Tetapi, tidak bertentangan dengan prinsip ayat ini jika mengatakan “hidayah Allah ada dalam hati kita”; “pertolongan Allah ta’la dekat dengan kita”; “pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu”; “Allah ta’ala telah menganugerahkan ketenangan dan kedamaian dalam hati kita”; “Allah memuliakan 1/3 malam terakhir”; “Allah memerintahkan para malaekatnya turun ke muka bumi 1/3 malam terakhir”; “rahmat Allah ada di mana-mana”.

Bukankah banyak ayat Alquran dan hadis Nabi Muhammad SAW yang dhahir–nya menunjukkan Allah ta’ala disifati dengan sifat-sifat makhluk? Betul, memang banyak. Itulah yang dinyatkan oleh Alquran dan Hadis rasulullah dengan ayat-ayat atau hadis mutasyâbihât. Namun, Alquran dan Rasulullah memerintahkan untuk berpegang kepada ayat muhkam dalam melakukan pemahaman. Alquran dan Rasulullah juga mengecam orang-orang yang berpegang kepada ayat atau hadis yang mutasyâbihât. Seorang penghulu sufi berkata: “shuunuu aqaaidakum min tamassuki dhaahiri maa tasyaabaha minal qur’aani wa sunnah fa inna dzaalika min usuulil kufri” [Jagalah akidah kaliah dari mengambil pengertian dzahir ayat dan hadis yang mutasyaabih. Karena itu semua teramsuk pilar-pilar kekufuran.]

Lalu bagaimanakah kita mengenal Allah ta’la? Kita mengenal Allah ta’ala dengan berpegang pada prinsip-prinsip dari sifat 20 yang sudah kita hafal sejak kita masih anak-anak.

Wallaahu a’lam bi showaab.
Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan.


Kiriman 2
1 balasan
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 18 Mei 2009 jam 9:46
Ngga perlu kuatir Mas.. semampunya saja.. yang penting tetap melangkah walaupun step by step.
jangan sampai begitu melihat penjelasan mendalam tentang ketuhanan trus bingung dan minder, "kok aku belum sampai kesitu ya pemahamannya", bagaimanapun berpeganglah pada hadis Qudsi ini : "Aku(Allah) adalah sebagaimana prasangka hambaku" dan ayat ini : "Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah".
Dulu saya memulai journey spiritual ketuhanan dengan bermodalkan persepsi : "Gusti Allah maha Esa dan maha Baik".. kemudian seiring berjalannya waktu, mulai datang pemahaman baru yang menyempurnakan pemahaman terdahulu. pelu ditekankan disini, bahwa referensi bacaan itu bukan hanya berasal dari kitab suci saja, alam yang terkembang inipun juga sebuah kitab yang penting untuk dibaca, terkadang Tuhan menyelipkan ilmu-ilmu di setiap peristiwa dan itu sangat implisit sekali. anda perlu berbekal pikiran jernih dan mau untuk Open Mind (membuka pikiran/hati).
Yang penting disini adalah, tetap semangat untuk tetap berjalan, apapun yang terjadi jangan sampai menghentikan langkah untuk menuju ke ketuhanan. Bagaimanapun Tuhan memiliki 70.000 tabir yang terdiri dari tabir cahaya dan tabir kegelapan selang-seling. Banyak para salik yang lolos di tabir cahaya tapi bertumbangan di tabir kegelapan. Kalau anda tetap berjalan, niscaya tidak akan tumbang di tabir apapun. Tetaplah berjalan, karena semua jalan menuju kepada Tuhan :).


Kiriman 3
Zainal Abidin A menulispada 29 Mei 2009 jam 8:48

seeeeeepp lah!!


Kiriman 4
Betza Aldyz menulispada 31 Mei 2009 jam 9:01
subhanallah..subhanallah..subhanallah...alllahuakbar... kita hanya hambaNya... tetapi Allah sangat sayang pd kita, shg Dia berkenan kita mengenalNya dg berbagai cara..
salut utk pak Zainal Abidin yg belajar utk mendekatiNya krn insyaallah Dia akan menghampiri anda
kagum utk pak Graha krn dpt memberi masukan yg sangat menyejukkan....


Kiriman 5
1 balasan
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Grahapada 01 Juni 2009 jam 5:01
Saya berpendapat:
untuk sekedar tahu bahwa tuhan itu ada, memang alam semesta dapat dijadikan argumentasi. Untuk lebih jauh dari itu, yaitu mengenal Allah ta'ala saya rasa tidak mungkin. Kenapa demikian? Tidak ada seorang pun di antara kita yang pernah bertemu tuhan. Karenanya, tidak ada konsep (tasawwur) dalam pikiran kita tentang diri tuhan. Jika ada bersitan pikiran (konsep/tasawwur) tentang tuhan, maka bersitan pikiran tersebut adalh patahan-patahan konsep materi yang pernah ditangkap oleh pengalaman indrawi kita. Cahaya dan kegelapan adalah bagian dari pengalaman indrawi kita.

Karena itu, tidak ada informasi yang valid tentang tuhan kecuali yang diinformasikan oleh Tuhan sendiri tentang diri-Nya kepada Nabi-Nya melalui wahyu. Semua informasi tentang tuhan yang tidak berasal dari Tuhan sendiri bernilai "kira-kira", meskipun bisa digathuk-gathukkan (dibikin logis).

Jika sumber informasi tentang tuhan tersebut berasal dari pengalaman batin yang berbentuk ilham atau mimpi, maka banyak yang berasal bukan dari Allah ta'ala. Pun jika benar, ilham tersebut dari Allah ta'ala, maka tidak mungkin bertentangan dengan wahyu-Nya.

Jika seseorang menyatakan sumber informasi tersebut berasal dari wahyu tuhan yang ia peroleh, maka mustahil Tuhan menurunkan wahyunya setelah Rasulullah Muhammad sebagai Rasul terakhir. Kecuali, ia mengingkari terhadap kerasulan terakhir Muhammad SAW sebab wahyu hanya diberikan kepada Nabi.

Demikian halnya tidak mungkin ada pertentangan antar wahyu-wahyu
Allah selain Alquran dalam menginformasi tentang diri tuhan. Sebab, informasi yang bertentangan menunjukkan ada salah satu yang berisi kebohongan.

Demikian ini yang saya pahami dengan opened mind. Yaitu: menerima argumentasi yang rasional dan menolak yang tidak rasional. dan argumentasi rasional yang saya dapatkan adalah tidak ada informasi yang valid tentang Allah taala kecuali apa yang dikabarkan dalam wahyu.

Adapun, yang saya pahami dengan nasehat saudara untuk membuka hati yaitu berakhlakul karimah dengan membuang penyakit-penyakit hati serta memperbanyak dzikrullah. Dengan demikian, semakin tebal lah iman kita dan kita mendapatkan kedamaian batiniyah. Tentu ini tidak menghalangi kita, untuk menolak informasi yang "tidak benar" tentang Allah ta'ala.

Walllahu a'lam bi shawab


Kiriman 6
1 balasan
Graha Phoenixfly Hutamawuri membalas kiriman Ahmadpada 01 Juni 2009 jam 9:54
bagus pak Nur.. saya setuju dengan pendapat anda :)
saya pernah menganut paham sama dengan paham anda ini sekitar 16 tahun yll :). itu ketika saya berpaham : "jika ada benar dari ucapan/perbuatan saya, itu datangnya dari Allah, sedangkan jika ada yang salah dari ucapan/perbuatan saya, maka itu datangnya dari diri saya sendiri"

-----------------------------
pak Nur says:
"Jika sumber informasi tentang tuhan tersebut berasal dari pengalaman batin yang berbentuk ilham atau mimpi, maka banyak yang berasal bukan dari Allah ta'ala. Pun jika benar, ilham tersebut dari Allah ta'ala, maka tidak mungkin bertentangan dengan wahyu-Nya."

tapi sebagaimana saya utarakan diatas, seiring berjalannya waktu dengan membaca dan memahami ayat-ayat yang muhkamat maupun yang mutasyabihat, saya merevisi pandangan saya diatas. saya mengakui bahwa saya ini tidak bisa dan tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk merelease atau menerima sesuatu.. apakah itu sebuah kebenaran maupun kesalahan, sama-sekali saya tidak mampu. Segala sesuatu sumbernya satu, datangnyapun dari satu.. tiada bukan dan tiada lain hanyalah Tuhan itu sendiri, Gusti Allah sendiri. Dialah Rabb yang mampu memberikan manfaat maupun mudharat.
akhirnya saat ini saya mengucapkan: jika ada benar datangnya dari Allah, jika ada salah datangnyapun dari Allah. :)
apapun itu bentuknya, setiap yang datang ke saya, apakah itu "benar" atau "salah", saya mengakui itu datangnya dari Allah. walaupun itu datangnya melalui bisikan malaikat, syaithon, maupun ulama.

-----------------------------
pak Nur says:
"Untuk lebih jauh dari itu, yaitu mengenal Allah ta'ala saya rasa tidak mungkin. Kenapa demikian? Tidak ada seorang pun di antara kita yang pernah bertemu tuhan."

pernah pak... semua orang pernah berhadap-hadapan dengan Allah waktu persaksian pertama di alam ruh sebelum ruh ditiupkan ke janin.


Kiriman 7
1 balasan
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Grahapada 01 Juni 2009 jam 12:55
Mas Graha berkata:

Saya pernah menganut paham sama dengan paham anda ini sekitar 16 tahun yll :). itu ketika saya berpaham : "jika ada benar dari ucapan/perbuatan saya, itu datangnya dari Allah, sedangkan jika ada yang salah dari ucapan/perbuatan saya, maka itu datangnya dari diri saya sendiri".
____________________________________________________
Tentang keimanan kepada qadla dan qodar: Kalau saya berpandangan "mutlak" baik dan buruk diciptakan dan berasal dari takdir Allah ta'ala. Tetapi ada yang diridhainya yaitu kebaikan dan kebenaran. Juga ada yang tidak diridhoinya yaitu keburukan dan kesalahan. Di sanalah wahyu diturunkan agar menjadi petunjuk (menjadi penentu) atas kebaikan dan keburukan menurut Allah ta'ala. Di dalam wahyu (Alquran) kita diperintahkan untuk mengikuti kebenaran dan kebaikan tersebut. Juga diperintahkan menjauhi kesesatan dan keburukan.

Jangan sampai sebab kita "memutlakkan" semua dari Allah, lalu mengatakan semua diridhoi oleh Allah ta'ala. Karena dalam wahyu (Alquran) Allah mencela kesesatan-kesesatan dan keburukan-keburukan lainnya. Jika semua diridhoinya, tentu Allah ta'ala tidak akan mencela kesesatan dan keburukan.

Adapun perintah dalam Alquran "katakanlah jika buruk itu berasal dari diri sendiri", maksudnya adalah sebagai etika. Agar jangan sampai seseorang jika melakukan keburukan lalu berapologi sebagai pembenar tindakannya "ini juga takdir tuhan". Seperti kisah seorang pencuri pada masa khalifah Umar ibn Khattab yang mengatakan "saya mencuri karena takdir tuhan, kenapa kau menghukumku wahai umar? umar ra. lalu menjawab: saya menghukummu ini juga dengan takdir tuhan".

Tentang muhkam dan mutasyaabih: Alquran dan Rasulullah memerintahkan kita untuk berpegang kepada yang muhkam dalam mengambi pengertian. Mas graha menggunakan cara itu tidak dalam memahaminya?

Tentang persaksian di alam arwah, kabar ini kita peroleh dari wahyu. Tentang ini saya belum menemukan dalil yang menyatakan kita melihat-Nya (nanti saya cari dulu mas). Saya berpegang pada prinsip setelah indrawi kita tercipta yaitu setelah kita tercipta di dunia. Dengan argumentasi setelah manusia lahir, tidak ada yang mengingat pernah ketemu Tuhan. Sehingga tidak seorang pun yang memiliki tasawur (konsep) tentang tuhan.

Wallahu a'lam bi showaab...




Kiriman 8
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 01 Juni 2009 jam 14:34
wheleh-wheleh. iki yo olodene podho wae diskusi basa walikan xixixixi..:)

yaa sudahlah.. diskusi kalau tanpa bertatapan mata malah syaiton ikutan bermain.. dia menyelusup melalui akal untuk memacu kekerasan hati.

Yang paling penting hidup ini adalah untuk mengenal Allah.
dan saya berpegang teguh pada ayat ini: Aku adalah sebagaimana prasangka hambaKu. dan saya sudah punya prasangka tertentu tentang Tuhan.. and everything is gonna be allright ^_^


Kiriman 9
Ahmad Nur Kholid menulispada 01 Juni 2009 jam 15:30
Mugo-mugo iso ketemu mas.......amiin...........

Kiriman 10
1 balasan
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 01 Juni 2009 jam 20:39
amiin.. mugo2 sampeyan juga kang :)

Kiriman 11
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Grahapada 02 Juni 2009 jam 15:54
Matur suwun mas..... Oh ya nuwun sewu jika mungkin pendapatku banyak berbeda dengan mayoritas anggota, tapi boleh kan dalam rangka penyeimbang....
______________________________________________________________
Oh ya.... ada perkataan Khalifah Abu Bakar yang menurutku sangat menarik kang....yaitu:

al-'ajzu 'an daraki al-idraaki idraakun wa al-bahtsu 'an dzaatihi kufrun wa isyraakun [artinya: Ketidakmampuan dari menggapai hakekat dzat Allaah ta'ala itulah yang disebut "pencapaian", dan mencari-cari dalih atas dzat-Nya dapat menyebabkan kekafiran dan kemusyrikan]

Menurutku: rasionalisasi pernyataan Khalifah Abu Bakar tersebut adalah sebab semua yang kita nyatakan tentang Allah ta'ala di luar informasi (keterangan) dari Tuhan tentang diri-Nya adalah asumsi yang didasarkan atas argumentasi konsep indrawi. Karena itulah dapat menyebabkan penyerupaan atas benda-benda dalam alam semesta ini dengan Allah Subhaanahu wa ta'aala....

wallaahu a'lam bi shawaab




Kiriman 12
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 02 Juni 2009 jam 16:34
*masih lanjut ya*
gapapa.. pada kenyatannya memang Allah tak dapat disebandingkan dengan apapun kok bro.. jangankan dengan patung-patung..bahkan dengan angan-angan, pikiran, maupun teoripun Allah tak bisa disebandingkan.
Allah tidaklah sama dengan apapun yang ada dalam pikiran kita. ringkasnya kalau kita menyimpulkan Allah bentuknya seperti kuda, sudah pasti Allah bukan seperti kuda.

sedangkan kalau prasangka itu levelnya belum pada kesimpulan.

perumpamaannya gini:
anda belum pernah ke moskow. sah-sah saja anda memprasangkakan bahwa moskow ibukota rusia itu gersang dan tandus. tapi keliru kalau anda menyimpulkan kalau moskow ibukota rusia itu gersang dan tandus.


Kiriman 13
Pulung Tri Handoko menulispada 04 Juni 2009 jam 11:23
simpel aja sich judulnya "usaha untuk mengenal Allah" berarti ya tarafnya masih usaha belum menuai hasil hehehe....

Kiriman 14
Sobat Majnun menulispada 04 Juni 2009 jam 22:53
Salam abang, melihat diskusi ini yakni 'usaha mengenal Allah' maka kesimpulan yang dapat saya tarik sementara adalah kita tidak akan mampu mengenal Allah SWT. dengan memakai argumen pak Graha bahwa Tuhan itu harus dilihat dengan analogi moscow ibukota Rusia itu barulah kita dapat mengenalnya.

Pertama, Jika memang demikian yang dimaksud, maka usaha dalam proses pengenalan Tuhan itu sia-sia saja karena Tuhan itu harus dilihat bang. Sedangkan berbicara tentang persepsi panca indera itu terbatas dan juga kadang kadang menipu.

Kedua, Tuhan tidaklah sama dengan apapun yang ada dalam pikiran kita. Maka Tuhan dalam konsep kita itu hanya dugaan, jika memang demikian maka konsep Tuhan dalam pahaman kita bahwa 'Tuhan Ada' sifatnya dugaan juga.

Mohon dikoreksi atau dikritisi jika dalam pengambilan kesimpulan ini tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan


Kiriman 15
Zainal Abidin A menulispada 05 Juni 2009 jam 8:26

Mungkin sebenarnya kita sudah mengenalNya...tetapi begitu kita masuk ke alam dunia...kita jadi lupa2 inget..sebab pada saat kita bertemu denganNya kita tidak melihat dengan mata,mendengar dengan telinga,berucap bukan dengan mulut,begitu lahir kedunia kita memakai kelima indera kita yang memang terbatas,penafsiran kita dibatasi oleh pikiran kita sendiri.kalau dibilang tidak akan mengenal mungkin saja.tergantung pakai cara apa kita mengenalnya..


Kiriman 16
Ahmad Nur Kholid menulispada 05 Juni 2009 jam 11:22
Kalau saya kesimpulannya:

Apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad ar-Rifa'i:
Tujuan dari ma'rifatullah adalah meyakini keberadaan Allah ta'ala tanpa "kaif" [tata cara] dan tanpa tempat.

Karena itulah, mengenal Allah yaitu dengan memahami sifat 20 yang sudah dirumuskan berdasarkan Alquran dan sunnah. Selain itu, "mohon maaf" apapun yang dikatakan tentang Allah ta'ala tidak valid.

Jadi, hendaknya kita menahan diri dari menyebut Allah ta'ala dari segala sesuatu yang "bertentangan" dengan sifat 20. Misalnya, tuhan berada di atas 'Arsy, tuhan turun ke bumi, tuhan berdiam diri dalam salah seorang hamba, tuhan ada di mana-mana, tuhan ada di Makkah, tuhan meliputi segala sesuatu, tuhan berada di hati kita, tuhan ada di langit, atau semua yang ada di dunia ini adalah hasil dari pancaran tuhan. pernyataan-pernyataan tersebut bertentangan dengan sifat 20 yang dirumuskan berdasarkan ayat Alquran yang qat'i.

Wallahu a'lam bi showaab.



Kiriman 17
Edi Aryono menulispada 05 Juni 2009 jam 12:39
...kalo konsepnya kaya george harisson "wanna see you Lord" maka ya pastinya ngos2an..karena tatarannya tidak sama ..yang satu kodratnya keilahian...yang satu cuma kemanusiaan...tapi kalo "knowing the God",maka jalannya memang sudah disediakan olehNya...melalui ruh pribadi ini maka segala tabir yang disebut berlapis itu akan terbuka...jadi gak perlu ingin bertemu dengan dzatnya untuk mengenal Tuhan itu...dan buat apa...banyak tugas menanti kita dari pada sekedar ngotot ketemu dzatnya...kalo ngotot juga biasanya mubeng terus kaya lagunya kuburan..C Am Dm ke G ke C lagi Am Cm...terus aja...he...hehe

Kiriman 18
Yamura Mala Simanjuntak menulispada 05 Juni 2009 jam 14:54
saya menikmati prosesnya...

Kiriman 19
Pulung Tri Handoko menulispada 05 Juni 2009 jam 22:52
Bismillahirahmanirrahim.
Mengenal Tuhan adalah sebuah kewajiban menurut saya, sebagai rasa syukur kepada Allah yang telah menciptakan kita.
Kalau sebagai orang islam yang berkeyakinan Tuhan adalah Allah SWT, maka wajib bagi saya untuk mengenal Allah.

Di dalam Al-quran juga ada "Allah menciptakan manusia untuk mengenalNya"
dengan bermacam cara setiap insan berusaha untuk Mengenal Allah baik dengan di sadari maupun tidak di sadari, bagi mereka yang memfokuskan diri untuk mengenal Allah ya itulah yang berusaha mengenal Allah dengan sadar.

Tapi perlu kita pahami Allah bukan seperti yang kita bayangkan, dan juga tidak sama dengan apa yang kita pikirkan sekalipun walau ada sifat2 Allah yang memperjelas bahwa Allah ada.
jadi apapun yang kita maknakan tentang Allah, Allah bukanlah seperti yang kita maknakan.

Mohon maaf juga semua pemahaman tentang Allah adalah sebatas cara masing2 untuk mensikapi dan memaknainya dalam usaha untuk mengenal Allah. yang pasti "Allah Ada" dan cara mengenal Allah ya kita ikuti saja cara dan aturannya sesuai dengan cara apa Allah memperkenalkan diri kepada kita semua.
InsyaAllah

Wallahu a'lam bi showaab.



Kiriman 20
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 06 Juni 2009 jam 0:32
bijini.. eh maaf.... begini...
semua yang telah disebutkan, seperti mukhalawatu lil hawadits, dan yang sering disebut di kitab-kitab dan tuntunan pada umumnya, itu masih "Tuhan" pada level nama(Asma), sifat, dan perbuatan(af'al). dan ketiga hal itu "belum"lah Tuhan itu sendiri. itu semua hanyalah sekedar penyederhanaan dari sisi Tuhan sendiri untuk mengenalkan dirinya sendiri yang tak terdefinisikan kepada makhluk-makhluknya seperti kita-kita ini..

kalau anda pernah belajar kalkulus diferensial, dimana sebuah rumus matematika yang sangat rumit bisa diderivatifkan(diturunkan) menjadi sebuah rumus yang lebih sederhana tanpa kehilangan makna dan tujuan rumus itu sendiri. seperti itulah analogi asma, sifat dan af'al. Nama Allah, sifatnya yang maha penyayang dan perbuatannya yang meliputi segala sesuatu itu adalah penyederhanaan deskripsi dari Dia sendiri. dan memang hanya sampai pada level asma, sifat dan af'al aja yang dapat kita jangkau. lebih dari itu Tuhan tak dapat didefinisikan...
ada satu hal dari Tuhan yang itu benar-benar tak terdefinisikan dan tak terdeskripsikan. hal itu bukanlah sifat, bukanlah nama dan bukanlah perbuatan. hal itu mutlak berbeda dengan makhluk dan tak terikat dengan makhluk. jika makhluk memiliki nama, maka hal itu tak bernama, jika makhluk punya esensi dzahir dan gaib, maka hal itu tidak dzahir dan tidak gaib. jika makhluk terikat oleh ruang dan waktu, maka hal itu tak terikat oleh ruang dan waktu. hal apakah itu? karena hal itu tak bernama ya makanya tak dapat disebut. hal inilah yang dilarang untuk dipikirkan karena memang tidak ada media apapun yang dapat menjangkau hal ini.

perumpamaan tentang asma, af'al dan sifat itu seperti ini :
ada orang bernama saridin, dia sifatnya baik dan ramah kepada siapa saja, kalau bertemu siapaun selalu tersenyum, selain itu dia memelihara jenggot yang panjang sampai ke dada. itu semua adalah deskripsi tentang saridin. oke.. apakah semua deskripsi itu benar-benar mengacu pada "the real saridin?" tentu tidak! kenapa bisa begitu? baiklah, mari kita perhatikan waktu dia masih bayi baru lahir.. apakah bayi, yang nanti setelah dewasanya akan dipanggil saridin itu, saat baru lahir dia sudah bernama Saridin? apakah bayi itu memiliki jenggot sedada? apakah bayi itu selalu tersenyum ramah kepada orang-orang yang ditemuinya? lalu layakkah bayi itu disebut saridin jika dia tidak menunjukkan ciri-ciri seperti saridin yang dikenal sekarang? kalau begitu siapa sebenarnya bayi itu? disitulah terdapat "suatu misteri" yang memisahkan antara "nama-sifat-perbuatan" dengan "sebenar-benarnya sesuatu"

Tapi jangan kuatir.. Tuhan nggak akan merumit-rumitkan masalah. Dia sangat ingin dikenal, maka dari itu Dia memberikan keleluasaan unuk memprasangkakan apapun tentang diriNya. Hebatnya lagi, Dia akan menunjukkan wujudNya sesuai dengan persangkaan masing-masing makhluk. Walaupun WujudNya itu bukanlah "The Real God Itself"....

Kalau benar-benar pingin tau aslinya Tuhan ya anda harus menjadi Tuhan itu sendiri.. karena hanya Tuhan yang benar-benar tau Tuhan..


Kiriman 21
1 balasan
Ahmad Nur Kholid menulispada 06 Juni 2009 jam 2:30
Saya sependapat dengan mas pulung tentang kewajiban mengenal Allah ta'ala. Dalam hal ini Imam Ghozali dalam ihya' berkata:

laa tashihhu al-'ibaadah illa ba'da ma'rifati al-ma'buud
[Tidak sahlah suatu ibadah, kecuali setelah mengetahui yang disembah (Allah)]
karena itu, ini adalah persoalan yang paling penting dalam kehidupan manusia sebagai hamba dan tidak bisa dianggap remeh.

Mas Graha berkata:"dan ketiga hal itu "belum"lah Tuhan itu sendiri". Sekedar perbandingan.
1. Kaum mu'tazilah mengatakan sifat itu bukan tuhan [dan berhenti di situ]. Konsekuensinya, mereka mengingkari keimanan terhadap penyebutan sifat-sifat Allah dalam Alquran.
2. Kaum mujassim mengatakan sifat itulah tuhan. Konsekuesnsinya, mereka menyerupakan Allah dengan makhluknya.
3. Kaum Ahlussunah mengatakan "al-shiffah laa huwa wa laa ghairuhu" [sifat itu bukanlah Allah, tetapi juga bukan selain-Nya]. Konsekunsinya kita beriman pada penyebutan sifat-sifat Allah dalam Alquran, tapi pengertiannya bukanlah dzahirnya sifat yang disebutkan Allah dalam Alquran. Allah banyak mensifati dirinya dalam Alquran, tetapi ayat yang qat'i tentang Allah ta'ala yaitu "laitsa kamistlihi syaiun". Ini menjadi rujukan bagi semua pernyataan tentang Allah ta'ala.

Berikutnya: maksud dari "sesungguhnya aku sebagaimana prasangka hambaku" bukan membolehkan segala prasangka tentang Allah ta'ala. Dalam Alquran Allah mencela tindakan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat [di antaranya terkait dengan diri-Nya]. jika serba boleh, tentu tidak akan dilaranglah orang yang semaunya sendiri mengira-ngira tuhan.

wallaahu a'lam bi showaab


Kiriman 22
Graha Phoenixfly Hutamawuri membalas kiriman Ahmadpada 06 Juni 2009 jam 13:43
Pak Nur, sebenernya kita mengacu pada hal yang sama tapi kita berbicara dengan bahasa yang berbeda.
Anda selalu mereferensikan segala pandangan anda pada teori-teori sahih dan anda rekam baik-baik...tapi hanya berhenti sampai situ.
Sedangkan saya tetap menggunakan teori - teori itu.. hanya saja teori itu nggak saya makan mentah-mentah, tapi saya praktekkan dengan sungguh-sungguh dengan mencoba mencari tahu bagaimana si penulis teori itu bisa menemukan teori itu. jika si penulis teori mendapatkan teori itu dengan berkhalwat, saya akan melakukan proses khalwat juga. jika terdapat beberapa teori yang bertentangan, saya akan jalankan semua teori itu tanpa tedeng aling-aling walaupun saya akan berdarah-darah dalam penelusurannya. Tapi pada akhirnya saya benar-benar tau apa makna di balik teori-teori yang ada.

Lagi-lagi saya menyukai perumpamaan.
Ibaratnya saya dan Pak Nur harus melakukan perjalanan dari jakarta ke Aceh. Pak Nur memilih naik pesawat bersama beberapa penumpang lain dan dipimpin oleh pilot. Pak Nur menyerahkan sepenuhnya proses perjalanan kepada pilot. Itu benar, dan memang seharusnya seperti itu, penumpang taat pada pilot.

Sedangkan saya memilih naik motor sendirian. saya akan menikmati perjalanan jakarta-aceh dengan segala resiko yang saya hadapi. walaupun mungkin saya harus nyasar sampai surabaya, tapi tetap ada jalan ke aceh. jalan itu tidak pernah hilang.

Pak Nur sebagai penumpang pesawat, mungkin akan meragukan apakah tindakan saya benar? apa ya mungkin saya mampu melakukan hal itu? apa saya bisa sampai ke aceh? pokoknya memandang saya dengan segala keraguan.

perbedaan yang terjadi adalah:
1. Pak Nur akan lebih cepat sampai dibandingkan saya.
2. Pak Nur tidak akan pernah merasakan tersesat, sedangkan saya mungkin bisa tersesat.
2. Pak Nur hanya tahu 2 point yaitu kondisi jakarta dan kondisi aceh. sedangkan saya mengetahui banyak sekali point sepanjang perjalanan. dalam setiap perjalanan saya akan menemui bermacam pemandangan dan kultur yang berbeda-beda dengan sebenar-benarnya.

apa kesimpulannya? Pak Nur cenderung kaku dan tak tau apa yang harus dilakukan jika bukan berada pada kota jakarta atau aceh (misalnya palembang). Sedangkan saya tahu apa yang harus dilakukan jika sedang berada di palembang, jambi atau medan, selain jakarta dan aceh tentunya. Bahkan mungkin bukan itu saja, saya bisa merasakan gimana rasanya tersesat dan apa yang harus dilakukan jika tersesat.

apa moral of the storynya? ini adalah gambaran tentang kontradiksi antara pandangan ahlu sunnah wal jamaah dengan pandangan kaum sufi. Ahlu sunnah cenderung tidak bisa menerima jalan suluknya kaum sufi, tapi sebaliknya, kaum sufi bisa menerima jalan pemikiran ahlussunah wal jamaah.

kembali ke topik thread ini, segala yang Pak Nur tuliskan itu saya tau dan saya pernah baca, hanya saja saya tidak memakannya mentah-mentah, tapi saya telusuri perjalanan spiritualnya. sehingga saya dapatkan makna dibalik teori itu tentang sejatinya Tauhid Murni.


Kiriman 23
Edi Aryono menulispada 06 Juni 2009 jam 17:47
...suatu proses dilakukan berdasarkan pilihan masing2..ada yang tersandera dan keasyikan pada tataran sunnah wal jamaah ataupun tarekat sekalipun dan ada yang berpendapat itu sudah final/sempurna...menurut hemat saya tataran sunnah wal jamaah dan tarekat itu sebenarnya adalah proses dalam diri manusia dan agak aneh kalau dipecah,karena merupakan subuah mata rantai kesaksian struktur kemanusiaan yang utuh...jika benar mas Graha sudah mengerti Tauhid Murni maka itu sebetulnya sudah tataran hakekat/post syareat dan post tarekat...nah biasanya ditataran ini manusia menjadi "manusia biasa" yang seperti dilakukan muhammad sebagai manusia, tidak kebal,harus bekerja untuk hidup, tidak sakti...karena hal2 yang sering dibilang hebat oleh manusia itu sebetulnya bukan kesejatiaan....saya kadang merenung jika misalnya ada dua manusia yang sedang berjalan berdua dan kita tidak sadar siapa mereka ( yang satu muhammad dan yang satu ssj)...mungkin saya lebih tertarik pada yang ssj ini..karena saya merasakan lebih mumpuni...getarannya hebat penuh khodam....wah kadang2 memang terbalik-balik dunia ini...salam

Kiriman 24
Zainal Abidin A menulispada 06 Juni 2009 jam 22:00
Maaf om semuanya,saya mau nanya nih...yang dimaksud mengenalNya apakah sama seperti kita mengenal seorang teman misalnya..atau lebih dari itu?

Kiriman 25
Pulung Tri Handoko menulispada 07 Juni 2009 jam 10:08
Bismillahirahmannirrahim

Tenang saja mas Zainal dan mas2 semua tujuan kita di sini "berusaha untuk mengenal Allah" yang saya tahu sampai sekarang tidak ada takaran atau ukuran jalur dan jalan mana yang harus kita tempuh untuk mengenal Allah.
yang pasti semua insan mempunyai kemampuan atau dengan jelasnya diberikan kemampuan untuk mengenal Allah.
dan yang pasti juga setiap insan InsyaAllah akan mengenal Allah silahkan semuanya berasyik ria dengan jalur yang di tempuh,
yang jelas jangan lupa niat dulu untuk mengenal Allah lalu ikhlaskan diri kita untuk kenal dengan Allah.
jangan lupa juga jadikanlah tataran dan ukuran diri kita untuk mengambil jalan mengenal Allah, jangan ambil jalan dan ukuran orang lain karena kita masing2 punya takaran jalan yang harus di tempuh untuk mengenal Allah.

InsyaAllah

Wallahu a'lam bi showaab.


Kiriman 26
Ahmad Nur Kholid menulispada 07 Juni 2009 jam 16:49
Bismillaahirahmaannirrahiim....


Mas edy....memang pada akhirnya menjadi pilihan masing-masing individu. Tetapi,sebagai pengetahuan, menurut saya perlu kita runut kaitan antara jalan sufi dan ahlussunah sebab berkaitan.

Misalnya, seperti jalan sufi yang ditempuh oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani. Pada saat ber"khalwat" ada cahaya sangat terang menyilaukan mata yang menghampiri dirinya. Dalam cahaya ini ada suara yang menyatakan bahwa dirinya adalah tuhan yang ia sembah.

Apa yang dilakukan oleh syaikh Abdul Qadir? ia mengambil batu dan melemparnya dan berkata: "kamu adalah syetan yang terkutuk". Syaikh abdul qadir tahu, cahaya itu bukan tuhan sebab penjelasan Alquran laitsa kamitslihi syaiun (mukhaalafatu lil hawaaditsi). Kenapa? karena cahaya adalah makhluk tuhan. Jadi yang berupa cahaya pasti bukan tuhan.

Dari contoh ini, jelaslah kaitan antara jalan sufi dan bimbingan sunnah. Andaikan syaikh Abdul Qadir tidak berpegang pada ajaran ahlussunah, tentu ia tidak akan dapat membedakannya. Dan karena itu menurut saya, jalan ini rawan tikungan dan jebakan sebab syaitan tidak akan membiarkan diri kita begitu saja dalam mencapai keimanan yang sempurna. Mungkin saya juga tidak seberani mas graha dalam bereksperimentasi.

Walllahu a'lam bi showaab


Kiriman 27
Edi Aryono menulispada 07 Juni 2009 jam 20:18
...saya mohon maaf karena tidak biasa mengambil contoh dengan pengalaman orang lain..karena biasanya sulit saya mengerti...boleh dikatakan juga bahwa jalan yang ditempuh oleh ssj maupun saq dimata saya bukan referensi jalan yang saya ambil...pada hemat saya begitu banyak waktu yang terbuang untuk menjalani/mencari yang menurut saya tidak perlu karena sebenarnya apa yang dicari itu kental dengan keinginan semata...silahkan seperti yang ditulis diatas akhirnya berpulang pada pilihan masing2...semoga apa yang telah dipilih dapat membahagiakan dan terus meningkatkan kemanusiaan kita....salam

Kiriman 28
1 balasan
Ezzie Khomein membalas kiriman Ahmadpada 07 Juni 2009 jam 20:38
Salam, setelah saya membaca tulisan bang Ahmad khususnya pada proposisi bahwa "kebaikan dan keburukan diciptakan dan berasal dari Allah Ta'ala", maka say tertarik utk mengomentarinya.
menurut saya keburukan itu bukan datangnya dari Allah SWT. karena Allah itu Sumber segala kebaikan dan mustahil menciptakan sesuatu yang buruk. sesungguhnya apa yang diciptakan oleh Allah itu seluruhnya baik, hanya saja MC yang kemudian membandingkan antara satu dengan yang lain sehingga ada anggapan bahwa sebagian ciptaan Allah itu berupa keburukan.
mohon koreksinya.....!!!


Kiriman 29
1 balasan
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 07 Juni 2009 jam 21:41
hehehe.. capek ah meladeni level syareat yang masih belum merdeka jiwanya dan masih terikat pada makhluk...
muter-muter mulu .. mendingan muter2 senayan.. sehat dapet.. cewe cakep juga dapet hehehehe


Kiriman 30
1 balasan
Muhammad Arif Darmawan (Universitas Gadjah Mada) menulispada 08 Juni 2009 jam 1:51
Diskusi Mbokdhe Beruk, Kang Asep, Om Jamal, Pakdhe Joyo, Ketua Laskar Billibilah, Fuji-yama dan Semelekethe......

Ketua Laskar Billibillah : Mbokdhe, sampeyan kok tidak sering ke masjid. Sampeyan masuk neraka loh bersama orang yang kefir.

Mbokdhe Beruk : Oalah, senajan urip kuwi ngrekoso nanging Pangeran ora sare. (Walau hidup itu susah, tapi Tuhan itu tidak tidur). Sepuluh tahun yang lalu Pakne Thole ketabrak sepur, habis itu thole mati kesetrum listrik, denok juga dilarikan Om-Om ke Kelantan. Nasib-nasib, Duuh Gusti kulo nyuwun pangapuro menawi lepat.

Pakdhe Joyo : Yu Beruk, sampeyan kuwi kakeyan karma-karma elek. Mbah-mbahne sampeyan kakeyan dosa, dadi numusi neng kowe.

Mbokdhe Beruk : Yo piye meneh to kang, saya itu lahir ke dunia juga ndak minta. Pangeran melahirkan saya melalui bopo biyung juga ndak bisa milih. Saya akhirnya puasa tirakat mohon ampunan ke Allah agar menyelamatkan-ku dunia akherat. Puasa tirakat ngga pernah saya tinggalkan.

Pakdhe Joyo : Bagus itu Yu, mudah-mudahan diberi jalan terang....

Ketua Laskar Billibillah : Mbokdhe ngga bisa gitu, itu bid'ah, khurafat, takhayul. Harus diberangus, masuklah ke Surga bersama kami.

Mbokdhe Beruk : Oalah Mas, kok sampeyan njanjiin Surga dan memasukkan saya dalam neraka, wong urip saya aja udah kayak neraka......Sampeyan udah pasti masuk Surga po ?

Kang Asep : Sabar yu, Allah senantiasa bersama orang yang bersabar. Dalam Islam tidak ada karma, yang ada adalah keimanan, ketakwaan dan amal baik. Biarlah Allah yang menentukan mbokdhe masuk Surga atau Neraka. Tetaplah pada tali agama Allah.

Pakdhe Joyo : Wah, do kakeyan ndalil. Wah terlalu banyak main dalil. Senthir disebul wae wis ngaku cerak ro Gusti Allah......

Om Jamal : Hidup, matiku hanyalah untuk Allah, tidak peduli dosamu segunung dan amaliahmu hanyalah sesendok pasir, namun apabila Allah menghendaki maka Ia menghendaki.

Fuji-yama : ngga tahulah, semua itu suwung aning unaning unong, saya udah ngga butuh dunia, saya mementingkan akherat. DUnia adalah semu. Semuanya masih cethek, Mbokdhe beruk itu ilmunya masih dangkal, masih terperdaya dunia, billibilah, si Jamal, si Asep semuanya masih bertudhung hijab.

Pakdhe Joyo : Kasihan itu si Fuji-yama, kluyuran melulu ndak pernah memperhatikan orang tua, anak sulung kok ndak bisa buat contoh adek-adeknya). Orang tua itu wakilnya Gusti di dunia.

Fuji-Yama : ah, Pakdhe Joyo Kejawen.....aku orang tasawuf yang udah ngga terikat simbol-simbol dunia. Kejawen itu masih belon nyampe titik, sehingga kosongnya kosong-kosongan alias ampang.

Semelekethe : kalau saya masih butuh dunia, orang namanya yang ngelahirin saya di dunia ya Allah melalui bapak-ibu. Saya emang pinginnya lahir dari Kyai atau Presiden, tapi apa boleh buat lahir dari eks-tapol PKI. Yang penting bagi saya adalah menjalani kehidupan di dunia dengan ikhlas, berusaha untuk melakukan yang terbaik. Mudah-mudahan Allah Ridlo.

**) Santri Dlo'if berfikir : kok dunia ini beraneka ragam yak ? mana yang udah ketemu Gusti dan belum, siapa yang tahu. Ada tujuh lapis langit yang membuat Adam tidak bisa melihat wajah Tuhan dan masing-masing langit ada Iblis-nya sendiri-sendiri. Jangan-jangan kita semua yang di milis ini masih terjebak pada langit-langit tersebut. JANGAN-JANGAN MALAH SAYA......Apakah mungkin akherat itu ada apabila tidak ada dunia ? apabila akherat adalah fungsi dari dunia, berarti apapun yang dilakukan di dunia itu sangat berharga.....Mbuhlah, yang jelas Iblis-pun juga ciptaan Allah dan dia malah sudah melihat Allah sedangkan kita sendiri belon (kayaknya sih udah-udah belon atau belon-belon udah).......Kecuali kalau anda orang yang sudah tidak bisa membedakan mana dunia-akherat, membedakan Manohara cantik apa tidak.......berarti suwung beneran (fana fillah, fana'ul fana), karena kalau suwung beneran biasanya ngeliat semuanya sedemikian luas dan hanya melihat wajah Allah dimana-mana (baqo), dan itu tidak atas keinginan sendiri tapi datang tiba-tiba.

Kadang Santri Dlo'if di kantor langsung hilang kesadaran sampai-sampai dia dikirain gila........Kalau bilang "Ana al-Haqq, Ingsun Pangeran Sejati" dan melihat paha Manohara aja rasanya pingin nubruk, itu namanya jadzab Syaikh Puji, jadzab KACUK jenenge. Hilang kesadaran karena KOATJOEK atau kacuk (silahkan lihat di kamus slang Jawa apa itu KACUK).....

By the way, ngeliat Manohara kemaren emang membuat aku menghela nafas....ternyata bedho yo wong ayu karo gak.......he he he. Aku wis ora ngalamin fana meneh berarti.......Manohara, kowe gelem ora ro aku ? he he he.....Dasar Santri Dlo'if, belon besa lepas dari dunia.......

SALAM SUPER !!!!!!!



http://profile.ak.facebook.com/v227/83/53/t783188686_117.jpg
Kiriman 31
1 balasan
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 08 Juni 2009 jam 2:51
wah pak jaksa datang... ngacir ahh.. ndak ditangkep kayak prita...hik hik hik..*mlayu karo krukupan sarung*
http://profile.ak.facebook.com/v228/309/57/t1058574097_6252.jpg
Kiriman 32
Budi Santoso menulispada 08 Juni 2009 jam 22:10
Nyuwun sewu .....

Koq rasanya lucu yaaa.....dari sekian banyak yang membahas topik "usaha mengenal Allah" .... kok ndak ada satupun yang merefer (mengacu) kepada Perkataan (Hadist) Terbaik dari Allah yaitu AL-QURAN [Q.S.39:23].

Opo do ra percoyo karo Al-Quran po ? Wah ....rasul mengeluh lo ...[Q.S.25:30].

Nek ora nganggo PetunjukNYA .... opo iso mengenal-NYA ???

ngapunten njih.....

http://profile.ak.facebook.com/v222/181/68/t1682626351_1516.jpg
Kiriman 33
Ahmad Nur Kholid menulispada 09 Juni 2009 jam 0:30
Pengetahuan......

Pengetahuan kita harapkan dapat menolong diri kita dari kegelapan. Tentunya ia adalah pengetahuan yang benar. Jika pengetahuan tersebut benar, maka ia layak untuk diuji dan dibuktikan.

Jalan pembuktiannya, selain jalan rasionalisasi, juga pengujiannya di hadapan Alquran. Jika ia memang benar, maka kebenaran itu akan mampu menjawab pengujian tersebut. Tidak perlu kita khawatirkan adanya argumentasi apa pun. Toh kita semua sama-sama punya itikad baik untuk mendapatkan kebenaran.

Kritik dan argumentasi yang kita ajukan dalam diskusi tentu bukan dengan maksud membenci siapa pun......

http://profile.ak.facebook.com/v227/83/53/t783188686_117.jpg
Kiriman 34
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 09 Juni 2009 jam 9:12
@budi santoso
diskusi dalil itu perlu dilakukan pada diskusi dengan visi yang sama. kalau dengan visi yang beda sebaiknya dikurangi kalau bisa dihindari.. karena dalil itu bukanlah sebagai layaknya senapan mesin atau tank-tank tempur. karena bagaimanapun dalil itu dibuat untuk dipahami, dihayati dan diamalkan.

makanya selama ini saya gak pernah mengeluarkan dalil banyak-banyak.. karena saya tahu diskusi thread ini beda visi dari masing2 pembicaranya hehehehe. saya kasihan dengan Rasulullah karena menerima dalil-dalil tersebut dengan keringat, darah dan air mata.. eeehh sama pengikutnya malah dipake senjata perang argumen :)

http://profile.ak.facebook.com/profile6/450/26/t1715217800_565.jpg
Kiriman 35
Asy'ari Al-Habasyi menulispada 09 Juni 2009 jam 19:14

Imam al-Rifa'i mengatakan:

Puncak pengenalan manusia terhadap Allah adalah apabila dia meyakini tanpa ragu bahwa Allah ada tanpa disifati dengan sifat benda dan ada tanpa tempat.

Inilah cara mengenal Allah.

http://profile.ak.facebook.com/v223/1902/74/t1761448092_7454.jpg
Kiriman 36
1 balasan
Pulung Tri Handoko menulispada 09 Juni 2009 jam 22:49
assalamu'alaikum
bismillahirrahmanirrahim
weleh....weleh...
syukur tenan karo gusti Allah
ketuk saiki okeh tenan jalur lan cara ngenali Pangeran
rasah di gawe... mumet...
karo santai ngopi lan ngrokok di tentremke atine di hayati lan di rasake temenannan
Gusti Allah mugo2 ngijabahi panjenengan sedayo gone usaha ngenal Pangeran....
Amin....amin....ya rabbal alamin
wassalam

http://profile.ak.facebook.com/v225/1073/54/t100000009934524_7826.jpg
Kiriman 37
Sis Wanto menulispada 10 Juni 2009 jam 9:37
Allah sudah mengenal aku dari sebelum aku ada...
http://profile.ak.facebook.com/v227/83/53/t783188686_117.jpg
Kiriman 38
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 10 Juni 2009 jam 12:41
@pulung
artinya apa tuh pak.. kok bahasa ketoprakan dibawa dimari siyh?

http://profile.ak.facebook.com/v222/181/68/t1682626351_1516.jpg
Kiriman 39
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Ezziepada 10 Juni 2009 jam 14:58
Begini mas Ezzi...
Maaf, sampean menyebut Allah dengan kata "sumber" kebaikan. Allah tidak menyebut dirinya dengan "sumber", tetapi pencipta "al-khaaliq". Pengertian "pencipta" adalah mengadakan dari yang tidak ada menjadi ada. Karena dia pencipta, maka dia menciptakan segala sesuatu, termasuk keburukan. Kalau bukan Allah ta'ala yang menciptakan terus siapa lagi? Jika kita mengingkarinya, maka kita dapat terjebak dengan mengatakan ada pencipta lain selain Allah ta'ala.

Apa contoh keburukan? Banyak sekali, membunuh sesama yang tidak dibenarkan, berjudi,dan lain sebagainya yang disebutkan dalam Alquran. Itu semua kan keburukan dan bukan kebaikan.

Tetapi jika kita katakan Allah ta'ala menciptakan hikmah di antara keburukan-keburukan tersebut, maka saya setuju...

Wallaahu a'lam bi shawaab..

http://profile.ak.facebook.com/v222/181/68/t1682626351_1516.jpg
Kiriman 40
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Grahapada 10 Juni 2009 jam 15:40
Mas Graha berkata:
hehehe.. capek ah meladeni level syareat yang masih belum merdeka jiwanya dan masih terikat pada makhluk...
muter-muter mulu .. mendingan muter2 senayan.. sehat dapet.. cewe cakep juga dapet hehehehe
______________________________________________________________
Saya berpendapat:
Kita banyak sekali terjebak dengan bahasa "metafor", baik itu dari Alquran atau hadis yang sama-sama kita kenal dengan "mutasyaabihaat" sehingga sering mengasumsikan kita bukan makhluk.

Merujuk yang disampaikan mas graha di atas, ada hadis Rasulullah yang berbunyi: Man 'Arafa nafsah faqad 'arafa rabbahu. Maka pengertiannya, "jati dirimu adalah makhluk (diciptakan), maka tuhan mu adalah pencipta-Nya...

Benar mas graha... jati diri saya adalah makhluk. Karena itu saya akan memposisikan Allah sebagai "pencipta-alkhaaliq" (mengadakan dari ketiadaan)...... Karena Allah adalah al-khaaliq, maka makhluk bukanlah bagian dari dzat-Nya (wuhdat/emanasi).... Makhluk juga bukan tempat dari tuhan (hulul).... karena itu adalah tidak tepat, mengatakan tuhan bertempat di salah satu hambanya jika telah sampai maqam tertentu, baik dengan cara apa pun. atau mengatakan alam semesta itu adalah tuhan.....

http://profile.ak.facebook.com/v227/83/53/t783188686_117.jpg
Kiriman 41
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 10 Juni 2009 jam 16:50
@bang Nur
jadi... maksud hadits qudsi ini apa dong?
"Tidak ada tempat di seluruh penjuru alam semesta ini yang dapat menampung Allah kecuali Qolbu orang-orang yang beriman"

*biasanya sih jawabannya seperti ini: "itu hadits dhoif"* hehehehe

http://profile.ak.facebook.com/v222/181/68/t1682626351_1516.jpg
Kiriman 42
Ahmad Nur Kholid menulispada 10 Juni 2009 jam 19:43
Mas Graha menyatakan:
Jadi... maksud hadits qudsi ini apa dong?
"Tidak ada tempat di seluruh penjuru alam semesta ini yang dapat menampung Allah kecuali Qolbu orang-orang yang beriman"
_____________________________________________________________

Pengertiannya:
Hanya orang-orang berimanlah yang hatinya akan mengingat Allah ta'ala (dzikrullah). Orang-orang tersebut akan mengingat nama-nama-Nya yang agung (al-asmma' al-husna), mengingat keagungan-Nya dalam penciptaan alam semesta, dan mengingat kesucian-Nya dari keserupaan terhadap para makhluknya.

Hadis di atas juga menjadi penjelas atas hadis yang menyatakan iman dapat bertambah dan berkurang yaitu, bertambah sempurna dengan mengingatnya dan berkurang sebab lalai dari dzikrullah.

Hadis yang mas Graha sebutkan termasuk dalam kategori mutasyaabihaat ayat-ayat Alquran. Di antara ayat-ayat mutasyaabihaat tentang Allah ta'ala di antaranya sebagai berikut:
1. al-Rahmaanu 'ala al-'arsy istawa [pengertian zahirnya: al-Rahmaan (Allah) bersemayam di atas 'Arsy]
2. Innahuu 'ala kulli syai-in muhiit [pengertian zahirnya: Sesungguhnya Allah meliputi segala sesuatu]
3. Fa ainamaa tuwalluu fa tsamma wajhullaah [pengertian zahirnya: Dimana pun kalian menghadap di sanalah wajah Allah]
4. Nabi Ibrahim ketika pergi ke Palestina dalam Alquran disebutkan berkata: Innii dzaahibun ila rabbii sayahdin. [pengertian zahirnya: Aku pergi menuju tuhanku yang akan memberiku hidayah]
5. Hadis yang mas Graha sebutkan yang pengertian zahirnya menunjukkan seolah-olah tuhan ada di hati orang yang beriman.

Jika ayat atau hadis tersebut diambil dzahirnya, maka tidak ada kabar/informasi yang valid tentang Allah ta'ala? Apakah di arasy, meliputi segala sesuatu, di mana-mana, di Palestina, ataukah di hati orang orang beriman?

Ini semua adalah di antara penjelasan yang mutasyaabihaat tentang Allah ta'ala.

Bagaimana tuntunan Alquran dan Rasulullah terhadap ayat-ayat dan hadis seperti ini?
Terhadap ayat-ayat Alquran dan hadis yang mutasyaabihaat seperti ini, Allah ta'ala dalam Alquran dan Rasulullah dalam hadisnya, memerintahkan kita untuk beriman adanya pensifatan Allah terhadap diri-Nya dalam ayat-ayat tersebut serta berpegang bahwa pengertiannya bukanlah dzahirnya, tetapi Allah lah yang mengetahui hakekatnya. Ini lah yang oleh para ulama (maaf saya mengutip perkataan ulama) disebut ta'wil ijmali (ta'wil secara global).

Sementara sebagian lagi mentakwilnya dengan lebih detail, yaitu dengan berpegang pada ayat muhkam dan mencarikan pengertian yang sesuai terhadap keagungan Allah ta'ala sehingga pengertian ayat-ayat di atas adalah sebagai berikut:

1. al-Rahmaanu 'ala al-'arsy istawa [pengertiannya: al-Rahmaan (Allah) berkuasa atas 'Arsy]
2. Innahuu 'ala kulli syai-in muhiit [pengertiannya: Sesungguhnya pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu]
3. Fa ainamaa tuwalluu fa tsamma wajhullaah [pengertiannya: Dimana pun kalian menghadap [dalam sholat sunah yang kalian tidak tahu arah kiblat] di sanalah arah kiblatnya]
4. Nabi Ibrahim ketika pergi ke Palestina dalam Alquran disebutkan berkata: Innii dzaahibun ila rabbii sayahdin. [pengertiannya: Aku pergi ke tempat yang Allah perintahkan untuk kesana (palestina)]
Inilah yang disebut oleh para ulama dengan ta'wil tafsili (ta'wil yang terinci).

Karena itulah Imam Ahmad ar-Rifaa'i (pendiri tarekat rifaa'iyah) menyatakan: shuunuu 'aqaaidakum min tamassuki dhaahiri maa tasyaabaha minal qur-aani wa sunnah fa inna dzaalika min ushuulil kufri. [pengertiannya: Jagalah aqidahmu dari berpegang pada pengertian mutasyaabih ayat Alquran dan sunnah. Sebab, pengertian-pengertian dzahir tersebut adalah pondasi-pondasi kekafiran]

Kita tidak boleh mensahihkan hadis dhaif atau mendha'ifkan hadis sahih. Untuk menghukumi hadis hanya dapat dilakukan oleh para haafidz (gelar muhadis yang benar ahli dalam hadis). Tidak boleh sembarangan orang seperti yang berkembang saat ini. Demikianlah yang saya pelajari dalam ulumul hadis.

Walllahu a'lam bi showaab

http://profile.ak.facebook.com/v227/83/53/t783188686_117.jpg
Kiriman 43
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 10 Juni 2009 jam 20:32
@bang Nur..
sudah jelas kan sekarang?
penglihatan seseorang bergantung dari kacamata yang dipakai. anda melihat menggunakan kacamata ray-ban sedangkan saya melihat tanpa kacamata..
semua yang anda lihat akan sedikit gelap.. sedangkan saya melihatnya jernih ..
dan itu terintegrasi dan terstruktur rapi dalam akal pikiran anda.. jadi ya apa mau dikata.. semua akan anda lihat sesaui dengan kacamata anda..

sekarang saya mau tanya langsung aja deh:
1. anda maunya apa dalam diskusi ini? mau mengubah view point saya? dan view point kebanyakan penganut paham SSJ?
2. lalu anda melihat pandangan2 saya dan pandangan SSJ sesat ataukah lurus?

http://profile.ak.facebook.com/v222/181/68/t1682626351_1516.jpg
Kiriman 44
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Muhammadpada 10 Juni 2009 jam 20:47
SALAM SUPER MAS ARIF......
Saya ingin mengomentari pendapat para tokoh dalam dialog yang sampean sajikan. Saya punya kesimpulan bahwa "segala sesuatu harus ditempatkan pada tempatnya".
______________________________________________________________
Pertama:
Ketua Laskar Billibillah : Mbokdhe, sampeyan kok tidak sering ke masjid. Sampeyan masuk neraka loh bersama orang yang kefir. [Perkataan ini menyalahi syareat (berlebihan dalam agama), sebab ke masjid atau tidak ke masjid bukan standar seseorang masuk neraka].

Kedua:
Ketua Laskar Billibillah : Mbokdhe ngga bisa gitu, itu bid'ah, khurafat, takhayul. Harus diberangus, masuklah ke Surga bersama kami. [Puasa itu disyareatkan, boleh asal diniatkan lillaahi ta'ala, kecuali pada hari-hari yang diharamkan]

Ketiga:
Mbokdhe Beruk : Oalah Mas, kok sampeyan njanjiin Surga dan memasukkan saya dalam neraka, wong urip saya aja udah kayak neraka......Sampeyan udah pasti masuk Surga po ? [Kita harus mensyukuri hidup kita, tidak boleh menyamakan hidup yang merupakan anugerah Allah ta'ala dengan neraka].

Keempat:
Pakdhe Joyo : Wah, do kakeyan ndalil. Wah terlalu banyak main dalil. Senthir disebul wae wis ngaku cerak ro Gusti Allah......[amaliyah, dzikir, dan ibdah lainnya memang penting, tapi tentu pondasinya adalah dalil agama. Tidak perlu menjelekka]

http://profile.ak.facebook.com/v229/1234/80/t653773038_9529.jpg
Kiriman 45
Muhammad Arif Darmawan (Universitas Gadjah Mada) membalas kiriman Pulungpada 11 Juni 2009 jam 1:23
Ho oh DAB, temenanan. mbengi-bengi jam 1.19 di kota Bandung. Tiada neng geulis, adanya sebungkus rokok SAMPOERNA A-MILD dengan TORA BIKA Cappucino. Di sini ngga ada kopi Jos dekat setatsiun TUGU.......

terpaksa CAPPUCINO......kebal-kebul-kobol......

Wah, manpaat tenan ngrokok kuwi nek dinggo ngelaras......

bul-bul-bul, srupuuuuuut. SUEGER REK TEMENAN......

http://profile.ak.facebook.com/v229/1234/80/t653773038_9529.jpg
Kiriman 46
Muhammad Arif Darmawan (Universitas Gadjah Mada) membalas kiriman Grahapada 11 Juni 2009 jam 1:45
@ Dab Graha. Bu Prita itu adalah korban dari permainan hukum manungsia........... kasihan punya anak kecil2 dihukum.......yang jelas, bagaimanapun diskusi di SSJ jangan sampai nyinggung2 masalah nama atau logo perusahaan tertentu apalagi pelayanannya.......mending pasrah LILLAHITA'ALA.....udah cukup nJENENGAN dikatakan zindiq aja, jangan sampe dihukum karena nyebutin bahwa TORA BIKA Cappucino itu kurang enak. TORA BIKA itu kurang enak, kurang enak, kurang enak........
http://profile.ak.facebook.com/v222/181/68/t1682626351_1516.jpg
Kiriman 47
Ahmad Nur Kholid menulispada 11 Juni 2009 jam 15:55
Wah.... mohon maaf kalau ada yang keberatan..... Ape-ape dikate nich....gua kira di sini tempat diskusi pada umumnya. Ya kita sebisa mungkin bisa fokus pada topik dan argumentasi yang diajukan pemilik pemikiran.....meskipun sekali-kali bercanda, ketawa dan ketiwi..... Atmosfir diskusi yang sehat menurut saya adalah membiarkan setinggi apa pun sebuah argumentasi disampaikan. Insyaallah modal "akal" yang diberikan Allah ta'ala dapat mengolahnya, asal jangan "menghina"...... misalnya mengatakan "dasar kamu santri kampungan" atau sejenisnya.......
http://profile.ak.facebook.com/v227/83/53/t783188686_117.jpg
Kiriman 48
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 11 Juni 2009 jam 17:23
@bang Nur ^_^
duille tolllong.. santai nape bang ?
dimari ini pan bukan fight club. lagian ini pan masi masuk kompleksnya pesbuk.. pesbuk pan situs pertemanan katenye.. kenape malah ngambek sih bang.. hehehe

yaa ane minta maap deee kalo ane ada sale-sale tulis di ente punya trid.. hayoo bang Nur.. diskusi lagi dong.. ente jangan manyun aje :)

http://profile.ak.facebook.com/v223/1902/74/t1761448092_7454.jpg
Kiriman 49
Pulung Tri Handoko menulispada 11 Juni 2009 jam 18:29
walah....jadi salah kaprah gini
inget mas semuanya tugas manusia mengenal Allah
dan inget juga Nabi Muhammad tidak pernah memaksa seseorang atau menghakimi seseorang....
jadi slowly aja balik lagi ke titik sadar dan ikhlas untuk melakukan sesuatu
nek panjenengan pada diskusi lan menghayati kanti nafsu...sing dudu mutmainah!!!! trus gimana bisa?????
bagi saya pribadi semua pendapat mas2 bener... tapi terkadang aplikasinya kurang pas...
contohnya kalo kopi....enaknya sambil ngrokok..
jangan kopi....sambil....makan ice krim...
tapi gak salah juga kopi....sambil...makan ice krim..
yang salah atau kurang pas kopi di buat mandi....ice krim buat main bola...hehehehe..
monggo di lanjut.....
dan satu lagi temen temenku seiman menuju Alloh....semua yang kita diskusikan hanyalah sebuah proses pelunakan aqlu dan penjernihan hati lebih bagus lagi mari kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

http://profile.ak.facebook.com/v223/1902/74/t1761448092_7454.jpg
Kiriman 50
Pulung Tri Handoko menulispada 11 Juni 2009 jam 19:03
Bismillahirrahmanirrahim

sebelumnya minta maaf ya....
kalo kita teliti dan kita cermati Rasulullah Muhammad SAW
mendapatkan pengetahuan dan wahyu Allah berupa Al-Quran berangkat dari sebuah awal dimana beliau tidak tahu apapun bahkan ketika di suruh iqra' rasulullah pun tidak tahu juga, tapi ada sebuah rahasia di dalam hati rasulullah Saw di mana beliau selalu berangkat dalam menuju apa yang ingin di ketahuinya atau apa yang harus di ketahuinya dengan bersih dan niat yang kuat.
dan setelah beliau mengetahuinya beliau menyampaikan kembali dengan bersih dan dengan niat kuat benar2 nampak kei9khlasan dalam menjalankannya.
jadi marilah kita menyadari dan membersihkan serta menempatkan diri kita sebagai sebuah kesatuan dan menempatkan diri di posnya masing2
semoga Allah membukakan pintu hati kita untuk bisa ikhlas tidak hanya sekedar tulisan tapi ikhlas sesuai yang di contohkan Rasulullah
baru kita bersama2 dalam menuju kebaikan trus berdo'a untuk dapat mengenal Allah Amin ya rabbal...alamin
wallahu'alam bi shawab

http://profile.ak.facebook.com/profile6/450/26/t1715217800_565.jpg
Kiriman 51
Asy'ari Al-Habasyi menulispada 11 Juni 2009 jam 19:32
Pengen mengenal Allah? Baca surat al-Ikhlas.......
Allah telah memberi jalan kepada manusia untuk bisa mengenalNya, kenapa malah cari jalan lain?!

http://profile.ak.facebook.com/v227/1990/12/t1257115886_2994.jpg
Kiriman 52
Zainal Abidin A menulispada 12 Juni 2009 jam 8:42

kalau mengenal ALLAH hanya dengan membaca saja..pasti banyak yang udah kenal ama DIA..mungkin lebih tepat membaca DIRI..yang tertulis hanyalah "petunjuk"...bukan kebenaran itu sendiri...

http://profile.ak.facebook.com/v223/571/3/t1359383792_3611.jpg
Kiriman 53
Hendra Januar menulispada 12 Juni 2009 jam 10:37
HUh...kalian ini pada ribut ngomong apa sih??? Hey mas-mas yang ganteng, Tuhan itu hanya proyek imajinasi tertinggi manusia. Muhammadlah yang pertama kali berimajinasi tentang adanya allah, hingga dia membuat kerangka argumentasi teologis guna mencapai puncak politiknya untuk menduduki jazirah arab. Hingga demikian, agama hanya setempel di atas kertas untuk ditukar dengan kekuasaan dan dengan sejumlah uang.marilah kita bangkit dari imajinasi primordial muhammad, karena tidak jamannya lagi kita memberikan intervensi spiritual untuk memiliki eksistensi politis dan sosial.

We are the real god....

Me: Hendra januar,,, " Melampaui Kuasa Tuhan"

http://profile.ak.facebook.com/v224/1775/0/t1766679203_5530.jpg
Kiriman 54
Saka Yosmita menulispada 12 Juni 2009 jam 11:23
ahahahaaa.. mas hendra ... "we are the real god" ???? real god itu susu bantal,, sozis.. dan chiken nugget ya??? yang suka dimakan anak kecil.. ahahahhahaa.. mas hendra itu sales alias marketing ya?? atau jasa per-iklanan???
peace ahhh... ahahahhahaaa...
monggo sedoyooo.... ngademmm lagiiii ahhh... huehehehee...

http://profile.ak.facebook.com/v227/83/53/t783188686_117.jpg
Kiriman 55
Graha Phoenixfly Hutamawuri menulispada 12 Juni 2009 jam 11:39
the real god or the real goat? xixixixi
http://profile.ak.facebook.com/v223/1902/74/t1761448092_7454.jpg
Kiriman 56
Pulung Tri Handoko menulispada 12 Juni 2009 jam 13:08
weleh ada yang baru mengenal tuhan melalu sales oke juga tuh tuh....
http://profile.ak.facebook.com/v223/1902/74/t1761448092_7454.jpg
Kiriman 57
Pulung Tri Handoko menulispada 12 Juni 2009 jam 13:11
asy'ari say
Pengen mengenal Allah? Baca surat al-Ikhlas.......
Allah telah memberi jalan kepada manusia untuk bisa mengenalNya
--------------------------------------------------------------------------------------------
ada tambahan nya mas di asyuaraa ayat 11

http://profile.ak.facebook.com/v227/1990/12/t1257115886_2994.jpg
Kiriman 58
Zainal Abidin A menulispada 12 Juni 2009 jam 22:08
maap om2 smw mau menyumbang pendapat nih..hehehe

ehemm!!!!test satu…dua…tiga..

kalau menurut saya upaya pengenalan Tuhan itu melalui proses belajar dari hidup masing2, bukanlah dari buku2 bacaan, buku2 itu sebenarnya hanya untuk "patokan", sebab sebagus apapun buku2 itu sekalipun sekelas kitab suci sekalipun tetap saja tidak ada gunanya.kita hanya akan berkutat pada "kulit"nya saja...soalnya pemikiran2 dalam buku2 & kitab suci itu sendiri,lahir dari pembelajaran DIRI dalam kehidupan, semuanya ada proses dari nol sampai kepada taraf kedewasaan spiritual, coba saja lihat Rosulullah dia mana pernah baca buku!!tapi kalo dalam bidang membaca hidupnya dia orang paling jempolan..(konon kabarnya sih gak bisa baca tulis..hehe..sory kalo salah..wakakakakak)...nah pemikiran dalam buku2 itu terkadang masuk dalam pemahaman kita dan menganggap pemahaman kita sudah benar..wah itu kacau kalau menurut saya.sebab perkembangan spiritual kita menjadi mandek..karena dibatasi oleh pemikiran2 buku2 yang kita baca..

kalau kita perhatikan pemikiran dan pemahaman para spiritualist2 jempolan lahir dari kedewasaan spiritual. Jadi kalau standar kedewasaan spiritual kita masih berada dibawah mereka semua, jangan pernah pernah mengutip perkataan mereka bahkan ayat2 dari KITAB suci!!!..itu sama saja lancang,…karena kita belum “pantas”, sama seperti anak kecil membahas hal2 yang bersifat orang2 dewasa…pasti ngawur…sekalipun benar ya..tetap berkutat pada kulitnya saja..si anak harus “ngelakoni” dulu pahit manisnya hidup ini..sampai pada akhirnya tercapainya suatu kedewasaan yang “ideal”…dijamin segala pemikiran dan pemahaman akan keluar dengan sendirinya..seperti bunga..pada saatnya mekar mengeluarkan aroma yang sedap..

intinya..lebih baik kita bertukar fikiran berdasarkan pemikiran kita sendiri…tanpa ada pengaruh dari manapun…ORIGINAL COY!!meskipun rada katro yah itulah kita…kata orang bule…BE YOUR SELF…hehehe

maAp kalo pendapat saya rada ngeJAZZ…maklum kurang baca buku hehehehe..pisss!!
wasallam.

http://profile.ak.facebook.com/v224/1775/0/t1766679203_5530.jpg
Kiriman 59
Saka Yosmita menulis21 jam yang lalu
seeetubuhhhhh!!! ehhh salahh.. maap maksud saya setujuhhh.. gitu sama pendapat om Zaenal..,, ya Kitab Suci itu kan bahasa nya bahasa Tuhan.. jadi ya tidak gampang untuk memahaminya sebagai manusia... memang otentiknya.. bahasa arab.. "tapi pengertiannya??" kan ndak bisa segamblang men-translate bahasa arab... ya mendingan yg original dari proses alam pikir kita saja.. namanya juga diskusi.. alias bertukar pikiran to?? dan betul itu.. tetep pakai etika.. kedewasaan berpikir.., kita kan mencari "kebenaran" bukan "pembenaran"... ehehehe.. gitu ja deh..,, monggo di-lanjut-ken... lagi.. ehehehee...
http://profile.ak.facebook.com/v227/1923/65/t1690326566_3739.jpg
Kiriman 60
Anda menulis4 menit yang lalu
Wah... tema yang sangat menarik sekali, inilah proses pencarianku dalam hidup yaitu mengenal Allah dan mencari Tuhan Allah,.............

Aku mengenal Allah tidak dari dunia pesantren, dunia civits akademika, aku mengenal Allah dengan jalanku yaitu Ibadah lewat jalur menjadi seorang SALESMAN yang dapat keliling nusantara. Al Khamdulillah tercapai... walau aku mengenal Allah hanya sebatas namaNya saja.....


Tapi dengan namaNya saja sudah luar biasa perkembangan dalam hidup yang aku lalui.


Aku mengenal Allah dengan cara berDzikir dengan Hakekatnya yaitu berfikir secara totalitas unsur jasmnai dan rohani dengan pikiran sebagai komando dalam diriku dan didukung oleh seluruh unsur jiwa bersatu dalam satu pemikiran yaitu berdzikir dalam proses berfikir atau jug sebaliknya berfikir tetapi senantiasa dalam proses berdzikir.... subhanallah.......

Maka jalanku saat ini adalah menghilangkan diriku lenyap dari sifat belenggu jiwa, inilah yang menyebabkan aku sulit mengenal Allah.....

Padahal mengenal Allah adalah semudah kita membalik telapak tangan, asal kit sudah dipastikan mengenal diri kita secara totalitas, maka saat itu lah aku dapat mengenal Allah... walau sebatas namaNya saja.... tapi subhanallah dampaknya dalam hidupku luar biasa dan bahkan hidup ini seperti dalam genggaman tangan. Amin. Astagfirullah.......



Kiriman 61
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Asy'aripada 18 Juni 2009 jam 15:07
Cinta atau Prahara?

Seorang anak menyatakan mencintai ibunya, tapi ia mau tidak mengindahkan perkataan ibunya. Bahkan ia mengatakan sesuatu yang tidak senonoh kepada ibunya. Ketika ditanya perihal tindakannya, si anak ini berkata demikianlah cara dia mengungkapkan cintanya kepada ibunya.

Tengku Fakhri mengatakan bahwa dia mencintai manohara, tapi ia menyayat dan menyiksa tubuh istrinya tersebut. Ia tidak mengindahkan rengekan manohara yang mengiba mohon belas kasihan kepadanya.

Seorang mantan suami menyatakan mencintai istrinya, tapi ia membunuh mantan istrinya itu kala ia hendak menikah lagi. Ia tidak lagi mengindahkan lagi perkataan sang mantan istri yang mengiba kepadanya. Ketika ditanyakan kepadanya kenapa ia melakukannya? Tanpa rasa bersalah si mantan suami menjawab karena ia masih mencintai mantan istrinya tersebut.

Fenomena ini cinta atau prahara? Jika seorang anak benar-benar mencintai ibunya, seharusnya ia mendengarkan perkataannya dan tidak boleh berkata yang tidak senonoh kepada ibunya. Jika Tengku Fakhri benar mencintai istrinya, seharusnya ia tidak akan menyakitinya dan melukainya. Jika sang mantan suami benar mencintai mantan istrinya, seharusnya ia tidak boleh membunuhnya.

Rasio umumnya manusia akan mengatakan tindakan orang-orang tersebut telah membatalkan nilai “statemen cinta” yang ia katakan. Orang-orang ini “atas nama cinta” melakukan tindakan yang menyalahi cintanya, tapi mereka memang mendapatkan “kepuasan” dengan yang ia lakukan. Si anak mendapat “kepuasan” setelah menentang ibunya dan mengatakan sesuatu yang tidak senonoh kepadanya. Tengku Fakhri mendapatkan “kepuasan” setelah ia menyayat-nyayat tubuh Manohara. Pun si mantan suami mendapatkan “kepuasan” setelah ia membunuh mantan istrinya.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita di atas hanya perumpamaan saja......
Jika seorang hamba menyatakan mencintai Allah, tetapi tindakannya menentangnya apakah ia masih dapat dikatakan mencintai-Nya? Si hamba ini menentang ketentuan-ketentuan-Nya; ia menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Suatu aturan yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan ditegaskan oleh Rasul-Nya Muhammad SAW. Lebih jauh dari itu, si hamba ini mengatakan sesuatu yang tidak senonoh kepada-Nya. Ia tidak mau tahu apa yang tuhan-Nya katakan. Ia tidak mahu tahu apa yang Rasul-Nya ajarkan kepada umatnya. Ketika dikatakan kepadanya, mari kita lihat wahyu dan tuntunan Rasulullah, ia dengan pongah mengatakan “ini lah jalanku, ini adalah caraku mencintainya”. Ia mencintai Tuhannya dengan sesuatu yang Tuhannya benci.

Dalam konteks ini lah paham wuhdatul wujud (paham yang menyatakan alam semesta adalah pancaran dari dzat Tuhan) atau hulul (Allah bertempat pada salah satu hambanya yang telah sampai maqam tertentu) perlu memberikan “pembuktian terbalik”. Pembuktian bahwa yang ia katakan tentang Allah tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah ta’ala. Pembuktian bahwa yang dia katakan bukanlah penghinaan atas Allah ta’ala.

Kenapa perlu “pembuktian terbalik”?
Sebab banyak ayat Alquran memberikan pernyataan tegas atas paham-paham tersebut. Di antaranya sebagai berikut:
1) Q.S al-Mâidah [5]:17
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ
Pengertiannya: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam.

Mafhumnya: perkataan “manunggalnya Allah dan ‘Iisa” adalah kekafiran; Jika manunggalnya Allah dan hamba itu memang ada. Tentu, para Nabi adalah orang pertama yang akan manunggal dengan-Nya. Namnun Alquran justru menyatakannya sebagai kekafiran.

2) Q.S al-Ikhlas [112]: 3
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Pengertiannya: Tidak ada sesuatu pun yang terlahir dari dzat Allah dan Allah ta’ala tidak terlahir dari sesuatu.

Mafhumnya: paham emanasi/pancaran yang menyatakan alam semesta adalah pancaran dari dzat Allah (sehingga mengatakan gelas adalah Allah, pohon itu Allah, dan segala hal adalah Allah-wuhadatul wujud) adalah pengingkaran terhadap ayat ini.

3) Prinsip mukhâlafatu lil hawâditsi
Mafhûmnya: Jika sebagian “sifat” benda misalnya air dan gula/garam dapat larut dan menyatu, maka Allah tidak lah demikian. Sebab sifat dan dzat Allah tidak seperti sifatnya makhluk.
Tuhan sudah menegaskan paham “manunggal” adalah kekafiran, namun kita masih menyatakan, “tidak tuhan.... itu bukan kekafiran”.... Lho, katanya mencintai Allah? Kok malah menentangnya. Kok malah menyatakan sesuatu yang tidak senonoh atas Allah ta’ala dengan menyatakan-Nya “manunggal”?.

Si hamba lalu berkata, “saya akan memahami Allah dengan caraku”... Padahal Allah ta’ala dengan kasih sayangnya telah memberikan kepadanya “petunjuk” yang benar (Alquran) agar ia tidak tersesat, sayang diabaikannya. Bahkan ia berani menyatakan yang tidak senonoh kepada-Nya.

Si hamba berkata: “pokoknya lelaku, saya tidak mau tahu soal Alquran dan hadis. Ok deh....”lelaku”..... maksudnya apa sih dengan “lelaku”? Yang jelas....!! dzikir dengan kalimah-kalimah tayyibah, tirakat puasa, atau sekedar berimajinasi dan berangan-angan..... Si Hamba berkata: “dzikir dan tirakat.....” Lha manusia bisa tahu dzikir dan tirakat puasa itu dari siapa? Bukannya itu ajarannya Rasulullah dan juga disebutkan dalam Alquran?

Jadi kamu tidak konsisten dong dengan “tidak mahu tahu-nya” terhadap Alquran? Itu namanya kamu mengambil sebagian dan meninggalkan yang lain... Si hamba berkata, saya konsisten... saya tahu ucapan “dzikir” itu dari guru saya. Lha, emang gurumu memperolehnya dari mana? Dan demikianlah seterusnya semua ajaran tentang “kalimah tayyibah” yang banyak dijadikan “dzikir”-nya adalah ajaran Rasulullah dan Alquran.

Si hamba berkata: Ah masa bodoh dengan Alquran dan hadis Nabi....yang penting dengan jalanku ini “aura khadamnya” lebih berasa menggetarkan..... Ooooo.... begitu ya.... ternyata dia mendapatkan “kepuasan” dengan cara itu. Pun Tengku Fakhri mendapatkan “kepuasan” dengan menyakiti yang dicintainya yaitu setelah menyayat-nyanyat tubuh manohara. Sama juga dengan kisah seorang anak di atas yang mendapat “kepuasan” setelah ia menentang ibunya dan berkata yang tidak senonoh kepadanya. Ketika manohara mengingatkan suaminya, tengku fakhri sambil terus menyayat tubuh manohara berkata: “maafkan aku sayang... inilah caraku mencintaimu”. Na’uudzubilah begini caranya memperlakukan orang yang dicintainya?

Wallaahu a’lam bi showaab


Kiriman 62
Kj Rasyid menulispada 18 Juni 2009 jam 22:06
menarik sekali diskusi ini... ;)
jd teringat dengan ucapan para arif, bahwa sebenarny bukanlah kita yg memperkenalkan diri kepada Tuhan, tetapi Tuhan-lah yg memperkenalkan Diri kepada kita,
Tuhan memperkenalkan DiriNya dengan berbagai macam cara yg kadang2 akal susah untuk menjelaskannya... bahkan ada yg diperkenalkan dengan mempergunakan jalan kemaksiatan terlebih dahulu, ada juga yg diperkenalkan dengan "jalan kebaikan"...

tetapi kadang2 "jalan terang" bisa dilihat setelah kita berada di kegelapan... setelah merasakan pahitnya berdosa, merasakan sedih dan pedihnya hidup tanpa bimbingan Tuhan. setelah menemukan jalan pertaubatan, betapa mereka akan merasakan kehadiran Tuhan itu bahkan didalam setiap desah napasny!

nah, hingga ada yg mengungkapkannya dengan ....

"isak tangis pertaubatan seorang pendosa pada suatu malam, karena menyesali dosa2nya dan ingin kembali kepada Tuhan, lebih berharga dihadapanNya, dibandingkan dengan gemuruh takbir ribuan orang yang tidak mengenalNya!!"

kenapa gema takbir itu tidak berarti bagi Allah? kenapa isak tangis hamba yg notabene seorang pendosa itu lebih berharga bagi Allah? apakah sebenarnya arti dari mengenal Allah itu??

semoga kita termasuk orang yg meneteskan air mata, demi untuk kembali kepadaNya, demi untuk menyesali kesombongan dan kecongkakan kita, demi untuk menyadari bahwa kita adalah orang yg dzalim terhadap diri sendiri....

Subhanallah...






Kiriman 63
Budi Santoso menulissekitar sejam yang lalu
Topiknya : USAHA MENGENAL ALLAH

Beberapa pendapat yang muncul di dalam diskusi :

>>......ya mendingan yg original dari proses alam pikir kita saja......<<

>>.....penglihatan seseorang bergantung dari kacamata yang dipakai. anda melihat menggunakan kacamata ray-ban sedangkan saya melihat tanpa kacamata...... semua yang anda lihat akan sedikit gelap.. sedangkan saya melihatnya jernih .......<<

>>.....Pengetahuan kita harapkan dapat menolong diri kita dari kegelapan. Tentunya ia adalah pengetahuan yang benar. Jika pengetahuan tersebut benar, maka ia layak untuk diuji dan dibuktikan......<<

>>....Atmosfir diskusi yang sehat menurut saya adalah membiarkan setinggi apa pun sebuah argumentasi disampaikan. Insyaallah modal "akal" yang diberikan Allah ta'ala dapat mengolahnya, asal jangan "menghina".....<<

>>....Pengen mengenal Allah? Baca surat al-Ikhlas.......<<

>>.......We are the real god....<<

Dari apa-apa yang tertulis di forum ini ....sepertinya usaha mengenal Allah dijadikan suatu wacana sambil bermain-main.
Boleh jadi, banyak diantara peserta forum ini yang benar-benar secara serius ingin mengenal ALLAH .....tetapi dengan apa yang sudah diposting belum memberikan jawaban yang terang dan meyakinkan .......dan terkesan sambil lalu.

Mengapa tidak ada satupun yang mengikuti Perkataan Allah Yang Paling Baik [39:23]??

Apa yang ingin kita cari sebenarnya semuanya sudah ada di dalam Al-Quran, karena Al-Quran itu tidak meninggalkan baik yang besar2 maupun yang kecil2, semuanya sudah tercatat di dalamnya [18:49].

ALLAH sudah menjamin bahwa Al-Quran itu sudah :

LENGKAP / SEMPURNA [[6:115; 6:38; 14:32]
TERPERINCI [6:114; 11:1]
PENUH HIKMAH [3:58; 36:2]
JELAS [26:195]
LURUS [39:28]
BENAR [35:31]
ALLAH MUDAHKAN [19:97; 44:58; 54:17,22,32,40]
PERKATAAN (HADIST) PALING BAIK DARI ALLAH [39:23]

Mengapa dalam “usaha mengenal Allah” justru tidak menggunakan Petunjuk Allah yang telah diturunkanNYA ? Mengapa Petunjuk itu tidak diikuti ???? Apakah sudah tidak percaya kepada PetunjukNYA (Al-Quran) ????

Mengapa hanya menggunakan perkataan berdasarkan akal masing2 [25:43; 45:23] ??

"Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan." [25:30]

Apalagi ...... "We are the real god"......REALY ????...ARE YUO SURE ???? ... KALAU ANDA YAKIN BAHWA ANDA TUHAN, COBA CIPTAKAN SEEKOR LALAT ....!!! [22:73] atau COBA TERBITKAN MATAHARI DARI ARAH BARAT !!! [2:258].
Luar biasa ........ ini penantang Allah yang paling keras [2:204], maka TUNGGULAH ! dan sayapun menunggu bersama Anda ....! [7:71; 11:122].

Bukankah hanya dengan Al-Quran manusia bisa mengenal / mengetahui Tuhannya.

[14:52] (Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka MENGETAHUI bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.

BAGAIMANA JIKA TEMAN-TEMAN MELIHAT BAHWA TERNYATA “AL-QURAN” ITU ......SEPERTI INI ......(saya beri contoh sedikit yg mudah) .....

(1) Jumlah surah : 114 surah, adalah berkelipatan 19 (yaitu 6x19)
(2) Jumlah ayat : 6346 ayat, adalah berkelipatan 19 (yaitu 334x19)
(3) Ayat Pertama (Basmallah) terdiri dari 19 huruf arab (1x19)
(4) Wahyu Pertama [96:1-5] terdiri dari 19 kata arab (1x19)
(5) Wahyu Terakhir [110:1-3] terdiri dari 19 kata arab (1x19)
(6) Surah pertama (Al-Fatihah) terdiri dari 19 kata arab (1x19)
(7) Surah [96] terdiri dari 304 huruf arab (16x19)
(8) Wahyu pertama [96] telah ditempatkan dalam jarak 19 surah dari surah terakhir [114]
(9) Ayat pertama pd Wahyu Terakhir [110:1] terdiri dari 19 huruf arab (1x19)
(10) Semua surah di Al-Quran selalu diawali dengan Basmallah, jika ada satu surah yang tidak diawali dengan Basmallah (surah 9 adalah satu-satunya surah di Al-Quran yang tidak diawali dg Basmallah), maka jumlah Basmallah seharunya hanya 113 (tidak berkelipatan 19 atau tidak bisa dibagi dengan 19). Tetapi Allah tetap menjadikan jumlah Basmallah di Al-Quran tetap 114. Bagaimana mungkin ????? Coba lihat ada apa di surah [27:30] ...????? ..mengapa ditempatkan di surah [27] dan mengapa ditempatkan di ayat 30 ...??? Coba hitung mulai dari surah [9] sampai dengan surah [27] jaraknya ada berapa surah (surah 9 dan 27 ikut dihitung) ....... ada berapa surah ???? ........19 surah bukan ????? Coba hitung lagi, nomer surah dan nomer ayatnya dijumlahkan (27+30)....ada berapa ???? ..... ada 57 bukan ????? dan 57 adalah 3x19.

Dst .....ada banyak sekali yang berkelipatan 19 di dalam Al-Quran.
APAKAH ITU HANYA KEBETULAN SAJA ?????
JIKA ITU KEBETULAN ........MENGAPA ADA BANYAK SEKALI ???? ......

Dan bagaimana pendapat teman2 jika melihat LUAR BIASA -nya Al-Quran spt ini.....

5-1 87-2 89-3 92-4 112-5 55-6 39-7 88-8 113-9 51-10 52-11 53-12 96-13 72-14 54-15 70-16 50-17 69-18 44-19 45-20 73-21 103-22 74-23 102-24 42-25 47-26 48-27 49-28 85-29 84-30 57-31 75-32 90-33 58-34 43-35 41-36 56-37 38-38 59-39 60-40 61-41 62-42 63-43 64-44 65-45 66-46 95-47 111-48 106-49 34-50 67-51 76-52 23-53 37-54 97-55 46-56 94-57 105-58 101-59 91-60 109-61 110-62 104-63 108-64 99-65 107-66 77-67 2-68 78-69 79-70 71-71 40-72 3-73 4-74 31-75 98-76 33-77 80-78 81-79 24-80 7-81 82-82 86-83 83-84 27-85 36-86 8-87 6-88 10-89 35-90 26-91 9-92 11-93 12-94 28-95 1-96 25-97 100-98 93-99 14-100 30-101 16-102 13-103 32-104 19-105 29-106 17-107 15-108 18-109 114-110 6-111 22-112 20-113 21-114

Angka-angka itu artinya sbb :
Wahyu ke-5 ditulis di surah 1, wahyu ke 87 ditulis di surah 2, wahyu ke 89 ditulis di surah 3, .....dst.

Deretan (digit) angka yang sangat panjang itu HABIS dibagi dengan angka 19, dan hasilnya adalah :

27301523117953976652520427050058169027962954590239030008685141676010237933268964354858432864344592885657520278864767009227843872812808112450723072944189687442960138650760344508668182690253192070793027244854491449987129773398476621587364000576900559002437413947184777198775098878840564060038091302272420401777793621996042516751729914939093966773093099004703106679995852269969944840136689525757849526474216636954264905811531857424300563953062162691637163748480105859006,000000000....(hasilnya bulat, tidak ada angka dibelakang koma).

Boleh dibuktikan secara manual ....karena kalkulator tidak ada yang sanggup menampung digit yang sangat panjang seperti itu.

Coba pindahkan letak satu ayat saja .....pasti struktur itu berantakan ....artinya tidak bisa dibagi dengan 19 lagi .....!!!

Siapa yang menyusun Al-Quran yang sangat SEMPURNA seperti itu ? .....pastilah suatu DZAT yang Maha Cerdas ..... DIA-lah ALLAH, TUHAN SEMESTA ALAM.

MAKA, ADAKAH YANG BISA MEMBUAT SEPERTI AL-QURAN ITU ? [17:88]

MENGAPA “19” ....???????? .......COBA LIHAT SURAH [74:30] .

AL-QURAN SUDAH DIKUNCI”NYA” DENGAN “PIN-CODE 19”
PIN-CODE ini telah diberikan kepada kita dan kita telah membukanya, maka terbuktilah KEBENARAN (KEASLIAN) Al-Quran itu. Dengan ini, DIA telah menepati janjiNYA untuk mengeluarkan Berita tentang KEBENARAN AL-QURAN yang telah DIA janjikan di surah [38:88].

Mengapa kali ini Allah gunakan angka-angka ?
Bukankah kita telah dikaruniai logika/nalar, dan perhitungan logic angka-angka adalah sesuatu yang tidak bisa kita pungkiri lagi. ....2x2=4, 5x4=20 ...dst ......hasilnya PASTI !

MASIH RAGU ???????? .................

ALLAH tidak memperkenalkan diri kepada kita .. akan tetapi DIA telah karuniai kita dengan Indera, Akal dan ‘Hati’ serta Al-Quran ......semua itu agar kita mengenal / mengetahui / memahami-NYA melalui IQRO’/Baca [96:1] terhadap Al-Quran yaitu Perkataan-NYA Yang Paling Baik [39:23] .
DIA telah berikan "semua fasilitas" untuk mengenalNYA, apakah manusia akan menggunakan "fasilitas" itu, tergantung kemauan masing-masing manusia, manusia diberi kebebasan penuh untuk itu.

Salam








  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

29 Tanggapan:

  1. kenalilah Alllah dari mana anda suka memulainya, karena apapun dan darimanapun semua jalan adalah benar dan yang salah adalah yang mulai detik ini tidak memulai mengenal Allah lebih dekat lagi

    BalasHapus
  2. akal adalah mahluk Allah yang diciptakan oleh Allah sebagai alat untuk mengenal Allah, pada saat kita mulai dapat mengenal Allah maka akal harus kita lepas dan kita menggunakan hati sebagai kendaraan mengenalAllah berikutnya setelah akal.

    BalasHapus
  3. Mengenal Tuhan dapat dimulai dari niat diri dengan mengucap basmallah sebagai kunci pembuka makrifatullah.

    Basmalllah
    yang benar adalah basmallah yang diucapkan dari bahasa hati hingga
    menghiasi setiap detik nafas kita, maka pada saat itulah cikal bakal
    makrifatullah telah kita genggam.

    BalasHapus
  4. akal adalah mahluk Allah yang diciptakan oleh Allah sebagai alat untuk
    mengenal Allah, pada saat kita mulai dapat mengenal Allah maka akal
    harus kita lepas dan kita menggunakan hati sebagai kendaraan
    mengenalAllah berikutnya setelah akal.

    BalasHapus
  5. ati adalah istana Allah yang harus disakralkan dan disucikan dari
    segala sifat kemanusiaan dan hawa nafsu. Karena hati yang penuh hawa
    nafsu maka bukan Allah sang pemilik istana yang akan berdiam diri
    tetapi syetan dan jin lah yang duduk diatas singgasana hati kita.

    BalasHapus
  6. mengenal hakekat diri dapat dimulai dari banyak jalan, semua tergantung dariman menurut kita yang terbaik. tetapi yang paling utama adalah dimulai dari lafal bismillah yang tercermin desetiap detak nafas kita yang terhiasi lafal bismillah yang murni keluar dari dalamhati kita

    BalasHapus
  7. Mungkinkah diri ini dapat berkomunikasi dengan Allah melalui dzikir, sholat dan ketaatan lainnya sementara iman kita belum mengamankan hati dari selain Allah?

    BalasHapus
  8. Tuhan itu sebagaimana apa yang ANDA prasangkakan dalam hati ANDA, apapun yang ANDA prasangkakan maka semua akan terjadi karena prasangkamu akan Tuhanmu adalah merupakan takdir Qodho dari Tuhanmu. maka pliharalah prasangkamu akan Tuhanmu terutama akan nasibmu dan perjalanan kehidupanmu.

    BalasHapus
  9. Apapun yang anda gambarkan tentang realitas Tuhanmu, semuanya adalah sangat dimengerti oleh Tuhanmu, karena Tuhanmu tidak seperti sebagaimana yang pernah kau pikirkan, hayalkan, karena realitas Tuhanmu setitikpun tidak pernah terselip dalam pikiranmu... ITU. Karena pikiranmu itu hanya sebuah alat untuk menujuNya. Realitasnya tidak dapat ku ukir dalam tulisan apapun bahkan Muhammad Rosulullah tidak mampu mengungkapkan realitasnya didalam hadist Qudsi bahkan Al-Quran yang ditulis dengan bahasa tingkat tinggi pun tidak mampu mengungkapkan realitasNya. Semakin kita mengungkapkan realitasNya semakin fanalah kita semua karena kemahaanNya.

    BalasHapus
  10. Tanpa kita sadari pikiran kita melayang terbang berfikir tentang kekuasaan Tuhan dan dalam hati kita tidak henti-hentinya menyebut dan mengagumi dari kebesaran tuhan secara realitas, pada kopndisi seperti inilah sebenarnya kita tidak hanya sekedar be......rfikir tetapi juga telah berdzikir bahkan tanpa kita sadari kita telah bercakap-cakap dengan Tuhan itu sendiri.

    BalasHapus
  11. Tanpa kita sadari pikiran kita melayang terbang berfikir tentang kekuasaan Tuhan dan dalam hati kita tidak henti-hentinya menyebut dan mengagumi dari kebesaran tuhan secara realitas, pada kopndisi seperti inilah sebenarnya kita tidak hanya sekedar be......rfikir tetapi juga telah berdzikir bahkan tanpa kita sadari kita telah bercakap-cakap dengan Tuhan itu sendiri.

    BalasHapus
  12. Kalau kita tanya pada diri sendiri siapakah yang sholat? maka jawabnya adalah hati kita baik dengan syarat dan rukunya maupun terlepas dari semuanya yang telah terhijab oleh indahnya nafsu untuk ditundukkan pada Illahi Robbi.

    BalasHapus
  13. Kalau kita tanya pada diri sendiri siapakah yang sholat? maka jawabnya adalah hati kita baik dengan syarat dan rukunya maupun terlepas dari semuanya yang telah terhijab oleh indahnya nafsu untuk ditundukkan pada Illahi Robbi.

    Kalau ditanya pada diri ...sendiri untuk siapakah kita sholat? maka jawabnya sholat kita adalah untuk diri kita sendiri dan setitikpun bukan untuk Allah.

    BalasHapus
  14. Pada saat akal dicipta oleh Allah, maka ditanyalah oleh Allah.... "hai... akal siapakah tuhanmu?" maka akal terdiam bisu tidak mampu menjawabnya, lantas dengan Allah akal tersebut diberi hidayah oleh Allah. Tanpa berfikir panjang akal langsung menjawab, Tuhanku adalah Allah.

    BalasHapus
  15. Mengenal diri sendiri itu tidaklah sesulit apa yang kita bayangkan, methode awal adalah banyak-banyaklah berfikir tentang diri sendiri dari pada berfikir tentang orang lain hingga berfikir tersebut menjadi TAFAKKUR. dalam tafakkur selanjutnya pastika...n akhiri dengan berdzikir hingga tercipta dzikir dapat menghiasi seluruh waktumu, maka secara tidak sengaja dan tanpa kita sadari kita akan dibuka oleh Allah mendapat sirr Nya yang berupa nur Illahi dan saat itulah akan terbuka bashirah atau mata hati kita yang memiliki dua mata hati yaitu mata kanan dan mata kiri. Mata hati kiri untuk melihat asma Allah dan mata hati kanan kita akan mampu melihat dzat Allah. Hiasilah prilaku dengan dzikir tanpa henti-hentinya maka sirr Allah akan terbuka

    BalasHapus
  16. Judul hanyalah sebuah baju untuk memikat sang penglihat, tapi isi adalah hakiki... judul tidaklah penting yang penting adalah isi, tetapi judul sangat penting bagi judul itu sendiri. Begitu juga Allah hanya judul tetapi Allah yang sebenanrya tentu ti...dak sama dengan judulnya Allah.... hanya dzkir dan dzikir dengan ikhlaslah pembukanya... amin.

    BalasHapus
  17. Semakin aku masuk dalam tharikat ternyata semakin cinta syariat, semakin masuk kedalam hakekat semakin rindu kepada syariat, semakin masuk kedalam makrifat semakin sayang kepada syariat. Ternyata aku harus kembali ke syariat dengan ikhlas sebagai pondasinya dalam menjalankannya.

    BalasHapus
  18. Apabila kita ingin mencapai sesuatu sasaran, pastinya kita mesti tahu apakah dan bagaimanakah jalan yang akan menyampaikan kita kepada sasaran itu. Begitu juga dengan sasaran untuk mengenal Allah bukan sebarangan cara boleh digunakan kerana jalan yan...g tidak betul akan membawa kepada pengenalan yang salah. Jalan menuju kepada makrifatullah adalah menerusi ayat-ayat yang terang dan jelas sebagai satu penyataan dari Allah (ayat qauliah). Ayat ini adalah penyataan-penyataan pengenalan yang difirmankan oleh Allah sendiri di dalam al-Quran. Selain itu, ada juga ayat-ayat kauniah yang menjadi bahan berfikir manusia terhadap kejadian alam yang begitu unik ini. Dari dua jalan ini Islam mengajak manusia menggunakan akal dan juga naql untuk menuju makrifatullah . Kedua-dua metod ini akan melahirkan keyakinan, langsung mencetuskan pembenaran (tasdiq) dalam hati kecil manusia yang akhirnya membuahkan keimanan yang mantap terhadap Allah s.w.t.

    BalasHapus
  19. Kewujudan Allah s.w.t adalah sesuatu yang cukup terang sehingga sesetengah pihak yang ekstrem berpendapat kewujudan Allah tidak perlu kepada dalil lantaran terlalu jelas. Walau bagaimanapun dalil-dalil yang membuktikan kewujudan Allah ini boleh kita ...lihat dari berbagai aspek, antaranya dari aspek fitrah, aspek pancaindera, dari aspek logik /aqal, dari aspek nas/naql dan juga dari aspek sejarah. Bila kita membicarakan dalil-dalil kewujudan Allah, kita tidak bermaksud perbincangan-perbincangan falsafi yang merumitkan tetapi bagaimana dalil-dalil itu dapat difahami dengan mudah dan menunjangkan keyakinan terhadap Allah s.w.t.

    BalasHapus
  20. Makrifatullah atau mengenal Allah adalah subjek utama yang mesti disempurnakan oleh seorang muslim. Para mad'u yang diajak untuk terlibat sama di dalam dakwah mestilah dipastikan betul mereka memiliki kefahaman dan pengenalan yang sahih terhadap... Allah s.w.t. Mesti terpacak kukuh di dalam hati sanubari bahawa Allah adalah sebagai "Rabb" kepada sekelian alam. Keyakinan ini tentu sekali bersandarkan kepada berbagai dalil dan bukti yang kukuh. Dari keyakinan ini, akan membuahkan peningkatan iman dan taqwa. Personaliti merdeka dan bebas adalah yang lahir dari pengenalan yang mantap terhadap Allah. Juga akan lahir ketenangan, keberkatan dan kehidupan yang baik sebagai manifestasi dari mengenali Allah. Di akhirat akan dikurniakan pula dengan balasan syurga Allah. Semua ini adalah bergaris penamat di keredhaan Allah s.w.t.

    BalasHapus
  21. Membangun prestise (binaa-ul ‘izzah) perlu dilakukan dengan cara menjelaskan dan membangkitkan perkara-perkara yang ada pada manusia, individu muslim dan ummat islam.

    Sebagai manusia, kita harus memiliki kelebihan yang dapat dibanggakan; kebanggaan y...ang meninggikan derajat manusia dibandingkan makhluq lainnya, seperti : kemuliaan dari Allah, diutamakan oleh Allah, diberikan amanah oleh Allah.

    Sebagai individu muslim, aqidah adalah kebanggaannya dan ibadah dengan hasil taqwa adalah penampilannya sehingga Allah swt memberikan status mulia disisiNya.

    Sebagai ummat islam, izzah jama’ah akan diperoleh bila ummat islam memiliki iman, shidq, , tsiqah, wala’, tha’at, iltizam, barakah dan quwwah. Sikap izzah akan melahirkan independensi, kreatif, percaya diri dan agresif dalm mengembangkan diri.

    Allah menghendaki agar kita tak boleh lemah dan berduka, sebab kita adalah orang-orang yang berprestise jika kita beriman.

    BalasHapus
  22. Manusia diciptakan Allah swt untuk beribadah kepadaNya sehingga dari ibadah itu muncul ketaqwaan. Dengan taqwa, seorang mu’min memperoleh izzah bagi peranan khilafah alam dan manusia.

    Tugas khalifah di muka bumi adalah membangun (al imarah) dan memeli...hara (ar ri’aayah) - dengan cara amar ma’ruf nahi munkar - atas 5 hal : diin, nafs, akal, maal dan nasl.

    Syarat untuk menggapai fungsi kekhilafahan : kekuatan aqidah, kekuatan akhlaq, kekuatan jama’ah, kekuatan ilmu, kekuatan maal dan kekuatan jihad.

    BalasHapus
  23. Manusia diciptakan Allah dalam keadaan fitrah yang bersifat hanif kepada Islam. Salah satu sifat fitrah itu adalah menjaga keseimbangan antara ruh, akal dan jasad.

    Keperluan jasad adalah makan, istirahat dan olah raga. Memenuhi keperluan jasad berart...i menyeimbangkan konsumsi jasad agar tidak sakit. Keperluan akal adalah ilmu. Memenuhi keperluan akal berarti menuntut ilmu agar tidak bodoh dan merugi. Sedangkan keperluan ruh adalah dzikrullah.

    BalasHapus
  24. Ketiganya harus dikelola sescara seimbang agar mendapatkan kenikmatan lahir dan batin.

    BalasHapus
  25. Ibadah menghasilkan taqwa. Sedangkan taqwa akan menghasilkan kebaikan di dunia di antaranya adalah ‘izzah, furqan, keberkahan, jalan keluar, rizqi, kemudahan. Hasil kebaikan di akhirat bagi orang bertaqwa meliputi dihapuskannya kesalahan, diberi ampunan dan pahala yang besar.

    BalasHapus
  26. Arif Abadi@
    Akan selalu ada 2 makna saat mengartikan kenal Allah. Allah yang realitas atau Allah dalam opini ( ke saya an). Allah Yang realitas berbeda dengan Allah yang dikonsepkan, karena Allah yang realitas tidak ada sst yang serupa (tidak dapat dianalogan de...ngan apapun).

    Kenal mengandung pengertian trans (berjarak), bisa dekat bisa jauh "(sesuai prasangka hambaNya-Hadits)" sementara "Allah lebih dekat dengan urat leher Al-Qur'an" ... mengartikan makna dekat dalam filosofi dimensi akan menyalahi realitasnya ... seolah Allah spt makluk atau benda ttt.

    Semisal telah kenal, kenalnya spt apa ...
    Dimanapun kita berada Allah bersama kita, 3 orang bekumpul ke 4 nya Allah, Allah meliput segala sst ... shg tidak dihadirkan pun pasti sudah hadir.

    BalasHapus
  27. mulailah dengan ilmu bismillah, yaitu gunakan dan pastikan disetiap detik nafas anda bismillah adalah kunci utama yang selalu terucap yang bersumber dari hati. selanjutnya hiasilah dengan dzikir disetiap waktu dan detik pikiran kita bekerja. Insya Allah makrifatullah akan milik anda

    BalasHapus
  28. penampakan jin itu benar ada, biasanya disaat pikiran dan hati kita lagi tidak bersama Allah, atau justru hati dan pikiran kita sedang bersama Allah dan kita menghendakinya jin agar nampak dalam pandangan kita.

    jin tidak perlu ditakuti, kalau kita takut pada jin berarti iman kita telah tergadaikan oleh jin, padalah kita hanya boleh takut kepada Allah saja

    BalasHapus
  29. orang semakin tinggi ilmu kalau semakin meninggalkan syariat islam itu ada dua yang pertama memang dia ingkar pada Allah yang kedua adalah hanya sekedar prasangka batin kita karena ilmu kita belum mampu mencerna ilmu mereka
    sekitar satu menit yang lalu · Hapus
    M Imron Pribadi
    M Imron Pribadi
    maka berprasangka baiklah pada segala sesuatu, termasuk pada setiap orang yang kita kenal atau kita lihat, karena ini adalah bagian dari ilmu yang diajarkan oleh Allah
    2 detik yang lalu · Hapus

    BalasHapus

Item Reviewed: Usaha Mengenal Allah Ta'ala - 1 Rating: 5 Reviewed By: M Imron Pribadi