"من شغلَه الْفَرض عنِ النفْلِ فَهو معذُور ومن شغلَه
النفْلُ عنِ الفَرضِ فَهو مغرور".
Orang yang disibukkan dengan amalan
fardlu (wajib) sehingga tidak sempat
mengamalkan yang sunnah maka ia dimaafkan,
dan orang yang disibukkan dengan amalan
sunnah dan mengabaikan amalan fardhu maka ia
tertipu.
Umar ibn Abdul Aziz mengatakan: "Amalan
yang tidak didasarkan atas ilmu, maka kerusakan yang
ia timbulkan lebih banyak dari kebaikan".
Thariqah (tarekat) yang belakangan ini
banyak digandrungi oleh masyarakat kita sebagai
sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah
adalah sebuah amalan yang baik, namun bila
tarekat itu dilakukan tanpa didasari ilmu yang
benar maka seseorang akan mudah terjerumus.
Karenanya tidak sedikit kita temukan tarekattarekat
yang pada awalnya murni, bersih dari
penyimpangan-penyimpangan dari syari'at Islam
dan dirintis oleh ulama-ulama sufi yang hakiki,
kini banyak mengalami perubahan yang mengarah
kepada penyimpangan dari ajaran syari'at Islam.
Ini semua terjadi karena dangkalnya ilmu orang
yang menjalankan tarekat tersebut. Hingga
sebagian orang meyakini bahwa tarekat adalah
wajib atau dzikir secara mutlak adalah wajib.
Bahkan dalam beberapa tarekat menyebar paham
Hulul (keyakinan bahwa Allah menempati
makhluk-Nya) dan Wahdatul Wujud (keyakinan
bahwa Allah menyatu dengan makhluk-Nya) yang
merupakan salah satu bentuk kekufuran yang
sangat keji dan parah, lebih parah dari kekufuran
orang nasrani sekalipun seperti dijelaskan oleh
Imam as-Suyuthi dan lainnya.
Tarekat adalah upaya untuk meneladani
akhlak para Ahlullah; para wali dan orang-orang
saleh dan merutinkan dzikir-dzikir tertentu
dengan cara tertentu yang tidak menyalahi syara'
yang dicetuskan oleh pendiri tarekat. Tarekat
bermuara kepada ketakwaan dan kesalehan yang
sesungguhnya. Tarekat adalah pelengkap, modal
utamanya adalah bertakwa, yaitu melaksanakan
kewajiban dan menjauhi hal-hal yang
diharamkan. Tarekat hukumnya sunnah artinya
baik dilakukan tetapi tidak berdosa jika
ditinggalkan. Kita jangan sampai menjadi orangorang
yang tertipu karena mengikuti tarekat lalu
amalan-amalan yang hukumnya wajib cenderung
kita abaikan, seperti menuntut ilmu agama yang
pokok misalnya.
Menuntut ilmu agama jauh lebih besar nilai
pahalanya dari pada mengamalkan tarekat, karena
menuntut ilmu agama hukumnya wajib bagi
setiap muslim dan muslimah.
Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman
melalui lisan Rasul-Nya:
"Dan tidaklah ada amalan seorang hamba untuk
mendekatkan diri kepada-Ku lebih Aku cintai dari
amalan yang Aku wajibkan" (H.R. al Bukhari)
Pembaca al-Huda yang budiman, buletin
yang ada di tangan anda saat ini adalah salah satu
ceramah seorang ulama besar, ahli hadits masa
kini yang berasal dari daerah Habasyah di
Somalia. Beliau adalah Syekh Abdullah al Harari
al Habasyi. Meski singkat namun isinya sangat
bermanfaat untuk kita jadikan bahan perenungan
lalu kita amalkan. Selamat membaca !
0 Tanggapan:
Posting Komentar