SELAMAT DATANG
Selamat datanf di lapak MAKRIFATBUSINESS untuk order bisa melalui marketipace Shopee Tokopedia Bukalapak Lazada dengan nama lapak makrifatbusiness atau order via WA 08123489038 email : imronpribadi1972@gmail.com

Cari Disini

Translate


Rabu, 04 Agustus 2010

Pendahuluan :

Segala puji bagi Allah. Sholawat serta salam untuk Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para shahabat dan orang-orang yang setia mengikuti sunnah nya hingga akhir hayatnya.
Dien adalah nasehat. Nasehat bagi Allah, Rosul-Nya, imam kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin, dan sesunguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman.
Sengaja kami sajikan ke-pangkuan para pembaca kumpulan wasiyat para syuhada dan mujahidin ini dengan harapan akan menjadi pengingat dari kelalaian bagi yang lalai, menjadi motivasi bagi orang yang lemah semangat dan menjadi pendukung bagi orang yang hari ini meniti jalan yang ditempuh oleh para syuhada dan mujahidin.
Semoga ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga kita dikumpulkan oleh Allah dalam kelompok Syuhada’. Amien
Dengan bemodal niat yang ikhlas, usaha yang semaksimal mungkin, yakin dan tawakkal, syukur dan sabar kami berusaha menyajikan buku ini. Kurang lebihnya kami minta maaf, karena tidak ada pekerjaan manusia yang sempurna, kecuali apa yang dilakukan oleh Allah.

Bumi Allah, Robi’uts Tsani 1425 H.
Penyusun
( Abdullah amani Syahid
WASIAT HAMBA ALLAH
YANG FAQIR DI HADAPAN ALLAH
AS SYAHID ABDULLAH ‘AZZAM


Suatu sore, senin 12 Sya’ban 1406 H. bertepatan dengan 20 April 1986 M. sepulang dari rumah kediaman syeikh Jalaluddien Haqqoni, kutulis kata-kata ini :
Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memuji, memohong pertolongan, memohon ampunan, serta memohon perlindungan dari kejahatan jiwa kita dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi peunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seoarang pun jua yang bisa memberi petunjuk kepadanya.
Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Ya Allah ! Tiada kemudahan selain yang telah Engkau jadikan mudah, dan jika Engkau berkehendak, niscaya kesedihan akan Engkau jadikan kemudahan.
Kecintaan kepada jihad benar-benar telah melekat pada diri dan hidupku, jiwa dan perasaanku, serta hati dan inderaku.
Ayat-ayat muhkamat dalam surat at taubah yang menerangkan kewajiban jihad dalam Islam, benar-benar telah memeras kesedihan hatiku untuk mencabik-cabik jiwaku dengan duka, sedangkan aku sadar akan kekuranganku dan kekurangan kaum muslimin terhadap kewajiban jihad di jalah Allah ini.
Ayat tentang kewajiban mengangkat pedang telah memansukh (menghapus) lebih kurang 120 atau 140 ayat sebelumnya yang berbicara tentang jihad. Ini benar-benar merupakan bantahan yang telak dan jawaban yang tuntas bagi orang yang mau bermain-main dengan ayat-ayat Allah yang berkenaan dengan perang di jalan Allah. Juga buat orang yang begitu berani mentakwilkan ayat-ayat muhkamat atau berani membelokkan arti dhohir yang qoth’ie baik maksud maupun keabsahannya.
Diantara ayat-ayat yang berkaitan dengan kewajiban melaksanakan jihad tersebut adalah :

وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

“ ….. dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa “. (QS. 9:36).

فَإِذَا انْسَلَخَ اْلأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوْهُمْ وَخُذُوْهُمْ وَاحْصُرُوْهُمْ وَاقْعُدُوْا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوْا وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوْا سَبِيْلَهُمْ إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

“ Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyirikin di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. (QS. 9:5).
Mencari-cari alasan untuk tidak berjihad dengan alasan yang bermacam-macam akan mengotori jiwa. Maka merelakan diri untuk tidak berjihad fie sabilillah merupakan sendau gurau dan main-main bahkan mempermainkan agama Allah. Padahal kita diperintahkan berpaling mengjauhi orang-orang seperti mereka, sesuai firman Allah :

وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا

“ Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikabn agama mereka sebagai main main dan sendau gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia “. ( QS. Al An’am : 70).

Sesungguhnya mencari-cari alasan dengan angan-angan tanpa melakukan i’dad adalah kondisi jiwa yang kerdil yang tiada punya semangat merengkuh puncak gunung.

إِذَا كَانَتِ النُّفُوسُ كِبَارًا
تَعِبَتْ مِنْ مُرَادِهَا اْلأَجْسَامِ

“ Jika semua itu memang jiwa yang besar
bersusah payahlah badan karena cita-citanya “.

Duduk-duduk berdampingan di masjidil Harom dan memakmurkannya dengan berbagai amal ibadah tidak mungkin dapat dibandingkan dengan jihad di jalan Allah. Dalam hadits shohih muslim diriwayatkan, ketika para shahabat berselisih pendapat tentang amal yang paling utama sesudah iman, “ Memakmurkan Masjidil Harom (adalah amalan yang paling utama) “.Yang lain berkata, “ Bukan ! Tapi (amalan yang paling utama adalah) memberi minuman orang-orang yang beribadah haji “. Yang lain lagi berkata, “ Bukan ! Tapi jihad di jalan Allah “.
Dengan adanya peristiwa itu maka turunlah ayat 19 hingga 22 surat At Taubah.

أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَآجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ ءَامَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللهِ لاَيَسْتَوُونَ عِندَ اللهِ وَاللهُ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ {19} الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ اللهِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْفَآئِزُونَ {20} يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمُُ مُّقِيمٌ {21} خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمُُ {22}

“ Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah. Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. Rabb mereka mengembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhoan dan jannah, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di dalanya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar “. (QS. 9:19-22)

Jadi, jelaslah bahwa jihad di jalan Allah itu lebih besar derajat dan pahalanya dibanding memakmurkan Masjidil Harom, khususnya kalau dilihat dari sebab turunnya ayat, yaitu adanya perselisihan pendapat di antara para shahabat seputar masalah ini.
Asbabun Nuzul (sebab turunnya) ayat ini tidak boleh dikhususkan untuk masalah lain, atau dita’wilkan (dipahami dengan arti jihad yang lain, umpamanya jihad melawan hawa nafsu – pent.) sebab di dalam nash tersebut sudah terdapat makna yang qoth’i.
Dan semoga Alloh merahmati Abdulloh ibnul Mubarok. Suatu ketika beliau berkirim surat kepada Al Fudzail bin ‘Iyadl, ia berkata :
يَاعَابِدَ الْحَرَمَيْنِ لَوْ أَبْصَرْتَنَا
لَعَلِمْتَ أَنَّكَ بِالْعِبَادَةِ تَلْعَبُ
مَنْ كَانَ يَخْضِبُ خَدَّهُ بِدُمُوعِهِ
فَنُحُورُنَا بِدِمَائِنَا تَتَخَضَّبُ
“ Wahai orang yang beribadah di Masjid Haromain
Seandainya engaku mengerti keadaan kami teىntu engkau tahu bahwa
Engkau bermain-main dengan ibadah itu
Kalau orang pipinya dilinangi genang air mata
Maka pangkal leher kami dilumuri darah yag tertumpah “

Tahukah anda pendapat seorang yang ahli fiqih, ahli hadits dan sekaligus mujahid ini (yaitu Abdullah bin Mubarok) tentang orang yang duduk-duduk bersanding di Masjid Harom, beribadah di dalamnya, sedang saat-saat yang sama tempat-tempat suci Islam dihancurkan, darah kaum muslimin ditumpahkan, kehormatan mereka diinjak-injak dan dihinakan serta Agama Allah dicabut sampai akar-akarnya ! Saya katakan bahwa beliau berpendapat, “…. Itu adalah bermain-main dengan Agama Allah ….. “.
Benar, membiarkan kaum mulimin dibantai, dibunuh dengan semena-mena – disuatu negeri nun jauh di sana – sedangkan kita hanya membaca Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un dan Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil ‘Adzim sambil membuka telapak tangan kita dari jarak jauh tanpa terdetik di hati kita untuk tampil membela mereka, sungguh ini adalah bermain-main dengan agama Allah serta mengumpatkan kedustaan dan kebekuan hati serta menipu diri sendiri.

كَيْفَ الْقَرَارُ وَكَيْفَ يَهْدَأُ مُسْلِمٌ
وَالْمُسْلِمَاتُ مَعَ الْعَدُوِّ الْمُعْتَدِي

“ Bagaimana tetap tinggal diam,
dan bagaimana hati seorang muslim tetap tenang
sedang kaum muslimat bersama musuh yang kejam “.

Saya berpendapat – seperti yang telah saya tuliskan dalam kitab Ad Difa’ ‘An Arodhil Muslimin ahammu Furudhul a’yan (Terj. Membela Bumi Kaum Muslimin Adalah Fardhu Ain yang Paling Utama)- Dan sebelum saya berpendapat seperti ini Ibnu Taimiyah telah berpendapat seperti ini. Beliau mengatakan bahwa jika musuh menyerang dan membinasakan seluruh urusan Dien dan dunia, maka tidak ada saat itu yang paling wajib setelah iman selain melawan mereka.
Saya berpendapat – sekarang ini – tidak ada bedanya antara orang yang meninggalkan jihad dengan orang yang meninggalkan sholat, puasa dan zakat ?
Saya berpendapat semua penghuni dunia memikul tanggung jawab di hadapan Allah kemudia dihadapan sejarah.
Saya berpendapat tidak ada alasan yang bisa diterima untuk meninggalkan jihad, baik alasan berda’wah, sibuk mengarang, sibuk mendidik dan sebagainya.
Saya berpendapat di atas leher setiap muslim di dunia ini sekarang ini terikat beban dan tanggung jawab disebabkan mereka meninggalkan jihad (perang di jalan Alloh). Dan semua orang Islam telah memikul dosa karena enggan memanggul senjata.
Jadi, setiap orang yang berjumpa dengan Alloh – selain ulid dzhoror – sedangkan tidak ada senjata ditangannya, ia berjumpa Alloh dengan menanggung dosa karena dia meninggalkan perang. Karena hukum perang sekarang ini adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim di muka bumi – selain orang-orang yang mempunyai udzur- . Sedangkan orang yang meninggalkan kewajiban itu berdosa karena kewajiban itu definisinya adalah perbuatan yang pelakunya mendapat pahala dan orang yang meninggalkannya akan dihisab atau berdosa.
Sesungguhnya saya berpendapat – wallohu a’lam – sesungguhnya orang yang dimaafkan Alloh dalam meninggalkan jihad adalah orang buta, orang pincang, orang sakit dan orang-orang lemah dari kalangan laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tidak bisa berupaya dan tidak tahu jalan. Maksudnya tidak bisa berpindah ke medan perang dan tidak tahu jalan menuju ke sana. Maka berdosalah orang-orang yang meninggalkan tugas perang, baik di Palestina atau Afghanistan atau di belahan bumi manapun yang diinjak dan dinodai oleh orang-orang kafir dengan najisnya.
Dan saya berpendapat pada hari ini tidak diperlukan lagi ijin kepada siapapun untuk berperang atau berjihad di jalan Allah tidak perlu ijin orang tua bagi anaknya, suami bagi istrinya, atau orang yang menghutangi bagi orang yang berhutang, guru bagi muridnya, serta ijin pemimpin bagi yang dipimpinnya.
Ini adalah ijma’ seluruh ulama di segala zaman. Bahwa dalam keadaan seperti ini seorang anak pergi berperang tanpa ijin orang tuanya dan seorang perempuan pergi berperang tanpa ijin suaminya, barangsiapa berusaha mencari-cari kesalahan dalam permasalahan ini benar-benar ia telah melampaui batas dan berbuat zalim, serta mengikuti hawa nafsu tanpa berdasarkan petunjuk dari Allah.
Masalah ini sudah cukup gamblang dan tegas yang di dalamnya tiada lagi kekaburan atau kerancuan. Karena itu tidak ada peluang bagi siapa pun untuk membelokkan, menyelewengkan, atau bermain-main dengannya dan menta’wilkannya.
Sesungguhnya amiirul mu’minin tidak dimintai ijin untuk berjihad dalam tiga keadaan :
1. Bila ia menihilkan jihad
2. Bila ia menutup perijinan untuk berjihad
3. Bila sebelumnya kita telah ketahui bahwa ia akan menolak permohonan ijin.

Saya berpendapat bahwa kaum muslimin pada hari ini bertanggung jawab atas setiap kehormatan yang dinodai di Afghanstan dan sertiap darah yang tercucur di sana. Sesungguhnya – wallohu a’lam – mereka semuanya berperan dalam menumpahkan darah di Afghanistan sebab mereka kurang memperhatikan, sedangkan kaum muslimin mampu mengirim senjata untuk membela mereka, atau dokter untuk mengobati mereka, atau harta untuk membeli makanan atau buldoser untuk menggalikan parit perlindungan bagi mereka.
Dalam Hasyiyah Ad Dasyuki As Syarkhil Kabir halaman 111 – 112 juz II diterangkan :
“ Orang yang memiliki kelebihan makanan dan melihat seseorang kelaparan (tapi) ditinggalakan sampai mati, kalau orang yag memiliki makanan itu mengira orang yang kelaparan itu tidak mati, maka ia harus mambayar diyatnya (denda) dari harta kerabatnya. Dan kalau sengaja membiarkan mati maka ada dua riwayat dalam madzhab (pertama) dia harus membayar diyat dari hartanya sendiri, dan (pendapat kedua) dia harus diqishos mati, karena dia (hakikatnya) adalah pembunuh “.
Maka, hisab dan siksa macam apakah yang sedang dinanti oleh orang-orang yang memiliki kekayaan dan harta benda, lalu ia salurkan harta tersebut untuk bersenang-senang dan membelanjakan sia-sia hanya demi menuruti hawa nafsu dan kemewahan itu ?





WAHAI KAUM MUSLIMIN

Hidup kalian adalah jihad, kemuliaan kalian adalah jihad, serta wujud dan eksistensi kalian terikat erat dengan jihad.

WAHAI PARA JURU DAKWAH !

Tiada arti dan nilai hidup kalian jika kalian tidak mengayunkan pedang untuk membabat kesuburan para thoghut, kaum kuffar dan para penindas.
Sesungguhnya orang-orang yang mengira bahwa Islam ini bisa menang tanpa jihad dan perang, tanpa pertumpahan darah dan serpihan-serpihan daging mereka, sebenarnya mereka itu dalam kekaburan dan tidak mengerti tabiat naluri Dinul Islam.
Wibawa para juru dakwah, kekuatan dakwah dan kejayaan kaum muslimin tidak bakal terwujud tanpa perang.
Rosulullah shollAllahu ‘alaihiw asallam bersabda :

وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ قُلُوبِ أَعْدَاءِكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ قَالُوا وَمَا الْوَهْنُ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. وَفِي رِوَايَةٍ كَرَاهِيَةُ الْقِتَالِ
“ Dan benar-benar Allah akan mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan melemparkan penyakit wahn ke dalam hati kalian ! para shahabat bertanya : Apakah penyakit wahn itu ya Rosul Allah ! beliau menjawab : “ Cinta dunia dan benci dengan kematian “. Dalam riwayat lain, “ benci dengan peperangan “.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

فَقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ لاَ تُكَلَّفُ إِلاَّ نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَسَى اللهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَاللهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَاَشَدُّ تَنْكِيْلاً
“ Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya) “. (QS. 4:84).

Kemusyrikanpun akan merajalela dan berjaya jika tidak ada perang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَتَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ للهِ

“ Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah ”. (QS. Al Anfal : 39).
Dan yang dimaksud dengan fitnah di sini adalah kemusyrikan.

Sesungguhnya jihad merupakan jaminan satu-satunya bagi kebaikan di permukaan bumi ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ اْلأَرْضُ
“ Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebagaian yang lain, pasti rusaklah bumi ini ”. (QS. Al Baqoroh : 251).
Sesungguhnya jihad juga merupakan jaminan satu-atunya guna memelihara syi’ar-syi’ar dan tempat-tempat peribadahan :
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدَ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللهِ كَثِيرًا

“ Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah ”. (QS. Al Haj : 40).

WAHAI PARA JURU DAKWAH ISLAM !

Gandrungi dan kejarlah kematian, nisacaya kalian akan dikaruniai kehidupan. Janganlah terpedaya oleh angan-angan, dan janganlah tertipu oleh apapun dalam mentaati Alloh.
Janganlah kalian sampai tertipu dengan kitab-kitab yang kalian baca, dan dengan ibadah-ibadah sunnah yang kalian tekuni. Kesibukan kalian dalam urusan-urusan kecil yang membuai hati jangan sampai melupakan kalian dari masalah-masalah yang besar dan agung,
وتودون أن غير ذات الشوكة تكون لكم...
…dan kalian menginginkan bahwa yang tanpa senjatalah yang akan kalian hadapi…
Janganlah kalian mentaati siapapun dalam urusan jihad. Tidak perlu ijin dari komandan untuk pergi berjihad. Sesungguhnya jihad itu adalah penegak dakwah kalian dan benteng agama kalian serta perisai syari’at-syari’at kalian.

WAHAI ULAMA ISLAM !

Tampillah memimpin generasi yang sedang kembali kepada jalan Robnya ini, dan janganlah takut menegakkan Dien, janganlah gandrung dan cinta kepada dunia serta jagalah diri kalian, jangan sampai mencicipi hidangan-hidangan thoghut, karena hal itu akan menjadikan hati kalian gelap dan mati, akan menjadi dinding pemisah bagi kalian dari generasi ini, serta penutup antara hati kalian dan hati mereka.

WAHAI KAUM MUSLIMIN !

Telah lama tidur kalian. Burung-burung pipit telah menjelma menjadi burung-burung Elang di bumi kalian. Alangkah indahnya makna bait-bait puisi ini :
طَالَ الْمَنَامُ عَلَى الْهَوَانِ فَأَيْنَ زُمْرَةِ اْلأُسُودِ
وَاسْتَنْسَرَتْ عُصْبَ الْبُغَاتِ وَنَحْنُ فِي ذُلِّ الْعَبِيْدِ
قِيْدُ الْعَبِيْدِ مِنَ الْجُنُوعِ وَلَيْسَ مِنْ زَرْدِ الْحَدِيْدِ
فَمَتَى نَثُورُ عَلَى الْقُيُودِ مَتَى نَثُورُ عَلَى الْقُيُودِ
“ Kian panjang tidur terlena dalam kehinaan
dimanakah gerangan barisan singa itu
sementara burung-burung pipit telah menjelma menjadi Elang
sedangkan kita terbelenggu bagai budak
belenggu budak itu berupa buhul nestapa
bukannya rantai dari besi
lalu, kapan kita berontak belenggu itu ?
kapan kita berontak belenggu itu?!

WAHAI KAUM WANITA !

Jagalah diri kalian dari kemewahan, karena kemewahan adalah musuh jihad. Kemewahan mengkerdilkan jiwa manusia. Hati-hatilah terhadap keadaan yang berlebih-lebihan. Cukuplah dengan yang perlu-perlu saja.
Didiklah anak-anak kalian dengan kesederhanaan, dengan sifat kejantanan dan kepahlawanan serta kemauan untuk berjihad. Jadikanlah rumah kalain sebagai kandang singa, bukannya kandang ayam yang setelah gemuk dijadikan sembelihan penguasa durhaka. Tanamkanlah dalam jiwa putra-putri kalian kecintaan berjihad, mencintai lapangan pacuan kuda dan medan-medan pertempuran.
Hiduplah dengan selalu menyertai segala kesulitan kaum muslimin. Usahakan dalam satu minggu sekali – minimal – untuk hidup seperti hidupnya kaum muhajirin dan mujahidin, yaitu hanya dengan sepotong roti kering dengan lauk yang tidak berlebihan dan beberapa teguk air teh.

WAHAI PARA REMAJA !

Tumbuhlah kalian dalam desingan peluru-peluru, dentuman meriam, raungan kapal terbang dan deru suara tank. Jauhilah kenikmatan hidup, dendangan musik dan kasur-kasur yang empuk.


ADAPUN ENGKAU WAHAI ISTRIKU !

Sebenarnya banyak hal yang ingin aku sampaikan kepadamu wahai ummu Muhammad. Semoga Allah melimpahkan balasan pahala kepadamu karena pengorbananmu kepadaku dan kepada kaum muslimin, juga karena dukunganmu kepadaku. Eangkau telah lama bersabar bersamaku menempuh jalan ini, dan engkau telah merasakan pahit dan manisnya hidup bersamaku. Dan engkau adalah sebaik-baik penolong bagiku dalam menempuh perjalanan yang penuh berkah ini, dan untuk berjuang di medan jihad. Engkau telah kutinggalkan di rumah sejak tahun 1969 M., pada saat itu kita baru mempunyai dua anak kecil perempun dan seorang bayi laki-laki. Engkau hidup di sebuah kamar yang terbuat dari tanah liat yang tidak ada dapur dan perabotnya. Dan kutinggalkan engkau dirumah ketika hamil tua dan bertambah anggota keluarga, anak-anak sudah mulai besar, dan semakin banyak kenalan kita dan semakin bertambah pula tamu-tamu kita. Engkau terima semua itu hanya karena Alloh kemudian karena aku. Maka semoga Alloh membalas jasamu terhadap diriku dan terjadap kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan. Kalau bukan karena Allah, kemudian karena kesabaranmu atas kepergianku yang sekian lama dari rumah, tidaklah aku mampu memikul beban begitu berat sendirian.
Benar-banar aku telah mengerti bahwa engkau seorang wanita zahidah (ahli zuhud), bagimu materi dunia ini tidak ada nilainya dalam hidupmu. Engakaupun tidak pernah mengeluh pada hari-hari yang berat karena sedikitnya uluran tangan pertolongan. Dan engkau pun tidak pernah bermewah-mewah juga tidak membanggakan diri pada hari-hari Allah membukakan sedikit pintu kenikmatan dunia. Dinia ini tidak pernah tinggal dalam hatimu, padahal sebagian besar kesempatan ada di tanganmu.
Sesungguhnya kehidupan jihad adalah kehidupan yang paling lezat, serta menahan sabar atas kesempitan lebih indah daripada bergelimang diantara bermacam-macam kenikmatan dan tumpukan kemewahan.
Berpegang teguhlah pada sifat zuhud, niscaya Allah akan mencintaimu. janganlah mencintai apa yang dimiliki manusia, niscaya manusia mencintaimu.
Al Qur’an adalah kenikmatan hiburan dalam kehidupan. Bangun sholat malam (tahajud), puasa sunnah, serta beristighfar pada waktu-waktu sahur (sepertiga malam terakhir) menjadikan hati lembut, beribadah menjadi manis. Bersahabat dengan orang-orang yang baik, tidak berlebih-lebihan di dunia, jauh dari glamour dan orang-orang yang sibuk dengan dunia semua itu akan menjadikan hati tenang..
Harapan kita hanya kepada Allah, mudah-mudahan kita dikumpulkan di Jannah Firdaus, sebagaimana Dia telah mengumpulkan kita di dunia.

ADAPUN KALIAN WAHAI ANAK-ANAKKU !

Sungguh kalian hanya mendapatkann sedikit saja dari waktuku, juga hanya sedikit pendidikan dariku.
Ya ! aku sibuk dan tidak sempat mengurus kalian. Tapi apakah yang harus aku perbuat, sedangkan bencana yang menimpa kaum muslimin seakan membuat wanita yang menyusui tak ingat akan nasib susuannya. Dan malapetaka yang menyiksa umat Islam begitu dahsyat seolah-olah jambul anak-anak muda beruban karenanya.
Demi Allah, tak kuat aku hidup bersama kalian sebagaimana induk ayam dalam sangkarnya hidup bersama anak-anaknya. Tak sanggup aku hidup dengan hati dingin sedangkan api ujian membakar hati kaum muslimin tak rela aku tinggal besama kalian sepanjang waktu sedangkan derita dan kaum muslimin merobek-robek setiap orang yang memiliki hati nurani atau masih tersisa akalnya. Tidaklah kesatria hidup diantara kalian sambil bergelimang dengan kenikmatan yang sebagian dihamparkan untukkku dan sebagian lagi diangkat, diantara tumpukan daging dan beraneka ragam jajanan.
Demi Allah, dalam hidupku aku telah membenci kemewahan baik berupa pakaian, makanan, ataupun tempat tinggal. Aku telah berusaha semampuku untuk mengangkat kalian kepada tingkatan para zahidin (ahli zuhud) dan menjauhkan kalian dari gelimangan orang-orang yang hidup dalam kemewahan.
Aku wasiatkan kepada kalian berpeganglah pada aqidah kaum salaf, yaitu aqidah ahlus sunnah wal jama’ah, dan jauhilah sifat berlebih-lebihan. Aku wasiatkan kepada kalian, untuk membaca dan menghafalkan Al-Qur’an. Jagalah juga lidah kalian. Begitu juga sholat malam, berpuasa, bergaul dengan teman-teman yang baik, dan bergabunglah bersama gerakan Islam. Tapi hendaklah kalian ketahui bahwa pemimpin gerakan itu tidak berhak melarang kalian berjihad, atau mengasikkan kalian dalam bidang dakwah hingga melalaikan dari medan-medan kejantaan dan medan-medan perang. Kalian tidak perlu minta ijin kepada seorang pun untuk berjihad di jalan Allah.
Belajarlah bagaimana menghentakkan senjata dan mengendarai kendaraan perang. Tapi, menembak lebih aku sukai.
Aku wasiatkan kepada kalian, wahai anak-anakku agar kalian taat kepada ibumu, menghormati kakak-kakak perempuanmu (ummu Al Hasan dan ummu Yahya). Hendaklah kalian menekuni ilmu syari’ah yang bermanfaat. Hendaklah kalian taat kepada kakak laki-lakimu (Muhammad).
Saya nasehatkan kalian untuk saling mencintai dan berbakti kepada kakek dan nenek kalian, hormatilah keduanya. Dan berbaktilah kepada kedua bibimu (ummu faiz dan ummu Muhammad). Karena kedua beliau itu memiliki jasa dan keutamaan besar kepadaku sesudah Allah.
Sambunglah kekerabatan kita dan berbuat baklah kepada keluarga dan tunaikanlah hak persahabatan kita kepada orang yang bersahabat dengan kita

ADAPUN KEPADA MAKTAB AL-KHIDMAT

(Pada aslinya tertulis: “Saya wasiyatkan agar yang menjadi penanggung jawab setelahku adalah Abu Hudzaifah yang telah menghabiskan waktu mudanya untuk maktab ini. Khususnya dia telah menyumbangkan hartanya untuk para mujahidin. [Pada teks aslinya tidak tertulis “Wakilnya” adalah] Abu Sayyaf Fat-hi dan dibantu oleh Abu Hamzah dan Abu Hajir. Namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoret tulisan ini. Lihat aslinya)
Dan kepada ikhwah sekalian, hendaknya mereka menjaga orang-orang yang menjadi pendahulu dalam berjihad ini, dan setiap mujahid mendapat keutamaan dengan lebih cepatnya dia berada dalam medan perang ini. Dan kepada para ikhwah hendaknya mereka menghormati para pendahulu mereka dalam jihad ini, khususnya (pada teks aslinya tertulis: Abu Hudzifah, namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoret dengan penanya. Lihat aslinya) Usamah, Abul Hasan Al-Madani, Nurud Din, Abul Hasan Al-Maqdisi, Abu Sayyaf Dan Abu Burhan. Adapun Abu Mazin sungguh saya mengetahuinya (dalam teks aslinya tertulis; Wallohi [demi Alloh] namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoretnya dengan penanya) dia adalah orang yang lebih bersih dari air yang turun dari langit. Dia ahli puasa, sholat malam dan bersemangat dalam berjihad. Alloh menggiringnya untuk jihad maka dia membantu dengan diam-diam. (dalam teks aslinya tertulis: “meskipun orang-orang mempeributkannya dan kalian jangan terpedaya dengan mereka” namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoretnya dengan penanya. Lihat aslinya) dan dia adalah salah satu penopang jihad.
Tundukkanlah pandangan kalian dari ketergelinciran-ketergelinciran mereka dan jagalah posisi mereka. Dan jangan kalian lupakan keutamaan Abul Hasan Al-Madani dan perannnya dalam membantu jihad. Terimalah nasehat-nasehat Abu Hajir. Dan hendaknya dia yang mengimami sholat kalian karena dia itu lembut dan khusyu’ (pada teks aslinya tertulis; “begitu pula saudara Abul Barro’ “, namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoretnya dengan penanya. Lihat aslinya)
Dan banyaklah mendo’akan (pada teks aslinya tertulis: “dan banyaklah mendo’akan orang-orang yang menanggung maktab ini dengan harta pribadinya” namun tulisan ini ditulis dalam kurung oleh Syaikh Abdulloh Azzam dan kami tidak tahu apakah beliau bermaksud mencoretnya atau membiarkannya. Lihat teks aslinya. Dan yang benar saudara Usamah menanggung maktab ini pada awal dimulainya kerja maktab al-khidmat ini sampai pada tahun 1986 M kemudian setelah itu beliau berhalangan untuk membantu) orang yang menanggung maktab ini dengan menggunakan uang pribadinya yaitu saudara Abu ‘Abdulloh Usamah bin Muhammad bin Ladin. Saya berdo’ah semoga Alloh memberkahi keliarga dan hartanya. Dan kami mengharap kepada Alloh untuk memperbanyak orang-orang semacam dia. Demi Alloh saya belum mendapatkan orang yang semacam dia di dunia Islam. Oleh karena itu kami berharap kepada Alloh untuk menjaga agamanya dan hartanya. (dalam teks aslinya tulisan: “semoga Alloh memberkati …. .sampai perkataannya yang berbunyi ; tiang perkemahan maktab” kalimat ini digarisbawahi dan kami tidak tahu apa maksud syaikh Abdulloh Azzam. Apakah beliau bermaksud mencoretnya atau tidak. Namun kami menguatkan bahwa beliau tidak bermaksud mencoretnya. Lihat aslinya) dqn semoga Alloh memberkati kehidupannya. Dan kalian jangan lupa bahwa Abu Hudzaifah telah benyak menanggung proyek-proyek maktab ini dengan uang pribadinya. (dalam teks aslinya kata-kata “dengan uang pribadinya” ditulis dalam kurung oleh syaikh Abdulloh Azzam, maka kami kuatkan bahwa beliau tidak bermaksud membuangnya. Lihat aslinya) maka banyaklah mendo’akannya, karena dia merupakan tiang perkemahan maktab.

ADAPUN KEPADA PERHIMPUNAN JIHAD !

Hendaklah kalian banyak memperhatikan Sayyaf, Hikmatyar, Robbani, Kholis. Karena kita mengharapkan mereka (dalam teks aslinya tertulis “keduanya”) akan melanjutkan perjalanan jihad dan memelihara agar tidak menyimpang.
Dan janganlah kalian melupakan komandan di dalam negeri, khususnya Jalaluddien, Ahmad Syah Mas’ud, Ir. Basyir, Shofiyullah ‘Afdholi, Maulawi Arsalan,(dalam teks aslinya tertulis: “dan perbaikilah hubungan kalian dengan Nasrulloh Manshur” namun dicoret oleh Syaikh Abdulloh Azzam. Lihat aslinya) Farid, Muhammad ‘Alam dan Sir Alam (Di Bagman), serta sayid Muhammad Hanif (di Logar).

سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

" Mahasuci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Engkau, aku mohom ampun dan bertaubat kepada-Mu “.


Hari Selasa 13 Sya’ban 1406 H.
bertepatan dengan 22/4/1986 M.


( Abdullah bin Yusuf Azzam )







WASIAT SYEKH AS SYAHID
ABUL ABBAS AZ ZAHRONI ROHIMAHULLAH

( Salah Seorang Pelaku Peledakan Mubarok
11 September 2001 M. )

Kisah ini disadur dari cerita seorang ikhwan mujahid Al Wadzoh bin Khorim di medan jihad.
Bagi siapa saja yang bisa menertipkan makalah ini maka silahkan lakukan dan sebarkan.

Sungguh ! Ketika aku hendak menulis surat ini aku tidak tahu dari mana aku harus memulainya, fikiranku berkecamuk dalam batinku dan aku tidak tahu mana yang harus di dahulukan. Kemudian aku menentukan sikap bahwa sebelum aku tuangkan dalam tuisan maka aku tetapkan dulu dalam hatiku. Aku menulisnya dan akupun sudah melakukannya.
Risalah ini aku tulis pada penghujung kehidupanku, saat penghujung itu bagaikan saat pemualaan di dalam kebahagiaan dan kegembiraanku.Kata-katanya pun saling tumpang tindih tidak teratur.
Jika setiap surat itu mengandung makna, maka sesungguhnya inti suratku ini adalah menerangkan tentang perbuatan yang aku lakukan – Peledakan Mubarok 11 September-. Maka aku katakan : “ Sesungguhnya ketika aku melakukanpekerjaan ini maka aku meyakini bahwa ini adalah jalan yang aku tapaki dan sangat baik kesudahannya. Sesungguhnya apa yang aku lakukan ini sebagai pembebasan diri dari tugas – yang deberikan Allah - dan untuk menghidupkan faridhoh jihad di tengah-tengah ummat ini dan dalam rangka menunaikan kewajiban yang dibebankan kepadaku pada jalan ini. Karena telah diterangkan di dalam kitab Allah tentang kewajiban jihad fie sabilillah yang tujuannya adalah menyelamatkan kaum muslimin dari kehinaan dan membebaskan bumi kaum muslimin yang dirampas – oleh orang kafir - dan untuk menjawab seruan Allah dalam firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوا ثُبَاتٍ أَوِ انْفِرُوا جَمِيعاً

“ Hai orang-orang yang beriman, bersiapsiagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama “. (QS. 4:71)

Dan firman-Nya :

انْفِرُوا خِفَافاً وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“ Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan dan berjihadlah dengan harta dan jiwa pada jalan Allah “. (QS. 9:41)

Dan firman-Nya :

فَلْيُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يَشْرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآخِرَةِ وَمَنْ يُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيُقْتَلْ أَوْ يَغْلِبْ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً

“ Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar “. (QS. 4:74)

Ketika aku korbankan diriku dengan murah fie sabiillah bukan berarti aku lakukan itu karena frustasi dari sempitnya hidup sebagaimana yang disangka oleh orang-orang yang disesatkan oleh Allah, atau karena aku tidak bisa hidup layak sebagaimana manusia hidup. Tidak ….. demi Allah tidak. Sesungguhnya aku ketika keluar untuk berjihad – melakukan amaliah 11 september -, pada saat itu adalah masa-masa indahnya masa mudaku, aku keluar dengan nama Allah, aku makan dari makanan yang paling baik dan aku munum dari minuman yang paling baik dan aku tinggal di rumah yang megah, aku mengendarai mobil mewah dan hasil pekerjaanku melimpah ruah. Akan tetapi aku katakan : “ Kemudian apa yang aku cari ? “. Beban itu diletakkan di atas punggung kita dan kewajiban itu dalam tanggungan kita. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ، أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“ Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikanItulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali naar dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS. 11:15 - 16)

Aku hadir disaat kera-kera dan babi-babi yahudi sedang merobek-robek kehormatan kaum muslimah, dan mereka mencampakkan harga diri kaum muslimah. Kalau kamu mau melihat maka akan kamu saksian fenomena itu terjadi di bumi Allah yang mubarok – Makkah-Madinah -.
Sungguh pemandangan itu dapat memutuskan hati. Tidak ada lagi udzur bagi seseorang dan hati ini telah putus disaat menyaksikan para wanita dan anak-anak yang telanjang kaki dan terlunta-lunta dimana saja mereka berada, mereka menjerit meminta pertolongan tapi sayang tidak ada yang mau menjawabnya. Hilanglah keimanan dari hati kebanyakan orang dan hati mereka sudah tidak ada lagi kecemburuan, bahkan hati sudah tidak mempunyai lagi kecemburuan yang menampakkan kejantaan seorang lelaki. Dimanakah iman manusia ? dimanakah kecemburuan manusia ? apakah kalian tidak melihat pemandangan yang menyedihkan ini ? bukankah mereka telah mengusir kalian dari rumah kalian ? bahkan kalian telah saksikan mayoritas manusia menohok perjalanan jihad. Maka aku katakan celakalah pemikiran ini dan celakalah orang-orangnya !!!.
Aku keluar berjihad disaat melihat para pengecut itu bersungguh-sungguh membantu Amerika, padahal Amerika itu adalah wajah lain dari Yahudi yang telah membunuh kaum muslimin dan mengusir mereka. Semoga kalian bisa melihat seorang bocah yang bernama Muhammad di Palestina yang telah dibunuh oleh Yahudi padahal dia adalah seorang bocah yang tidak tahu menau apa-apa, akan tetapi dia harus terbantai oleh Yahudi. Dimanakah kejadian pembantaian ini ? sesungguhnya pembantaian itu terjadi disamping masjid Al Aqsho, sesungguhnya ia terjadi di masjid Al Aqsho di tempat Isro’nya nabi kita Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi disanalah kaum muslimin mati – terbantai Yahudi – sementara kita tidak peduli dan kita sibuk dengan amalan-amalan yang utama – Fadzoilul A’mal – dan meramaikan masjid.
Aku berangkat berjihad disaat aku melihat orang-orang kafir dari Yahudi dan Nashrani memerangi din Allah dan mereka menumpahkan darah kaum muslimin di pagi dan petang hari di Palestina, Chechnya, Indonesia, Irak, Afghanistan, Sudan dan diberbagai tempat lainnya.
Aku keluar berjihad disaat orang Yahudi dan Nasrani meminta jaminan keamanan kepada pemerintah negara Islam – Arab Saudi – dan mereka bertempat tinggal seenak sendiri disana dan mereka menyimpan persenjataan yang sangat hebat, dan mereka campakkan kekuatan negara ini.
Aku keluar berjihad untuk - menggentarkan orang-orang kafir - karena para syekh kita ada yang disakiti mereka, diantara mereka ada yang dipenjara dan diantara mereka ada yang dibunuh. Aku lakukan ini hingga musnahlah fitnah ini dari muka bumi dan Dien ini hanya untuk Allah semata.
Aku kelaur berjihad disaat manusia membaca hadits rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam :

أَخْرِجُوا اْلمُشْرِكِيْنَ مِنْ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ
“ Keluarkanlah orang-orang musyrik dari jazirah Arab “.

Hadits ini mereka gantung di atas tembok mereka akan tetapi hadits ini mereka campakkan dibelakang punggung mereka seakan-akan mereka tidak mengetahuinya.
Aku keluar berjihad ketika aku mengetahui kepengecutan orang –orang kafir terlebih kepala mereka yaitu Amerika, sebagaimana yang telah kita ketahui kepengecutan mereka dan seperti yang telah diterangkan di dalam kitab dan sunnah nabi kita Muhammad shllallahu ‘alaihi wasallam.
Hanyasanya mereka akan selalu menyebarkannya di mass media yang mereka miliki – bahwa mereka pemberani -, padahal itu disebabkan kebanyakan manusia menyelisihi faridhoh jihad fie sabilillah ini, akan tetapi kita tidak pedulikan itu semua karena Allah berfirman :

كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

" Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar ". (QS. 2:249)

Mudah-mudahan dengan kalimat-kalimat ini mereka memahami maksudnya dan mengerti sebab-sebab yang menjadikan kita memburu mati dan aku tinggalkan pengaruh itu di dalam kehidupan ini, dan amalan ini aku lakukan dengan langkah yang jelas serta dasar manhaj Dien yang jelas bukan karena bermodal semangat saja. Memang kami semangat karena dibenarkan oleh Dien Allah dan karena diridhoi Allah, dan kami mengikuti perkataan orang-orang yang berada di atas kebenaran dikarenakan mereka sesuai dan dekat dengan kebenaran. Dan Allah yang paling mengetahui kebenaran dan yang menunjukkan kepada jalan yang lurus.
Kemudian suratku ini aku tujukan kepada putra-putra ummat ini yang berada di berbagai belahan bumi dan tidak aku khususkan pada salah seorang tertentu, akan tetapi aku peruntukkan bagi semua kaum muslimin, isi surat ini aku sampaikan kepada :

RISALAH PERTAMA :
Kepada Seluruh Manusia

Kepadamu wahai manusia yang tiada mempunyai apa-apa ..... Apa arti perjalanan hidupanmu jika bukan untuk Dien ? Apa faedah Dienmu jika Tuhanmu batu atau bintang atau pohon ? semua berjalan di atas bumi, lihatlah kepada semua Dien maka akan engkau dapatkan bahwa Tuhanmu hanya satu yang harus diibadahi satu-satunya. Dan sesungguhnya Dien yang dikuatkan dengan mu’jizat dan petunjuk yang pasti yaitu Dien Islam yang didatangkan kepada Muhammad – ‘alaihis sholatu was salam –:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلامِ دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“ Barangsiapa mencari Dien selain Islam maka tidak akan diterima dan dia di akhirat termasuk orng-orang yang merugi “. (QS. 3/85).
RISALAH KE-DUA :
Kepada Kaum Muslimin

Kepada kaum muslimin yang menyatakan bahwa Islam adalah Diennya, dan mengetahui bahwa Allah adalah Robnya dan bahwasanya Muhammad adalah nabi-Nya. Berpegang teguhlah kamu dengan Dienmu hingga kedua telapak kakimu tetap sampai hari dimana telapak kaki hilang, dan berbuatlah sesuai sunnah nabimu – ‘alaihi afdholus sholati wassalam -. Sesungguhnya pengakuan cinta itu tidak akan menyelamatkanmu jika disana tidak ada amal. Setiap saat ia mengaku sebagai muslim dan ia selalu sholat di malam hari.

RISALAH KE-TIGA :
Kepada Para Multazim

Wahai orang yang multazim (komitment) dengan Dien Allah ! Apakah bukti jaminan komitmentmu ? kembalikan pertanyaan itu kepada dirimu sendiri dan sibukkanlah dirimu dalam urusan ini, kemudian lihatlah kondisi di sekitarmu, jika urusan itu ada disekitarmu maka kamu harus bertindak, kemudian datangkanlah orang yang dapat menyibakkan kegelapan ini, dan bergaullah dengannya agar ia dapat menunjukkanmu tentang kondisi ummat. Ketahuilah ! Bahwa duniamu tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu jika tidak ada yang engkau bagikan kepada Robmu, ingatlah !
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
“ …..Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan “ . (QS. 3:185)
Pengakuanmu akan keimananmu itu tidak bermanfaat sama sekali jika tidak kamu tetapkan di dalam hatimu dan kamu buktikan didalam perbutanmu. Maka iman itu akan hilang, begitu juga dunia pun akan sirna jika tidak menghidupkan Dien, maka siapa saja yang rela terhadap kehidupan dunia tanpa dilandasi Dien maka akan menjadi sia-sia belaka.

RISALAH KE-EMPAT :
Kepada Para Penuntut Ilmu

Kepada para penuntut ilmu, kepada orang yang sibuk dengan telaah buku-buku dan berdampingan dengan para ulama dan syiekh.
Aaah ….. seberapakah kemuliaan yang ada di dalam hati kalian.
Aaah ….. seberapakan kemuliaan yang ada di dalam hati kalian.
Sudah cukup lama aku dan kalian berkumpul bersama, dan aku telah banyak bergaul dengan orang-orang mulia seperti kalian, pagi dan petang selalu meniti jalan-jalan Jannah, hanyasanya itu adalah kenikmatan yang menipu. Karena jika disebut jihad maka tidak ada nilainya sama sekali. Sungguh perbedaannya sangat jauh sekali antara orang-orang yang duduk-duduk tidak berjihad dengan orang yang bertumus lumus dalam jihad.
Wahai para penuntut ilmu ! Anganmu hendak memperbaiki kehidupan yang kamu berada di dalamnya, anganmu hendak memperbaiki kehidupan yang kamu berada di dalamnya, : Maka keluarlah berjihad fie sabilillah sesaat saja dan rasakanlah manisnya dan pahitnya jalan ini kemudian lihatlah sejarah masa lalu, lihatlah medan-medan jihad. Maka jika kalian memang ingin menjadi da’I maka medan jihad sangat membutuhkan anda. Ketahuilah ! Walaupun kamu tidak ikut berjihad maka jihad ini tetap selalu berjalan dan sunnah Allah selalu berjalan, karena sesungguhnya Allah Maha kaya dari seluruh yang ada di alam ini. Allah berfirman :
وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ

“ ….. dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan menganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini) “. (QS. 47:38)

Sesungguhnya pengorbanan itu haruslah dibuktikan, karena iman itu terikat erat dengan amal. Inilah jalan perbaikan itu karena Jannah itu sangatlah mahal, dan sesungguhnya manusia itu tergantung atas dirinya dan bashiroh, maka jika kalian mempunyai pendapat maka kalian juga harus ada tekad karena rusaknya pendapat itu dengan tidak adanya tekad.

RISALAH KE-LIMA :
Kepada Para Syekh

Kepada para syekh yang ‘alim,
kepada orang yang diberikan ilmu dan kecerdikan oleh Allah, dan Allah memberikan manfaat dengan ilmunya, amal dan perkataannya. Terkhusus kepada para syekhku dan orang-orang yang aku kenal dan merekapun mengenaliku,
kepada para ulama yang aku cintai karena Allah yang aku tidak mengenal mereka dan mereka pun tidak mengenaliku. Aku katakan : “ Jikalau kalian tidak berangkat berjihad maka sungguh aku telah melakukan jihad itu, dan semoga kalian tidak menyelisihi dari predikat orang yang alim Islami. Adapun pertanyaan yang terungkap buat diri masing-masing adalah “ Apa yang telah aku lakukan ? dan apa yang akan kita lakukan sekarang ? dan apa yang akan kita lakukan besok yang akan datang ? “.
Wahai para ulama ! Ini hanyalah sebagai alasanku dihadapan Allah nanti. Sesungguhnya aku tulis surat ini bukan berarti aku tidak melakukannya. Akan tetapi kalimat-kalimat ini memang harus aku ucapkan, karena aku bependapat bahwa ini wajib bagiku menyampaikannya. Demi Allah aku telah lama berkumpul bersama kalian, semoga orang yang mendengar ucapanku ini dia orang yang mengenaliku hingga ia mengerti ini dengan baik. Aku tidak tahu sebelumnya apa yang terjadi diantara kalian dan apakah kalian saksikan ? apakah ketika ada kejadian di medan jihad kalian tidak ada ataukah kalian ikut menyaksikan ? apa kira-kira jawabannya maka akupun tidak tahu. Mengapa aku tidak tahu padahal kalian tahu ? padahal sudah bertahun-tahun aku bersama kalian lalu apa yang telah kalian katakan ? sesungguhnya aku katakan kalimat ini dengan sepenuh hatiku, cukuplah bagiku Allah sebagai pelindung.
Wahai para ulama ! Semoga Allah membalas semua amal kalian yang telah kalian berikan kepadaku dan kepada Islam dan kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan. Kalian telah mendidik dan mengajariku. Ketahuilah sesungguhnya kalian telah banyak tahu dan mengerti kebenaran, akan tetapi – aduhai – kapan hari kebenaran yang kalian ucapkan itu datang ? maka takutlah atas dirimu seandainya kamu termasuk orang yang Allah sebut mereka dalam firman-Nya :
فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَناً قَلِيلاً فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ

"….. lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima “. (QS. 3:187)

Sungguh aku tidak mencela engkau wahai para ulama’ ke-benaran, karena aku mengerti sendiri kondisi para ulama penguasa yang mereka telah mencampakkan Dien, dan telah menyesatkan di atas muka bumi ini, maka aku katakan pada kelompok ini : Wahai para ulama’ sulton (penguasa) takutlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian jual ayat-ayat Allah dengan murah, kalau begitu sungguh jelek sekali iman yang kalian serukan jika memang benar-benar kalian beriman. Apa yang kalian katakan tentang kehormatan yang dilecehkan ? tentang wanita yang dirampas kehormatannya ? anak-anak yang dibantai ? dan seluruh kaum muslimin yang ada di berbagai belahan bumi yang mereka dibantai, disalib, dipotong tangan dan kakinya ? takutlah kalian kepada Allah dan takutlah dirimu menjadi bahan bakar api neraka pertama kali besok pada hari kiamat.
Wahai ahli ilmu ! Wahai pembawa panji-panji risalah ! sesungguhnya itu sesuai penjagaan kalian pada ilmu ini dan pelaksanaan kalian pada amanah ini dengan semaksimal mungkin kalian melakukannya. Sungguh benar orang yang berkata : “ Jikalau ahlul ilmi itu menjaga kehormatannya maka mereka akan menjaga kehormatan mereka, dan jikalau ahlul ilmi itu agung jiwanya sungguh akan diagungkan, akan tetapi mereka telah menghinakan diri mereka sendiri sehingga mereka dihinakan, mereka – ahlul ilmi – mengotori hidupnya dengan ketama’an – rakus - terhadap dunia hingga mereka dikuasai dunia, dan sebagian para ulama telah menyingkirkan perintah wajibnya jihad dengan cara mentakwilkan arti jihad kepada arti yang banyak sekali, – dengan mengatakan – bahwa kita bukanlah orang yang kuat maka kita tidak mampu untuk berperang pada masa sekarang ini, dan kita setiap hari bertambah lemah, setiap hari kita bertambah lemah sementara musuh setiap hari bertambah kuat. Seluruh urusan kita jadikan di belakang ekor-ekor thoghut yang mereka orang satu jenis kulit dengan kita, yaitu mereka yang menghinakan Allah dan Rosul-Nya dan mereka mencampakkan Dien ini. Maka kita tidak mampu menghadapi thoghut yang kafir, dan kita tidak mampu melepas ekor thoghut “.
Maka kalau – kita bersikap seperti ini terus – sampai kapan kita akan mengalami kemunduran dan kekalahan ? Hanya kepada Allah para penegak kebenaran itu bersandar, hanya kepada Allahlah para ulama kebenaran bersandar, yaitu mereka orang –orang yang membela kemurnian Islam dan perhimpunan tauhid, yaitu orang-orang yang mengatakan kalimat yang haq dan tidak takut celaan orang yang suka mencela.
Medan perang telah menanti kiprahmu, perhatianmu dan perngorbananmu, medan perang menunggu jumlah orang seperti kalian. – Dan memang - karena sesungguhnya kelompok – jihad ini – selalu berjumlah sedikit. Maka cukup bagi kita Allah sebagai pelindung, dan sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita akan kembali.

RISALAH KE-ENAM :
Kepada Para Pedagang

Kepada kalian wahai para pedagang dan pemilik harta ! takutlah kalian kepada Allah di dalam hartamu, karena hartamu akan dimintai pertanggung jawaban. Sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggung jawaban di depan Allah tentang hartamu, dari mana kamu mendapatkannya ? dalam perkara apa kau infakkan hartamu ? dan aku tanyakan kepada dirimu “ Apakah jihad fie sabilillah mendapatkan bagian – dari hartamu ? “. Jikalau jawabnya “ Ya “, maka aku memuji kepada Allah dan teruskanlah, dan teguhlah niscaya Allah meneguhkanmu, dan semoga Allah memberkati hartamu. Tapi jika jawabannya adalah “ Tidak “, maka takutlah kamu kepada Allah, dan aku tahu sesungguhnya engkau diharamkan – masuk Jannah….. haram. Bentangkan tanganmu dengan harta yang kamu miliki di jalan Allah. Bentangkan tanganmu dengan harta yang kamu miliki di jalan Allah, karena jikalau kamu mati besok atau lusa maka hartamu tidak akan bermanfaat bagimu kecuali harta yang kamu berikan untuk Allah. Dengarkanlah perdagangan ini, yang perdagangan ini lebih baik dari perdaganganmu. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ، تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ، يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ، وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ

“ Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar “. (QS. 61:10 - 12)

Renungkanlah ayat ini ! dan gabungkanlah antara dua perdagangan – bisnis akhirat yakni jihad dan bisnis dunia yaitu dagang -.

RISALAH KE-TUJUH :
Kepada Para Mujahid Fie Sabilillah

Kepadamu wahai para mujahid fie sabilillah ! wahai orang yang telah keluar fie sabilillah. Engkau telah meninggalkan keluargamu, anakmu, hartamu dan negerimu. Semua itu kamu lakukan dalam rangka jihad dan tidak kamu rusak dengan keinginan yang jelek. Teguhkanlah jiwamu, dan ikhlaskan semua amalmu hanya untuk mencari wajah Allah. Dan ketahuilah wahai orang alim ! wahai penuntut ilmu ! wahai para mujahid ! ketahuilah oleh kalian bahwa setiap ilmu yang kamu pelajari maka itu sebagai hujjah yang akan kamu letakkan di atas punggugmu, dan sebagai beban yang akan kamu bawa di atas punggungmu. Maka kalau begitu beramallah di jalan ini – jihad fie sabilillah – dalam rangka mencari ridho Allah, dan janganlah kalian menjadi seperti Himar – keledai – yang membawa barang bawaannya. Atau menjadi seperti kambing yang berada di padang sahara yang mati lantaran kehausan padahal air ia pikul di atas punggungnya.

RISALAH KE-DELAPAN :
Kepada Orang Tua Mujahid

Kepada kalian berdua wahai orang tua mujahid ! engkau telah mendidik anakmu untuk menjadi mujahid fie sabilillah, kalian telah mendidiknya dengan sebaik-baik pendidikan, dan kalian telah menasehatinya dengan sebaik-baik nasehat. Engkau telah mengorbankan jiwa untuknya lalu kamu jual murah di jalan Allah. Itu semua tidak engkau lakukan keculai hanya mengharap Wajah kekasih-Mu.
Lisan seorang anak mujahid akan berkata : “ Wahai bapakku ! Wahai ibuku ! sesungguhnya aku berjihad dalam rangka mencari Wajah Allah, kalian merasa sedih, dan aku pun merasakan sakit seperti itu juga, akan tetapi aku bersabar, dan aku terus melanjutkan jalanku untuk mencari kebahagiaan besok – di akhirat – insya Allah. Bersabarlah dan ikhlaskanlah wahai ibu dan bapakku ! ketahuilah semoga Allah menerimaku sebagai syahid, izinkanlah aku untuk mencari syafaat, maka kalian berdua akan mendapatkan syafaatku, kemudian Allah memberikan kepadaku karomah dan kemuliaan-Nya. Maka utuslah aku untuk masuk jannah lalu kita akan berkumpul disana kelak insya Allah, berkumpul di dalam Jannah yang terdapat Sungainya, yang penuh kenikmatan yang telah dijanjikan oleh Allah.
Wahai para bapak ! serahkanlah anakmu disisi Allah ! jadikanlah uswahmu – suri tauladanmu - adalah nabi Sulaiman ‘alaihis salam ketika ia berkata : “ Aku ingin melalui malam-malamku dengan sembilan puluh wanita, setiap mereka melahirkan anak yang akan berperang di jalan Allah “.
Wahai para ibu ! Jadilah kalian seperti Khonsa yang telah mengutus ke-empat anaknya ke medan perang, kemudian ketika keempat anaknya itu terbunuh maka iapun bergembira sekali. Jadilah kalian Khonsa di zaman ini, karean ia bukanlah cerita khayal, akan tetapi ia – Khonsa - adalah seorang wanita mukminah yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya iman “ Barangsiapa yangberiman kepada Allah, maka Allah akan memberi hidayah kepada hatinya “.

RISALAH KE-SEMBILAN :
Kepada Para Istri Mujahid

Kepada para istri mujahid yang telah lama merasakan rasa cinta dan kasih sayang - berdamping dengan suaminya -. Dan suaminya pun merasakan ketenangan dan keamanan disampingnya. Akan tetapi jika ada seruan dari Allah “ Ayo berangkat berjihad “ dan seruan “ Wahai kuda Allah malajulah karena suamimu adalah handzolah “. Selain Dien disisi Allah itu hina, dan di sisi ridho Allah semua sesuatu yagn dicintai harus dikorbankan. Maka ucapan yang keluar dari lisanmu adalah : “ Wahai kekasihku pergilah berjihad ! Maka aku kaan menjaga anakmu dan hartamu. Jika engkau pulang kepadaku dengan selamat maka engkau akan aku muliakan dan akan aku jaga serta akan aku Bantu. Dan jikalau engkau syahid maka aku akan bersabar, anak-anakmu selalu dalam penjagaanku dan rahasiamu akan selalu terjaga. Berangkatlah untuk mencari ridho Allah dan menolong Dien Allah, maka kewajibanmu akan menjadi kewajibanku “.

RISALAH KE-SEPULUH :
Kepada Anak-Anak Mujahid

Wahai anak mujahid ! yang tidak sempat mendapatkan kasih sayang bapaknya, yang telah hidup diantara celaan orang yang tidak menyukainya, sesungguhnya itu adalah sunnatullah, dan ini adalah jalanku wahai anakku. Wahai anakku ! Sesungguhnya mujahid ketika keluar berjihad – meninggalkanmu – maka kamu akan dicukupi Robnya, sebelum manusia semua. Dan aku mengharap kepadamu untuk komitmen dengan syari’at Allah, dan hendaknya kamu tumbuh dalam ketaatan kepada Allah, dan engkau menjaga dirimu ketika bapakmu tiada, janganlah kamu kotori pendengarannya – dengan kabar jelek mengenai perbuatanmu -, dan hendaknya kamu mengikuti konsep dan jalan hidupnya di dalam jihad fie sabilillah dengan jiwa, harta dan anak. Sesungguhnya bapakmu ketika pergi dari sisimu bukannya ia tidak cinta kepadamu. Sekali-kali tidak, akan tetapi ia mencari ridho Allah, karena mencari keridhoan-Nya itu lebih utama dan lebih penting.

RISALAH KE-SEBELAS :
Kepada Suku Zahron

Kepada para lelaki satu suku denganku ! wahai cucu Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam ! aku titpkan wasiat kepada kalian, dan kerinduan itu menguasai diriku, - aku katakan - : “ Sesungguhnya dunia itu hina dan terlaknat….. terlaknat….. dan terlaknatlah seluruh isi dunia, kecuali hanya dzikir kepada Allah dan semisalnya, dan orang yang alim atau muta’allim – orang yang belajar – “.
Wahai kaumku ! Lakukanlah kegiatan seperti yang telah dilakukan para lelaki kalian terdahulu, sadarlah – dari kelalaian - kalian karena keamanan itu didapat dengan kebangkitan, perangilah musuh-musuhmu sebelum mereka memerangimu. Saksikanlah musuh-musuh yang ada disekitaramu, dan saksikanlah apa yang telah mereka perbuat terhadap saudara-saudaramu di belahan bumi sana dari negeri Islam. Janganlah kalian merasa aman hingga menunggu besok, tidaklah beban itu dilepaskan dari kita. Dan ketahuilah bahwa musuh-musuhmu itubenar-benar kafir, dan kekafiran itu adalah satu agama walaupun kenyatannya banyak macam agama

إِنْ يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاءً وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ

“ Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti (mu); dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir ". (QS. 60:2)

Wahai kaumku ! enkau adalah para lelaki, kalian dapat menoong Dien Allah, dan kalian pun dapat menghinakan musuh-musuh Allah. Maka laksanakanlah perintah Allah dan rosul-Nya maka engkau akan mendapatkan keberuntungan. Ini adalah nasehatku. Sungguh kalian akan mengingat apa yang aku ucapkan kepada kalian dan aku serahkan urusankau kepada Allah.

RISALAH KE-DUA BELAS
Kepada penduduk Jazirah Arabiah

Kepada penduduk Arabia yang buminya telah dikotori oleh mush-musuhnya dari orang-orang Yahudi dan Nashrani. Mereka telah menanam pondasi-pondasi di bumi ini dengan nama-nama mereka yang tidak diridhoi oleh akal maupun Dien. Sesunguhnya nabi shollallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :

أَخْرِجُوا الْمُشْرِكِيْنَ مِنْ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ

“ Keluarkanlah orang-orang musyrik dari Jazirah Arab “.
Jikalau kalian masih ragu bahwa mereka adalah orang-orang musyrik, maka itu akan melepaskan ikatan Islam dari leher kalian. Dan jika kalian yakin bahwa mereka adalah musyrik lagi kafir, maka kenapa kalian tidak melaksanakan sabda nabi shollallahu ‘alaihi wasallam ? Kenapa kalian tidak menyambutnya ?
Sesungguhnya Amerika telah mencuri hak kita, telah menghinakan kemuliaan kita, telah menghina Dien kita, dan mengotori kehormatan kita. Padahal kita kaya karena Allah, kita mulia karena Allah, kita suci karena Allah dan kita semua adalah untuk Allah, kita tawakkal kepada Allah dan kita yakin bahwa Allah selalu bersama kita dan tidak akan menjauhi kita. Sesungguhnya aku serukan kepada kalian dengan lantang “ Kita harus memerangi Amerika dan antek-anteknya dan kita campakkan hidungnya di tanah dan kita tampakkan kelemahannya pada manusia semua dan kita tunjukkan kemuliaan kaum muslimin dan kita usir mereka dari Jazirah Arab cepat atau lambat insya Allah. Kita tidak boleh tinggal diam dan kita harus berjihad fie sabilillah dan beramal “.
Sungguh kamu harus berjihad fie sabilillah wahai orang Islam ! Dengan jiwamu, hartamu dan anakmu. Maka jika kalian tidak mampu maka hasunglah orang lain untuk berjihad fie sabilillah dan serulah mereka untuk berjihad, maka jika kalian tidak mampu juga maka kalian harus mendoakan para mujahidin di belakang mereka. Jika kalian tidak mau malakukannya maka diamlah ….. ! Diamlah dan jagalah manusia dari kejelekanmu dan janganlah kamu menggembosi mereka dari taat kepada Allah, karena Allah membenci gembosanmu - terhadap jihad -. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dengarkanlah :

وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ

“ Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka:"Tinggallah kamu bersama orang-oang yang tinggal itu ". (QS. 9:46)

Semoga Allah membalas dengan kebaikan kepada orang yang telah mentadribku – melatih militer – pada jalan ini, karena itu adalah menjadi sebab untuk bisa melakukan amalan yang agung ini – yakni jihad -. Dan aku sebut secara khusus seorang komandan mujahid Syekh Usamah bin Muhammad bin Ladin - semoga Allah menjaga beliau – dari makar orang-orang jahat dan kehasudan orang-orang hasud. Dan semoga Allah menjadikan seluruh amalku ini pemberat di dalam timbangan kebaikan kelak dan Allah membalasnya untukku dengan sebaik-baik balasan :
“ Barangsiapa berbuat kebaikan maka tidak akan meniadakan ampunan-Nya
tidak akan hilang bau harum wanginya disisi Allah dan manusia “.
Ya Allah ! Tolonglah Islam dan kaum muslimin dan jagalah kemuliaan Dien ini. Hancurkanlah musuh-musuh-Mu yang juga musuh-musuh Dien wahai Rob penguasa seluruh alam.
Akhir kata ….. sholawat serta salam kita haturkan kepada penghulu para nabi dan rosul, dan kepada keluarganya dan para shahabatnya semua. Dan akhir kata Al hamdulilahi Robbil ‘alamin.

Al Waddloh berkata : “ Wasiyat yang agung ini disarankan kepada para da’I dan ahlul ilmi untuk menyebarkannya dan mempelajarinya di majlis ta’lim.

http://alsaha.fares.net/sahat?14@230.tsGHcTJEy2c^0@.ef32dc0

As Syahid (Biidznillah Insya Allah) :
Ibnu Jarroh al Ghomidy Ahmad al Haznawy
( Salah Seorang Pelaku Peledakan Mubarok
11 September 2001 M. )

Biografi As Syahid :

Beliau adalah Ibnu Jarroh al Ghomidy Ahmad al Haznawy. Dari Tanah Suci dari daerah selatan semenanjung arab, bumi para mujahidin dan syuhada’ dari daerah Ghomid.
Beliau adalah seorang hafidz dan da’I serta mujahid. Didik dirumah yang beragama dan berakhlak. Ayahnya seorang alim dan ibunya seorang da’iyah. Hatinya teikat dengan jihad, maka ia berhijrah ke bumi Afghanistan untuk beri’dad (mempersiapkan diri).
Dia adalah salah seorang diantara sembilan belas pahlawan yang berhasil melakukan serangan di New York dan Washington pada hari selasa 11 September 2001 M.
Sungguh cinta jihad dan rindu akan mati syahid telah merasuk ke dalam hati dan sanubarinya. Mengalir bersama putaran darahnya dan mendarah daging dalam tubuhnya.

Isi Wasiyat :

Aku bersumpah untuk hidup mulia, atau kuhancurkan tulangku dan aku mati.
Kepada ummat Islam …..
Kujual diriku kepada Allah dan Allah membelinya.
Kunyatakan dengan gamblang bersama mereka, darahku yang mengalir supaya sampai ke setiap telinga dan menyentuh hati.
Sebuah panggilan dariku kutujukan kepada :
Para ulama ummat dan para da’inya
Kepada para murobbi dan pendidik
Kepada saudara-saudaraku yang terbelenggu di penjara
Dan kepada saudara-saudaraku yang tidak sempat berhijrah dan berjihad karena udzur.
Kepada saudara-saudaraku yang sedang beribath di perbatasan negara Islam.
Kepada saudara-saudaraku muslimin yang tertindas di timur dan di barat.
Kepada pemuda-pemuda Al Aqsho dan pahlawan-pahlawannya.
Kepada pemuda-pemuda Kashmir
Bahkan kutujukan juga kepada setiap luka hirisan di hati setiap muslim.
Kepada mereka semua dan kepada ummat yang sedang di dzalimi. Kuucapkan :
Allah berfirman :

حَتَّى إِذَا اسْتَيْئَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَآءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَنْ نَشآءُ وَلاَيُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ

“Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa”. (QS. Yusuf : 110)
Bagi orang-orang yang berfikir tentang keadaan ummat dengan pembunuhan dan penyiksaan yang terjadi keatasnya, pencabulan harga diri dan pertumpahan darah, pembunuhan keatas mereka yang tidak berdosa. Semua itu terjadi keatas ummat ini di timur dan dibarat bumi.
Lihatlah Palistina ! Meronta sejak setengah kurun dan hingga kini lukanya masih mengalirkan darah.
Dan Kashmir tidaklah terlepas dari nasib yang sama. Penyembah-penyembah sapi itu masih membunuh saudara-saudara kita di sana, dan masih banyak lagi negeri-negeri Islam yang menghadapi nasib yang sama.
Lalu siapakah yang sudi berkorban demi membela saudara-saudara kita ? dan jalan apakah yang bisa ditempuh selain jihad ? dan bagaimanakah jihad dapat di laksanakan untuk menolong mereka ? sedang masih banyak lagi yang menganggapnya hanya fardhu kifayah.
Bagiku ….. Ulama telah menerangkan bahwa asal hukum jihad memang fardhu kifayah. Tetapi menjadi fardhu ‘ain pada empat keadaan :
1. Jika musuh menguasai salah satu negeri muslimin
2. Jika sudah bertemu dengan bala tentara musuh di medan
3. Jika diperintah oleh imam (pemimpin) ummat Islam maka menjadi wajib
4. Jika musuh telah menawan salah seorang muslim.

Jika salah satu keadaan itu terjadi, maka jihad menjadi fardhu ‘ain ke atas ummat ini, hingga kekuatan Islam menjadi cukup atau ummat Islam akan berdosa semua.
Demi Allah ! Aku ingin bertanya kepadamu apa yang tengah terjadi di negeri-negeri ummat Islam ? penjajahan nyata itu di depan mata, tetapi kamu wahai para ulama mendiamkan walaupun penjajahan itu telah mencapai negeri Tanah Suci. Hingga kini kami belum mendengar satupun panggilan jihad darimu.
Saudara ….. ulama-ulama kita di tahan musuh, dan setiap hari kita dengar musuh menangkapi saudara-saudara kita, sedang membebaskan mereka adalah kewajiban kita. Dan kamu wahai ulama telah mengatakan hal ini dan menyepakatinya sudah berapa tahun berlalu. Sedang syaikh kita Umar Abdurrohman masih di penjara Amerika.
Itu hanya contoh ….. dan masih banyak lagi ulama-ulama kita yang senasib, tetapi kami tidak mandengar panggilan jihad darimu.
Wahai ulama ….. wahai ulama ….. wahai ulama …… Kau biarkan ini semua. Jika engkau masih enggan menyatakan kewajiban jihad, lalu siapakah yang akan menyatakannya ? dan kalau bukan sekarang waktunya lalu kapan lagi ?
Demi Allah ! aku tantang kamu semua untuk mencarikan alasan dari empat perkara tersebut bagi ummat ini yang menjadikan jihad kewajiban (fardhu ‘ain). Seperti yang telah disebutkan oleh ulama salaf dan kamu menyepakatinya tetapi tidak kamu laksanakan.
Jika alasanmu adalah karena wujudnya penguasa-penguasa thoghut yang laknat dan mempunyai senjata, maka siroh nabi shollallahu ‘alaihi wasallam telah menjadi contoh terbaik bagi kita, ketika beliau ditekan oleh kaummnya beliau diperintahkan untuk berhijrah untuk menegakkan negara Islam yang kemudian besiap (I’dad) untuk jihad. Beliau bukan duduk diam dan bersedekap tangan dan tetap tinggal diam di bawah kekuasaan Quraisy, dan keadaan kita sekarang tidak jauh dari keadaan beliau shollallahu ‘alaihi wasallam.
Di Afghonistan, hari ini hukum syari’at dilaksanakan di bawah kepemimpinan Tholiban. Semoga Allah melindungi dan meneguhkan hati mereka. Negeri ini membuka bagi para muhajirin yang ingin beribath, beri’dad dan berjihad, baik dari golongan ulama atau pemuda mujahidin.
Kami telah bosan hidup di bawah kedzaliman dan kejahatan. Pemerintah-pemerintah yang kononnya menawarkan diri dengan Islam, sedangkan dia sangat jauh dari hakikat Islam, ia murtadz dari agama Allah ….. bahkan berani melaksanakan hukum buatan manusia yang dibuat oleh Doktor-Doktor.
Inilah keadaan negara-negara arab yang dahulunya di bawah naungan hukum Islam berkurun-kurun lamanya yang telah dibayar dengan jiwa dan nyawa para shahabat hinga mencapai lautan pasifik dan dia berkata : “Demi Allah ! kalau aku tahu di seberang sana ada daratan pasti kan ku datangi dengan kudaku ini”. Tetapi kemudian ….. kita dipimpin oleh thoghut-thoghut yang murtadz yang menjalankan hukum selain hukum Allah. Mereka ganti hukum Rob kita dengan hukum buatan manusia yang keji dengan tujuan mencari muka di depan si kafir, lalu kemulian apakah yang lebih tinggi dari kerelaan Amerika kepadamu ? lalu kemuliaan apakah yang lebih tinggi dari kerelaan Amerika kepadamu ? dan kamu menjadi gundik yang paling dicintai. Dan pemenang perlombaan ini adalah Fahd bin Abdul Aziz bersama saudaranya Abdullah dan sultan dan Raif dan Salman, semoga Allah memerangi mereka. Mereka masukkan tentara-tentara kristen ke tanah suci dengan alasan politik yang kotor, yang semua itu hasil kerjasama Abu Righol dan saudara-saudaranya. Mereka salahi perintah-perintah nabi kita Shollallahu ‘alaihi wasallam : “Keluarkan orang-orang musyrik dari Jazirah arab “. Mereka jajah negeri kita dan kiblat ummat Islam di siang bolong, mereka rampok hasil bumi Islam dengan bantuan pemerintah murtadz di Jazirah arab, lalu semua itu dilakukan keluarga Saud hanya untuk mendapat kerelaan Amerika. Dan akhirnya mereka dapatkan cita-cita itu, maka datanglah orang-orang Amerika yang jumlahnya antara 40 hingga 45 ribu tentara salib di tambah dengan pembantu-pembantu mereka dari Inggris dan Prancis untuk membentengi tentara-tentara salib itu, bahkan mereka izinkan di bumi suci yang dimuliakan dengan kiblat muslimin.
Lalu hidup yang bagaimana harus kulaui setelah kononnya tentara Amerika membelaku. Kemuliaan yang bagaimana dan harga diri yang bagaimana. Dan bagaimana aku bisa menolong agamaku, dan bagaimana aku bisa mengangkat kemuliaan ummatku, sedangkan hidup di bawah pemerintahan Amerika di Tanah Suci dan keluarga Saud hanyalah boneka yang dipermainkan semuanya. Lalu apa yang harus kami lakukan ? mereka jual tanah air kami dan kiblat umat Islam dan mereka jadikan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai barang jualan. Jika mereka suka ….. mereka buang jauh-jauh.
Dan yang sangat disayangkan ….. ada ulama-ulama yang masih menganggap mereka sebagai pemimpin muslim yang wajib dita’ati. Karena itulah kami berhijrah dan beri’dad untuk berjihad untuk mengusir tentara kristen itu dari Tanah Suci bahkan dari seluruh tanah air ummat Islam. Dan keturunan keluarga Saud sangat jelas dalam masalah ini, hukum Islam yang mereka laksanakan di Tanah Suci hanya berjalan keatas orang-orang yang lemah saja. Adapun keluarga kerajaan terkecuali dari hukum hakam ini.
Dan persetujuan mereka terhadap UUD kafir yang jelas yang telah difatwakan kekufurannya oleh syaikh Muhammad bin Ibrahim Ali Syaikh rhohimahullah, dan ruang kementrian perniagaan dan ekonomi menjadi saksi, dan mereka perbolehkan riba bahkan mereka buat bangunan terbesar untuk memerangi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Dan mereka terang-terangan disaksikan oleh dunia sebagaimana yang disebutkan para ulama bahwa antara hal-hal yang membatalkan ke-Islaman seseorang adalah membantu kaum musyrikin untuk menguasai kaum muslimin, dan sesiapapun yang mendalami masalah ini pasti akan menemuinya, lalu dengan melihat semua ini, apakah jihad masih fardhu kifayah ? lalu apkah darah-darah saudar-sudara kita masih murah ? sedangkan ia sangat berharga di sisi Rob kita Subahnahu Wa Ta’ala. Dalam hadits musthofa shollallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda : “Walau Ka’bah runtuh batu demi batunya adalah lebih ringan bagi Allah dari darah muslim yang tertumpah”.
Lalu mana penghormatan kepada agama ini ? dan rasa kesatuan ummat ? adakah perasaan ini harus hilang dari 1,5 milyar muslim di dunia ? yang masih tersungkur di kaki thoghut-thoghut dan golongan murtadz. Apakah perasaan itu hilang bersama jatuhnya khilafah Islam ? apakah ketergantungan dengan dunia telah menghapus perasaan itu ? atau dinar dan dirham telah mematikan hati hingga tidak bisa lagi memahami duduk permasalahan ini, hingga oleh para ulama dan pemimpin-pemimpin ummat ? ataukah semua ini adalah bahasa yang menceritakan keadaan ummat kami. Lalu apa jalan keluar semua permasahan ini ? tiada jalan lain kecuali para ulama dan golongan yang dipercaya ummat berpegang dengan al haq serta melaksanakannya dan melaksanakan hukum syari’at Robnya kemudian kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah dan menghidupkan kembali ibadah yang terlupakan, yaitu ibadah Jihad.
Tetapi ummat ini tidak akan dapat melaksanakannya kecuali setelah mereka memahami bahwa dunia dan seisinya tidaklah lebih berharga dari sayap nyamuk. Kalaulah dunia ini berharga pasti Allah tidak memberikan sedikitpun air kepada orang-orang kafir apalagi dunia ini fana.
Perlu anda ketahui bahwa semua kekuatan golongan murtad dan kafir itu tidaklah ada harganya dihadapan kekuatan Allah karena kekuatan itu mutlak milik Allah saja, yang diberikan kepada golongan yang berpegang dengan syari’at-Nya. Walau mereka buat berbagai macam jenis meriam atau bom-bom nuklir atau tehnologi mutaakhir yang telah mereka capai sesungguhnya kami mempunyai yang lebih besar dari yang semua itu, yaitu firman Allah Ta’ala :

إِنَّمَآ أَمْرُهُ إِذَآأَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ

“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:"Jadilah!" maka terjadilah ia”. (QS. Yasin : 82).

Lalu bagaimana orang-orang yang bersama Allah bisa menjadi lemah ? maka talaklah dunia ini, dan berzuhudlah.
Demi Allah dunia ini hina, ia hanyalah nikmat yang menipu. Kau cintai dunia ini berarti bukan dapat lari dari mati dan pergi berjihad bukan berarti mendekati mati. Yang pasti, mati akan tiba, maka pilihlah mati yang bagaimana mati yang kau ingini. Apakah kamu ingin mati di atas kasurmu seperti matinya onta di kandangnya ? atau kau memilih mati syahid ? mulia setelah kau sahut panggilan-Nya dengan segera dan kau jujur dalam mencari syahid dalam rangka mencapai ridho Allah, yaitu syahid yang menjadi cita-cita setiap muslim yang cintakan agamanya setelah ia maju bergerak memukul musuh-musuh Allah dan membalaskan dendam saudara-saudaranya dan agamanya . lalu mana orang-orang yang bercita-cita tinggi ? yang memikul nyawanya untuk dipersembahkan kepada Rob mereka, maka golongan ini selalu berkata : “ Bawalah aku ke medan pertempuran itu supaya aku dapat menjual diriku ini demi agama ini”.
Dan musuh utama kita kali ini, adalah berhala Hubal zaman ini yang disembah oleh penguasa-penguasa negara-negara arab dan dia menguasai dunia dengan kesombongan dan keangkuhan. Permusuhan Rusia di Chechnya adalah dengan kerelaannya begitu juga serangan tentara kristen di Indonesia dan golongan Hindu di Kashmir adalah dengan kelicikannya dan keberadaan orang yahudi di bumi Palestina dengan semua apa yang mereka lakukan dan penjajahan masjidil Aqsho tentu dengan persetujuan dan taktik licik yang teratur rapi olehnya, dia jajah seluruh negara, walau tidak harus berwujud tentara tetapi dengan penguasa yang mahu mentaatinya. Penjajahan Tanah Suci berlangsung hingga kini dengan alasan serangan Irak ke Kuwait, mereka datang dengan alasan menjaga keamanan maka mereka masuk ke tanah suci dengan bantuan Abu Righol dan saudara-saudaranya. Yang konon mengaku membela kiblat ummat Islam. Tiadak adakah lagi pahlawan pada ummat ini ? apakah ummat ini sudah tidak bisa lagi melahirkan pahlawan yang membela kiblatnya ? buktinya hingga kini belum ada perlawanan secara langsung ke atas berhala Hubal ini (Amerika), maka kami fikirkan untuk membukanya.
Musuh semakin ganas, semakin hari kita dengar kematian saudara-saudara kita.
Demi Allah kami tidak menemukan jalan keluar dari tekanan ini setelah kami tanyakan kepada para ulama yang telah ikut berkecimpung dalam jihad, seperti syaikh Hamud bin ‘Uqla As Syu’aibi (rhohimahullah) dan Abdullah bin Jibrin dan syaikh Sulaiman Al ‘Ulwan dan syaikh Hasan Ayyub dan syaikh Muhammad bin Muhammad bin Mukhtar As Syingkity dan syaikh Usamah bin Muhammad bin Ladin dan syaikh Abu Umar Saif, semoga ‘Allah menjaga mereka dan menjaga ummat ini dengan ilmu mereka. Mereka tunjukkan bahwa jalan keluarnya adalah operasi Istisyhadiyah (Bom Syahid) ke atas titik-titik penting musuh dan pusat pengendalian tentaranya. Yang hasilnya sangat kelihatan setelah dua serangan ke atas kedutaan Amerika di Nairobi dan Darussalam dan setelah peledakan Kapal Distroyer Amerika USS COLE di Yaman, yang ketika itu dalam perjalanan ke lautan Kuwait untuk menyerang saudara-saudara kita di Irak. Ulama-ulama tersebut telah menfatwakan kepada kita bahwa operasi seperti itu dibolehkan oleh syari’at, dan itu bukanlah bunuh diri, akan tetapi mencari syahid fie sabiilillah. Karena serangan ke atas musuh tidak akan tercapai kecuali melaui jalan ini dan dalil-dalil mereka sangat banyak, antaranya kisah Ghulam yang menunjukkan si Raja dzalim untuk membunuhnya. Dan para ulama tidak menjulukinya dengan “Bunuh Diri”.
Dan sebagai penutup wasiatku ini : Aku ulangi panggilanku ini kepada para ulama dan para da’I, Aku ulangi panggilanku ini kepada para ulama dan para da’I, kepada pemuda sholih yang tidak mempunyai udzur untuk berjihad untuk menolong Diennya. Kepada mereka yang berpaling dari medan-medan jihad, khususnya di tanah suci dan di seluruh dunia pada umumnya.
Aku katakan : “ Jika kalian senang dengan kehidupan hina ini dan kamu merasa kesulitan untuk berhijrah dan mengangkat senjata, maka tolonglah kami walaupun hanya dengan lisan, dan jangan biarkan kami dan hiaslah kemuliaan ummat ini dengan pena-penamu sepanjang zaman, kalau kamu enggan ….. maka kita akan bertemu di hadapan Rob kita nanti di hari yang berat, hingga si anak menjadi tua, tetapi hari itu adalah hari yang adil, maka persiapkanlah untuk hari itu”.
Adapun bagiku ….. aku tidak rela hidup dalam kehinaan sedikitpun sebagaimana teman-temanku yang masih rela hidup seperti itu, dan diriku menuntut untuk hidup mulia dengan ajaran Robnya, walaupun harus ku bayar dengan hijrah dan hidup jauh dari saudara-saudara.
Lihatlah ! medan-medan itu telah terbuka, dan surga-surga telah dipersiapkan, maka aku berangkat untuk menyerang Amerika yang menjadi musuh Allah, yang pasti akan aku lakukan di kandang mereka sendiri, maka aku akan mati sebagai syahid setelah membunuh musuh-musuh Islam, maka aku keluar mencari tempat latihan untuk membunuh orang-orang Amerika dan musuh-musuh agama demi membela agama ini dan membalaskan darah saudaraku yang tertumpah.
Demi Allah aku tidak akan rela dengan darah saudara-saudara kami yang mengalir di Pelistina yang ditumpahkan oleh tangan-tangan yahudi anak-anak kera itu. Dan aku tidak akan lupa dengan darah-darah saudara kami yang tertumpah di Kashmir, Philipina dan di Burma dan negara-negara muslim lainnya. Maka berangkatlah kami, sedang lisan kami selalu bekata : “Kami berangkat menuju mati dengan bangga sebagaimana Singga lapar keluar dari hutannya, kami lalui berbagai kilatan pedang hingga sampai ke pintu cita-cita. Ummatku dan mengetahui bahwa kami sebenarnya melalui berbagai bahaya sambil mendendang ummat, maka kami keluar tinggalkan keluarga kami untuk menyampaikan risalah yang tertulis dengan darah agar sampai ke seluruh dunia, baik kawan atau lawan, yang jauh atau yang dekat, yang mulia atau yang hina, yang jujur atau yang dusta”.
Dan semuanya berisi surat :
“ Ya Allah ! Ambillah darah kami demi kerhedhoan-Mu “
"Ya Allah ! Jangan kau jadikan jasad-jasad kami di kandang kubur, atau tanah manapun menutupinya, atau lahad yang melindunginya, supaya ia bangun di hari kiamat nanti bersama kejayaan dan surga abadi" .
Dan keberuntungan sebuah surat yang berisi : “Zaman perbudakan dan kehinaan telah berakhir, sudah waktunya membunuhi orang-orang Amerika di kandang mereka sendiri bersama kekuatan tentara mereka dan intelejen mereka, sudah waktunya kita tunjukkan kepada dunia bahwa Amerika telah memakai baju yang bukan miliknya ketika ia berniat melawan mujahidin, dan kekuatan itu hanya tipuan nyata di media masa yang dihiasai dengan berbagai macam kalimat-kalimat dusta dan kotor, hingga kelihatan besar dan menakutkan dunia, dan ternyata dia berhasil, tetapi hakikatnya adalah seperti yang anda lihat sendiri kami perangi mereka dari luar kandang mereka dan kini akan kami perangi mereka di dalam kandang mereka sendiri, lalu mana kekuatan tentara itu dan kekuatan tehnologi mereka ? mengapa tidak melindungi mereka ?”.
Sebuah surat yang berisi : “Kalau Amerika ingin menyelamatkan negaranya dan rakyatnya maka keluarlah dari tanah ummat Islam dan kiblat mereka dan kini akan terbukti bahwa Amerika tidak akan mampu menghadapi golongan mujahidin di seluruh dunia selagi pada ummat ini masih ada pemuda-pemuda yang membelanya. Dan ketahuilah bahwa rahim-rahim ibu-ibu muslimah tidaklah mandul untuk melahirkan lagi pemuda seperti Kholid bin Walid dan Sholahuddien Al Ayyubi, begitu juga syaikh Abdullah Azzam yang telah mengorbankan dirinya demi Islam, semoga Allah merahmati mereka semua”.
Sebuah surat yang berisi : “Jika Abdullah Azzam telah terbunuh sebagai syahid, maka ketahuilah ummat ini masih mempunyai seribu Abdullah Azzam. Jika Yahya Ayyas telah terbunuh sebagi syahid, maka ummat ini masih mempunyai seribu Yahya Ayyas. Walau masih ada Usamah bin Ladin atau mungkin akan mati terbunuh, maka ummat ini masih mempunyai seribu Usamah bin Ladin. Maka tunggulah wahai Amerika, mereka sudah bosan banyak berbicara tetapi kata-kata mereka itu ingin di garis bawahi dengan darah mereka, dan mereka tuliskan dengan potongan-potongan daging mereka supaya Amerika dan kawan-kawannya memahami bahwa mereka jual ruh mereka (sesuatu yang paling mahal pada dirinya) demi mencapai surga yang berisi kenikmatan abadi”.
Dan lisan mereka berkata : “Aku bersumpah untuk hidup dengan mulia dengan harga diri atau tulangku hancur ditelan perjuangan”.
Sebuah surat yang berisi : “Aku telah bosan hidup dalam kehinaan silahkan Amerika meneruskannya untuk menanam takut di hati rakyatnya sendiri dan tentara mereka, dan merasa rugi dan celaka yang dilontarkan mujahidin yang jujur. Kelakuanmu telah melampoi batas kami tidak dapat menahannya lagi.
Hai orang-orang Amerika ! Persiapkanlah peti-peti matimu dan galilah kubur-kuburmu sejak sekarang, kematian telah dekat denganmu dengan izin Allah, dan galilah kubur-kubumu sejak sekarang, persiapkanlah peti-peti matimu kematian telah dekat denganmu dengan izin Allah”.

Ya Allah ! Jatuhkanlah negara kafir itu ke-tangan kami, dan bangunkanlah Daulah Islam dengan potongan-potongan daging kami supaya kami dapatkan pahalanya dan balasannya nanti.
Ya Allah ! Jadikanlah kami golongan yang dengan kematian mereka ummat ini akan bangkit.
Ya Allah ! Kujual diriku kepada-Mu, maka terimalah aku sebagai syahid.
Ya Allah ! Kujual diriku kepada-Mu, maka terimalah aku sebagai syahid.
Ya Allah ! Kujual diriku kepada-Mu, maka terimalah aku sebagai syahid.
Ayolah bersegera mencapai surga sebagai tempat tingga yang di dalamnya terdapat kemah-kemah dan sampai jumpa di surga bersama para nabi dan syuhada dan orang-orang yang jujur (shiddiqin).
Dan akhirnya kami ucapkan Al Hamdulillah.

Wassalaamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokaatuh



Ibnu Jarroh al Ghomidy Ahmad al Haznawy













بسم الله الرحمن الرحيم

SERUAN KEPADA PARA ULAMA DAN KAUM MUSLIMIN DAN JAMA’AH-JAMA’AH ISLAM

( Syekh As Syahid Marwan Hadid Rohimahullah )

Wahai saudaraku se-Islam !

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَآؤُا مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللهِ وَحْدَهُ

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja “. (QS. Al Mumtahanah : 4)
Kepada siapakah ayat ini ditujukan wahai para ulama ! bukankah ayat ini ditujukan kepada kita sebagai muslimin, dan kepada semua kaum muslimin ?
Apakah telah kalian laksanakan ayat itu kepada para penguasa negeri kalian ? atau justru kalian saling hidup berdampingan bersama mereka dan kalian tidak menampakkan permusuhan dan kebencian kepada mereka?
Apakah para penguasa itu berhukum dengan kitab Allah dan Sunnah nabi-Nya ? kalau mereka tidak berhukum dengan kitab Allah dan Sunnah nabi-Nya, kalau mereka tidak menjadikan kitab Allah dan Sunnah nabi-Nya sebagai undang-undang dalam kehidupan mereka baik secara khusus maupun umum dan menjadikannya sebagai hukum dalam negerinya, apakah mereka disebut kafir atau tidak ? berikanlah fatwa kepada kami – tentang hukum mereka – berdasarkan ilmu yang benar wahai para ulama Islam !
Jikalau memang para penguasa itu kafir lagi dzolim dan fasik lalu apa bedanya mereka dengan orang Yahudi ? dan kalau mereka seperti Yahudi boloehkah kita bermuamalah dan hidup berdampingan dengan mereka jika mereka telah menjajah negeri kita dan memerintah kita ? dan apa yang harus kita perbuat dan apa sikap kita jika negeri kita telah dijajah oleh Yahudi ? apakah ada perbedaan antara thoghut dari bangsa Arab dan thoghut dari bangsa Yahudi Israil ? dan apakah kita wajib memerangi mereka ?
Kalau memang kita wajib memerangi mereka, apakah kita harus mengadakan I’dadul Quwwah - menyusun kekuatan - untuk memerangi orang-orang kafir kemudian kita mulai perang, atau kita perangi mereka tanpa mengadakan I’dad terlebih dahulu ? atau kita mengatakan bahwa kita tidak mempunyai sarana berperang sehingga kita tidak wajib berperang ?
Apa hukum memerangi musuh-musuh Allah dan hukum berperang untuk menegakkan Daulah Islamiyah, jika musuh-musuh Alloh itu adalah orang-orang kafir yang berkuasa, apakah hukum – memerangi – mereka itu haram atau mubah atau mustahab atau Sunnah ataukah wajib ?
Kalau memerangi mereka itu hukumnya wajib, apakah itu wajib ‘ain ataukah kifayah ? kapankah dan pada umur berapa seorang muslim itu diperintahkan untuk berperang ?
Apa hukum seorang yang melakukan perang sendirian dalam rangka meninggikan kalimah Allah, apakah dia – jika terbunuh – masuk Jannah ataukah Neraka ? dan apa hukum orang yang tidak berniat untuk memerangi orang-orang kafir dan menegakkan Daulah Islamiyah dan meninggikan kalimah Allah ? dan apa hukum bagi orang yang tidak berbuat untuk hal tersebut ?
Hendak kita beri nama apa orang yang mengatakan Islam agamaku akan tetapi ia tidak beramal sesuai dengan kitab Allah atau mengurangi darinya ? apakah kalian mengimani Al Qur’an baik secara global maupun secara terperinci ?
Apakah diwajibkan atas kalian untuk melaksankan seluruh isi Al Qur’an dan Sunnah dengan ---selain urusan-urusan yang menjadi kekhusuan nab--- , atau Al Qur’an itu di turunkan kepada Muhammad shollAllahu ‘alaihi wasllam sehingga Al Qur’an itu khusus untuk Muhammad dan para shahabatnya saja?
Ayat-ayat yang tidak bisa kalian lakukan sekarang, seperti ayat-ayat yang menerangkan masalah hudud, karena tidak ada penguasa muslim dan Daulah Islamiyah, apakah kalian wajib untuk merealisasikannya dengan seluruh sarana yang dibutuhkan dan disyari’atkan agar kalian dapat melakukannya dimasa yang akan datang, yaitu dengan cara berusaha memusnahkan thoghut dan kemudian berhukum kepada Islam, atau kalian bebas untuk berbuat apa saja ?
Apakah kalian tengah berusaha menegakan hukum Islam agar kalian dapat mengaplikasikan dan melaksanakan perintah-perintah Allah, atau kalian mengabaikan hal tersebut, dan kalian ---akibat kalian mengabaikannya--- tidak membawa pertanggung jawaban sedikitpun dihadapan Allah Ta’ala ?
Apakah mungkin kita menegakkan hukum Islam sementara mereka telah menyusun kabinet mereka, mereka menolak berhukum dengan undang-undang Al Qur’an dan orang-orang yang menuntut untuk penegakkan syari’at mereka jebloskan ke dalam penjara. Apakah mungkin kita menegakkan hukum Islam dan Daulah Islamiyah serta meninggikan kalimat-Nya dengan tanpa menggunakan peperangan ?
Apakah kita dituntut untuk melakukan I’dadul Quwwah semampu kita dalam rangka menghadapi orang-orang kafir ? lalu apa yang dimaksud dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla :

وَلاَيَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا إِنَّهُمْ لاَيُعْجِزُونَ وَأَعِدُّوا لَهُم مَّااسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللهِ وَعَدُوَّكُمْ

“Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah). Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah dan musuhmu “….. “ (QS. Al Anfal : 59-60).
Apakah boleh bagi orang muslim beranggapan bahwa orang kafir dapat lolos (dari kekuasaan Allah), dan sesungguhnya kita tidak mampu menghadapi mereka ? atau ini hanya sangkaan orang-orang kafir terhadap diri mereka sendiri ?
Bukankah ini adalah peperangan antara penguasa langit dan bumi dengan orang-orang kafir ? sedangkan Allah telah meunjukkan jalannya kepada kita ---yaitu i’dad--- untuk menggapai ridho Allah Ta’ala dan menggentarkan musuh-musuh Allah ?
Apa hukum perang jika musuh telah menguasai negeri tempat tinggal kalian ? apakah seorang anak harus keluar berperang dengan tanpa izin orang tuanya, seorang istri keluar dengan tanpa izin suaminya, orang yang berhutang keluar tanpa izin orang yang menghutangi dan seorang budak keluar dengan tanpa izin tuannya, sebagaimana – hal tersebut telah - dikatakan oleh para fuqoha ? atau memang hukumnya telah berubah pada masa kita sekarang ?
Lalu apa makna hadits Rosulullah shollAllahu ‘alaihi wasallam :

مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِالْغَزْوِ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنَ النِّفَاقِ أَوْ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَةً
“ Barangsiapa mati dan tidak pernah berperang dan tidak pernah bercita-cita dalam dirinya untuk berperang, maka ia mati dalam salah satu cabang kemunafikan atau mati sebagaimana matinya orang jahiliyah“.
Sejauh manakah keshohihan hadits ini, dan apa maknanya ? kalau memang hadits ini shohih, apakah hadits ini berlaku bagi kita, dan bukankah kita dituntut untuk melakukan konsekuesi-konsekuensinya? apakah kita akan berperang fie sabilillah (di tempat yang jauh- pent.) sedangkan kita meninggalkan orang-orang kafir berkuasa di negeri kita ?
Apakah kita wajib memerangi para penguasa kafir terlebih dahulu, ataukah kita memerangi orang-orang kafir yang menyerang dan menjajah negeri-negri Islam yang jauh ? mana yang lebih utama diantara keduanya ?
Apa hukum keduanya wahai ulama Islam ?
Jika memang kita benar-benar ingin berjihad dan memerangi musuh-musuh Allah, bukankah kita wajib mengadakan I’dadul Quwwah untuk melaksanakannya ? bukankah Allah Ta’ala berfirman :

وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِن كَرِهَ اللهُ انبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ

“ Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka:"TinggAllah kamu bersama orang-oang yang tinggal itu". (QS. 9:46)
Akan kita hukumi apa orang yang tidak mau melakukan I’dadul Quwwah, padahal ia bisa melaksanakannya?
Apakah kita kaum muslimin dan para ulama secara umum, dan jama’ah-jama’ah Islam secara khusus, telah hidup di bawah naungan undang-undang Islam ? atau kita tenggelam dalam kehidupan yang hina?
Apakah mati karena taat kepada Allah itu lebih baik, atau - lebih baik - hidup di bawah kedzoliman, kekufuran dan kejahatan orang-orang kafir serta ketakutan kepada mereka dengan tanpa mengadakan I’dadul Quwwah untuk memerangi mereka ? apakah kehidupan semacam ini merupakan hidup dalam ketaatan kepada Allah ataukah dalam kemaksiyatan ?
Apa yang hendak dikatakan oleh para ulama yang menjadi penanggung jawab pada jama’ah-jama’ah Islam ?
Dan apa makna firman Allah ‘Azza wa Jalla :

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزُخْرُفَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لاَيُبْخَسُونَ أُولَئِكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ النَّارَ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“ Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali naar dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan “. (QS. 11:16)
Kalau ini menjadi jalan menuju Neraka, lalu apa jalan menuju Jannah ?

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk jannah, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar “. (QS. 3:142)
Apakah jihad yang diperintahkan Allah kepada kita dalam firmannya “ Dan berjihadlah kalian di jalan Allah dengan harta-benda kalian dan jiwa kalian “, itu menunjukkan arti jihad dengan hati dan lisan saja ? atau ber-arti perang yang penuh dengan pengorbanan? apa yang hendak kalian katakan wahai para ulama ?
Bukankan Allah membeli jiwa, harta benda dan lisan semua orang mukmin ? dan apakah orang itu disebut mukmin jika ia tidak mau menjual jiwanya dan harta-bendanya kepada Allah ?
Lalu apa syarat jual-beli dengan Allah, bukankah “ Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh dan terbunuh “. QS. At Taubah : 111. Apakah kalian melihat Allah berfirman “ Mereka berkhutbah, mengajar, berfalsafah dan menentang secara pemikiran, atau menyerahkan diri untuk masuk penjara dan siksaksaan musuh-musuh Allah, tanpa melakukan perlawanan ? “.
Lalu apa makna firman Allah Ta’ala:
وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعَ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللهُ مَن يَنصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ
“…..dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya….. “. QS. Al Hadid : 25. ? Apakah maknanya Allah akan memberikan pertolongan pada rosul-Nya dengan cara mengangkat senjata untuk meninggikan kalimat Allah dan Din-Nya serta syari’at-Nya dan menegakkan Daulah Islamiyah di bumi ? atau dengan cara kita menyerahkan diri kepada musuh-musuh Allah sementara mereka membunuh dan menginjak-injak kehormatan kita ---kehormatan kaum muslimah, mereka dipaksa untuk menikah dengan orang-orang musyruk---, tanpa kita berbuat apa-apa ? berikanlah fatwa untuk kami wahai para ulama !
Kalau memang perang itu tidak bisa dilaksanakan kecuali oleh orang-orang benar-benar mukmin, orang-orang yang telah melalui jenjang-jenjang tarbiyah dan ibadah, lalu sampai kapan berakhir jenjang tarbiyah ini, wahai orang-orang yang memimpin jama’ah-jama’ah Islam ? lalu apa ukuran standar orang dikatakan ia layak berperang atau tak layak berperang ? atau sebenarnya jama’ah dan ahli ibadah itu layak berperang ataukah tidak ?
Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّ اللهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَاْلإِنجِيلِ وَالْقُرْءَانِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللهِ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan jannah untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? “. (QS. 9:111).
Apakah kalian mencintai Jannah ?
Wahai para ulama ! Apa bedanya firman Alah Ta’ala
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ
“ Diwajibkan atas kalian perang “. QS. Al Baqoroh : 216.
dengan firman Ta’ala
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
“ Diwajibkan atas kalian Shiyam “. QS. Al Baqoroh : 183. ? apa makna kata “ Diwajibkan “ dalam ayat pertama dan apa maknanya pada ayat yang kedua ? jika makna kata “ Diwajibkan “ itu berarti “ Difardhukan “ maka kalau begitu perang itu wajib atas setiap kaum muslimin sebagaimana wajibnya shiyam. Akan tetapi jika shiyam itu telah ditentukan waktunya pada bulan Romadhon, lalu kapan waktu perang itu ditentukan ? fatwakan kepada kami wahai para ulama !
Wahai kaum muslimin, apa yang kalian jadikan alasan yang membenarkan kalian untuk tidak berperang ?
Apakah kalian wahai para penanggung jawab jama’ah-jama’ah Islam, dan orang-orang yang ahli ibadah ala shufi akan beralasan untuk tidak berjihad dengan alasan-alasan di bawah ini:

 Beralasan Tidak bisa I’dad:

Apa yang menghalangi kalian untuk I’dad. Padahal Allah memerintahkan kalian untuk beri’dad dan Alloh tidak membebani kalian diluar kemampuan kalian, ketika Allah berfirman
وَأَعِدُّوا لَهُم مَّااسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi….. “. (QS. Al Anfal : 60) ?

 Beralasan dengan waspada dan takut musuh mengetahui I’dad yang kita lakukan karena mereka mempunyai kekuasaan yang kafir:

أَتَخْشَوْنَهُمْ فَاللهُ أَحَقُّ أَن تَخْشَوْهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“ Apakah kalian takut kepada mereka, padahal Allahlah yang lebih berhak kamu takuti jika kamu benar-benar orang yang beriman “. (QS. At Taubah : 13).
فَلاَتَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُمْ مُّؤْمِنِينَ
“Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. 3:175)
فَيَوْمَئِذٍ لاَيُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدُُ وَلاَيُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدُ
Maka pada hari itu tiada seorangpun menyiksa seperti siksa-Nya, dan tiada seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya. (QS. 89:25-26)
Apakah kalian meningalkan perintah Allah untuk I’dad karena takut kepada orang-orang kafir. Apakah kalian takut kepada hamba yang tidak bisa mendatangkan marabahaya dan manfaat untuk dirinya sendiri, padahal meninggalkan I’dad adalah kemaksiyatan ?.
Atau kalian meyakini bahwa kalian bukanlah orang yang layak untuk berperang, atau untuk menghadapi musuh-musuh Allah, padahal kalian mengaku termasuk dalam Hizbullah – golongan Allah -, sementara kalian ridho dengan kehinaan ? seakan-akan kalian menganggap Allah itu lemah, sebagaimana kalian menganggap diri kalian lemah
وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لاَيَعْلَمُونَ
“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu'min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui “. (QS. Al Munafiqun : 8).

 Atau – beralasan - tidak atau kurang tertarbiyahnya keimanan pada personal jama’ah-jama’ah Islam atau pada ahli ibadah:

Apakah kalian mengira bahwa tarbiyah orang-orang kafir itu lebih kuat daripada tarbiyah kalian pada ikhwan-ikhwan dan murid-murid kalian ? sehingga kita dapati orang-orang kafir mau berperang, sementara kalian dan murid-murid kalian tidak mau berperang. Lalu apa tujuan mereka ? dan apa tujuan kalian ? apa jalan yang kalian tempuh ? dan apa jalan yang mereka tempuh ? siapakah yang menjadi penolong kalian ? dan siapa yang menjadi penolong mereka ?
ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ مَوْلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لاَمَوْلَى لَهُمْ
“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung" (QS. Muhammad : 11).
Sesungguhnya tarbiyah Imaniyah (pendidikan iman) tidak akan didapat kecuali bagi orang yang mengambil Islam secara keseluruhan dan tidak mengesampingkan kewajiban perang.

 Atau beralasan Menjaga kemaslahatan dakwah dan Tandzim

Kalau memang dengan menjaga kemaslahatan tandzim itu menghalangi kalian untuk berjihad, lalu apa fungsi tandzim kalau begitu ?
Sesunguhnya tandzim-tandzim berbagai perhimpunan dan kelompok, semuanya berusaha untuk berkuasa di dalam negeri yang mereka tinggal di dalamnya, agar mereka bisa menjalankan sistem negara dengan prinsip-prinsip mereka dan dapat merealisasikan tujuan-tujuan mereka baik berupa apapun prinsip dan tujuan itu. Semantara kalian meninggalkan perang dan kalian bermaksiyat kepada Alloh lantaran meninggalkan perang, dan kalian melalaikan perjuangan untuk menolong Dien Allah. Padahal Allah-lah yang telah mengajarkan kepada kita bahwa perang adalah jalan satu-satunya untuk mendapatkan pertolongan dan meraih kemenangan serta merealisasikan mabadi’ - prinsip-prinsip - dan ahdaf – tujuan-tujuan –. Bukankah Allah telah berfirman :
قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِينَ
“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadapa mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman “, (QS. 9:14). apakah kalian akan menjadikan – alasan – kemaslahatan tandzim itu sebagai berhala yang disembah selain Allah ?!.
sedangkan mengenai dakwah, ia adalah dakwah milik Alloh dan Allah telah menjamin untuk menjaga dakwah tersebut
إ ِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. (QS. Al-Hijr [15] :19). Adapun kalian hanya bertugas meniti jalan dakwah dan perang agar kalian selamat dari adzab Allah Ta’ala
وَإِن تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لاَيَكُونُوا أَمْثَالَكُم
“..... dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan menganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini) “. (QS. Muhammad: 38).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآَئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siap yang dihendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui “. (QS. Al Maidah : 54)

 Atau – beralasan bahwa perang – akan memporak-porandakan untuk Kudeta

Sebagaimana kegagalan kudeta yang dilakukan bangsa Kurdi. Kenapa kalian mengambil contoh dengan kudeta-kudeta yang gagal dan porak-poranda sebagai alasan untuk membenarkan sikap kalian yang berpangku tangan dari kewajiban jihad. Kalau memang konsekwensi dari perang itu adalah harus mati atau terbunuh fie sabilillah, lalu apakah kematian di atas ranjang itu lebih utama ? padahal kalian telah mengerti bahwa kematian dan ajal itu ada di Tangan Allah, dan siapa saja yang tidak meyakini ini maka ia telah mengkafiri sebagian isi Kitab Allah, sedangkan siapa saja yang mengkafiri sebagian isi Al Qur’an maka ia telah kafir. Dengarkanlah ayat ini jika kalian mau mendengarkannya
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تَمُوتَ إِلاَّ بِإِذْنِ اللهِ كِتَابًا مُؤَجَّلاً
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya ..... “. (QS. Ali Imron : 145).
فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لاَيَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَيَسْتَقْدِمُونَ
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya “. (QS. Al A’rof : 34).
Kemudian dengarkan lagi ayat ini jika kalian mau mendengarkan
وَلَئِن قُتِلْتُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَوْ مُتُّمْ لَمَغْفِرَةُُ مِّنَ اللهِ وَرَحْمَةٌ خَيْرُُ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan “. (QS. Ali Imron : 157).
Apakah kalian dapati di dalam kitab Allah ‘Azza wa Jalla yang menyebutkan contoh ayat yang melemahkan orang mukmin dari berperang ? atau justru Allah Subhanahu wa Ta’ala :
كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللهِ وَاللهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
" Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Alloh bersama dengan orang-orang yang bersabar". (QS. Al Baqoroh : 249).
Maka dengan perang itu pahala dunia dan kebaikan pahala di akhirat dapat diraih.
Kemudian kalian jangan lupa ! Bahwasanya bangsa Kurdi – di dalam melakukan kudeta – itu bersandar kepada Iran. Kemudian ketika Iran memutuskan hubungan dengan mereka sehingga hilanglah sandaran yang mereka andalkan, maka hilanglah keyakinan akan datangnya kemenangan pada diri mereka dan hilanglah sikap percaya diri mereka, sehingga porak-porandalah kudeta mereka. Adapun kita sebagai orang mukmin, sesunggunya kita bertawakkal – berserah diri – hanya kepada Allah dan kita meyakini bahwa Allahlah satu-satunya Penolong dan Pelindung kita :
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya ..... “. (QS. At Tholaq : 3).
وَكَفَى بِاللهِ وَلِيًّا وَكَفَى بِاللهِ نَصِيرًا
“ ..... Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu) “. (QS. An Nisa’ : 45).
ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ مَوْلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لاَمَوْلَى لَهُمْ
“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung ". (QS. Muhammad : 11).
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ اْلأَشْهَادُ
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat) “, (QS. Al Mukmin : 51). Kemudian dengarkanlah firman Allah jika kamu mau mendengarkannya
قُل لِّلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir:"Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam naar Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya “. (QS. Ali Imron : 12). Lalu siapakah yang kalian katakan akan mendapat kemenagan, dan siapakah yang kalian katakan akan menerima kekalahan wahai orng-orang Islam ?!

 Atau – kalian beralasan - tidak ada orang yang menyuplai amunisi dan persenjataan

Sesunguhnya Allah memerintahkan kita untuk mempersiapkan diri - I’dad - itu sesuai kemampuan kita, setalah itu kita bertawakkal kepada Allah. Dengarkanlah firman Allah jika kalian mau mendengarkan:
وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
“Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi.Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “. (QS. Al Fath : 7). Ini dari satu sisi, dan dari sisi yang lain kita akan merampas senjata itu dari tangan musuh-musuh kita dengan izin Allah.

 Atau – kalian beralasan - tidak ada ketsiqohan – saling mempercayai – di kalangan ikhwan – saudara-saudara – se-Islam atau tidak ada kerjasama yang baik di antara mereka:

Sedadangkan Allah Ta’ala berfirman :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa ..... “. (QS. Al Maidah : 2). Sesungguhnya kerjasama di kalangan kaum muslimin itu bisa diwujudkan untuk melaksanakan kebaikan yang paling besar, yaitu dalam memerangi musuh-musuh Allah dan menegakkan hukum Allah, kemudian kepercayaan itu akan terwujud dengan cara perang.
Dari celah-celah ujian, orang-orang yang ikhlas itu mengerti bahwa:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikanshalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah “. (QS. 21:73). Adapun yang dapat mendorong terwujudnya ketsiqohan dan kecintaan antar kaum muslimin adalah setiap kita harus mengingat hadits Rosulullah shollAllahu ‘alaihi wasallam :
طُوبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبُهُ عَنْ عُيُوبِ النَّاسِ
“ Beruntunglah orang yang sibuk mengoreksi aibnya sendiri daripada mengurusi aib manusia “.
Dan sabda beliau lagi :
كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاء وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُونَ
“ Setiap anak adam itu pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat “.
Atas dasar ini maka setiap muslim hendaknya menginstropeksi diri masing-masing dengan instropeksi yang mendalam, dan menyadari bahwa setiap dari saudaranya itu bisa saja melakukan kesalahan – itu wajar -, karena inilah kita wajib menasehati dan memberikan wasiyat kepadanya dengan kebenaran dan kesabaran, dan saling memaafkan dengan niat memperbaiki dan tidak menyombongkan diri kepada saudaranya.
Sungguh alangkah bagusnya sifat orang-orang mukmin dari kalangan sahabat rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan orang-orang yangmengikuti mereka dengan baik di setiap masa dan tempat. Dengarkanlah
مُّحَمَّدُُ رَّسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka ….. “. (QS. Al Fath : 29). Mereka sibuk dengan urusan akhirat sehingga tidak sempat memikirkan perkara-perkara yang rendah lagi hina. Dan tidak sempat meneliti aurot manusia dan aibnya, karena mereka faham dengan firman Allah Ta’ala:
تلك الدار الأخرة نَجعلها للذين لايريدون علوا في الأرض ولافسادا والعاقبة للمتقين
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa “. (QS. Al Qoshos : 83).
Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kalian untuk berperang dan mengobarkan semangat kaum mukminin, jikalau tidak ada seorang pun yang mau menyambut seruanmu maka uruslah dirimu sendiri:
لاَيَضُرُّكُمْ مَّنْ ضَلَّ إِذَااهْتَدَيْتُمْ
“….. tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk…. “. (QS. Al Maidah : 105).
فَقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ لاَ تُكَلَّفُ إِلاَّ نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَسَى اللهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Dan kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu….. “. (QS. An Nisa’ : 84). Apakah kalian merasa akan dimaafkan untuk tidak berperang dengan alasan belum siap, takut dan waspada supaya tidak diketahui (musuh) atau belum mendapatkan tarbiyah iman, dan beralasan menjaga kemaslahatan dakwah dan karena tidak menyuplai amunisi dan persenjataan kepada kami, atau beralasan tidak tsiqqoh kepada ikhwan kalian. Sesunguhnya Allah tidak memaafkan orang yang meninggalkan perang kecuali orang yang pincang, buta dan sakit. Apa pendapat kalian wahai para pemimpin dan para ulama’ kaum muslimin?.


Ada pertanyaan yang harus engkau jawab wahai para fuqoha :

Apakah orang fakir yang tidak mempunyai kesiapan itu dimaafkan untuk tidak ikut perang, atau ia harus membantu orang yang beperang, ketika jihad itu fardhu ‘ain ? Apakah orang-orang kaya wajib mempersenjatai orang-orang fakir di masa I’dad untuk perang ?. Apakah boleh orang mukmin itu tidak memberikan bagian untuk fie sabilillah dari harta zakat jika ada orang yang membutuhkan untuk mempersiapkan perang fie sabilillah ? apakah orang-orang kaya itu jika telah membayarkan zakat, mereka tidak wajib untuk berperang dengan jiwa mereka, apakah zakat itu dapat menyelamatkan dia – dari adzab – Allah jika dia tidak berperang dengan jiwanya, padahal mereka bukanlah temasuk golongan ulil a’dazar – orang-orang yang mendapat udzur – untuk tidak berperang ?
Apa makna firman Allah Ta’ala
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرُُ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُون
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya, (QS. As Shoff : 10-11). ? Bukankah ayat ini menunjukkan bahwa kalian akan diadzab dengan adzab yang pedih jika kalian tidak berjihad ? dan bukankah penyelamat dari adzab itu dengan jihad ? dan jika senjata pada jaman kita sekarang ini tidak bisa memakainya kecuali orang-orang yang sudah pernah tadrib, apakah tadrib itu menjadi wajib ketika jihad hukumnya wajib ?
Kemudian apa maksud dari firman Allah Ta’ala:
إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَسْتَئْذِنُونَكَ وَهُمْ أَغْنِيَاءُ رَضُوا بِأَن يَكُونُوا مَعَ الْخَوَالِفِ وَطَبَعَ اللهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لاَيَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya jalan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta ijin kepadamu, padahal mereka itu orang-orang yang kaya. Mereka rela berada bersama-sama orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci mati hati mereka, maka mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka) “. (QS. At Taubah : 93).
Bukankah lebih utama bagi orang-orang kaya yang memilih tinggal bersama khowalif – orang-orang yang tidak berangkat perang – itu tidak mengada-adakan alasan, melemahkan semangat dan berapologi dengan menampakkan pemahaman-pemahaman – mereka yang sesat – dengan mendatangkan hujjah-hujjah iblis untuk melemahkan semangat mujahidin, padahal mereka tidak mengetahuinya ?
Sesungguhnya mereka tidak memahami ayatyang sudah sangat jelas, maka hendaknya orang-orang mukmin berhati-hati agar tidak mendengarkan perkataan-perkataan mereka walaupun mereka itu para pembesar. Dan siapakah mereka itu?
سَيَحْلِفُونَ باِللهِ لَكُمْ إِذَا انقَلَبْتُمْ إِلَيْهِمْ لِتُعْرِضُوا عَنْهُمْ فَأَعْرِضُوا عَنْهُمْ إِنَّهُمْ رِجْسٌ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ
“ Mereka bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apabila kamu kembali kepada meraka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah kepada mereka; karena sesungguhnya mereka itu adalah najis dan tempat mereka Jahannam….. “. (QS. At Taubah : 95). Bukankah mereka itu para Qo’idun yang tidak berjihad, yang terbuai dengan dunia, bukankah mereka itu orang-orang yang mengabaikan dan tidak tidak mau menolong Dien Allah ?. bukankah mereka itu orang-orang yang disebutkan oleh Allah bahwasanya mereka itu kotoran, mereka itu najis, mereka itu bagaikan bangkai yang busuk baunya yang tinggal bersama orang-orang yang hidup. “ Tempat tinggal mereka adalah Jahannam dan itu sejelek-jelek tempat kembali “ mereka ridho dengan kekerdilan dan kehinaan di dunia.
Jikalau rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam saja menerima seorang yang beru berumur lima belas tahun untuk keluar berjihad bersama beliau, lalu umur berapakah yang dapat memaafkan mereka untuk tidak ikut berperang ? –-- dan perlu diketahui bahwa perang ketika itu menggunakan pedang, dan peperangan menggunakan pedang itu sangat menyusahkan dan sangat sulit ---, maka apakah akan dimaafkan orang-orang yang telah mencapai umur empat puluh tahun atau lima puluh tahun atau enam puluh tahun tujuh puluh tahun ? berapakah umur rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam pada peperangan terakhir yang beliau ikuti ? bukankah pada saat itu beliau berumur lebih dari enam puluh tahun ? lalu berapakah umur rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada saat perang Hunain, pada waktu para shahabat beliau meninggalkan beliau dalam medan peperangan, ketika beliau mengatakan: “ Saya adalah seorang nabi yang tidak akan pernah berbohong, akulah anak Abdul Muttolib “. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepadamu wahai tuanku, wahai Rosulullah !.

Ada pertanyaa buat kalian wahai para pemimpin :

Apa alasan kalian sehingga kalian boleh untuk tidak berperang, dan kalian benci sikap yang ditempuh oleh rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam menghardik orang-orang kafir dan musyrik. Padahal Allah berfirman :
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah “. (QS. Al Ahzab : 21).
Apakah ayat ini maknanya adalah kita menggunakan sorban, memanjangkan jenggotnya, belajar dan tafaqquh fiddin lalu kita diperbolehkan untuk tidak ikut perang dengan alasan menghafal ilmu dan mengajari manusia tentang Dien mereka ? atau justru kewajiban – orang faqih itu - adalah memimpin manusia dalam medan perang dan s


mengobarkan semangat kaum mukminin untuk berperang karena mencontoh rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam yang mana beliau itu adalah penghulunya para ulama, para fuqoha dan para mujahidin ? Lalu dengan muka bagaimana kamu akan menghadap Allah Ta’ala dan menyambut rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, jika kalian ditanya besok pada hari kiamat tentang duduknya kalian dari memerangi orang-orang kafir dan condongnya kalian kepada orang-orang dzolim ? apakah kalian akan mengatakan bahwa “ Kami adalah orang-orang yang lemah atau kami tidak mempunyai penolong ? “. Maka inilah kami menyeru kalian, mari kita bekerja sama untuk memerangi musuh-musuh Allah. Dan kitalah yang terkuat karena bersama Allah, maka janganlah kalian memperdaya diri kalian sendiri dengan mengatakan bahwa kalian termasuk orang yang mendapat udzur. Akan tetapi gunakanlah Al-Qur’an untuk menilai diri kalian. Dan apa yang akan diperbuat oleh musuh-musuh Allah terhadap kalian jika kalian bersama Allah ? apakah mereka bisa mempercepat ajal kalian ? apakah mereka dapat memutuskan jatah rizki kalian ? bukankah segala sesuatu yang menimpa kalian itu telah ditetapkan Alloh pada kalian ?
Dengan bagimanakah kalian akan mendapatkan pahala dan keridhoan Allah, apakah dengan bersikap keras dan memerangi orang kafir atau mencari keridhoan orang kafir dan merendahkan diri kepada mereka ?
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
“….. Barangsiapa dijauhkan dari naar dan dimasukkan ke dalam jannah maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan “. (QS. Ali Imron : 185), Sesungguhnya rugi bukanlah dinilai dengan ruginya harta benda, bukan juga ruginya dalam pekerjaan dan bukan juga ruginya seluruh yang bernilai dunia, akan tetapi kerugian yang sebenarnya itu adalah meruginya dirimu dan keluargamu besok pada hari kiamat .
قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلاَّ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ لَهُم مِّن فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِّنَ النَّارِ وَمِن تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ ذَلِكَ يُخَوِّفُ اللهُ بِهِ عِبَادَهُ يَاعِبَادِ فَاتَّقُونِ
“Dia.Katakanlah:"Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat".Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api).Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu.Maka bertaqwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku “. (QS. Az Zumar : 16)
Sesungguhnya yang paling saya takutkan pada kalian adalah: Jika hamba-hamba Allah telah memulai perang melawan musuh-musuh Allah, sya khawatirkan kalian berperan sebagai penonton, dan kalian tidak berperang, sehingga akibatnya musuh-musuh Alloh membantai kalian di dalam rumah-rumah kalian, kemudian setelah itu kalian pergi menuju Neraka, lalu Allah-pun murka, dikarenakan Allah telah memerintahkan kalian berperang akan tetapi kalian tidak mau melaksanakan, dan kalian biarkan saudara-saudaramu para mujahidin diperangi oleh musuh-musuh Allah, dan pada saat itu kalian qo’idun, duduk-duduk tidak turut berperang.
Sedangkan Allah telah membeli dari kalian, jiwa-jiwa kalian dan harta benda kalian, dibeli dengan Jannah, dan syarat dalam jual beli ini adalah berperang, lalu kalian membunuh dan dibunuh, bukan dengan malah mundur dan menyerahkan diri untuk dibunuh seperti biri-biri.
Adapun jika kalian memang orang-orang yang lemah seperti yang disebutkan oleh Allah, maka kewajiban kalian adalah menolong orang-orang yang berperang dangan memberi semangat mereka, mendoakan mereka dan membantu mereka dengan harta-benda kalian jika kalian mempunyai harta, bukan malah melemahkan semangat perang mereka.
Adapun jika perang telah dimulai, dan pada saat itu kalian belum siap senjata dan maupun tadrib (latihan), maka apakah pada saat itu kamu mendapat udzur dihadapan Allah ? apakah kalian tidak membaca dalam kitabullah
وَأَعِدُّوا لَهُم مَّااسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ
“ Dan siapkanlah untuk tuk menghadapi – orang-orang kafir – itu kekuatan yang kalian mampu “. (QS. Al Anfal : 60). Apakah kalian mendapat udzur, atau apakah Allah akan menerima alasan kalian, apakah kalian tidak mendengar ayat ini ? seolah-olah ayat ini tidak penting bagi kalian. Mungkin kalian membacanya dalam sholat kalian, dan mungkin berlinang air mata kalian disaat kalian baca ayat itu,namun kalian tidak merasa bahwa kalian dituntut untuk mengamalkannya !.
Lalu apa makna ayat berikut wahai para ulama !

وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِئَايَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا

“Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta “. (QS. Al Furqon : 73) ? setelah engkau fahamkan ayat ini pada kami, maka ing00 lah makna ayat:
وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِن دُونِهِ وَمَن يُضْلِلِ اللهُ فَمَالَهُ مِنْ هَادٍ
" …...Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya. (QS. Az Zumar : 36).
Apakah kalian menyangka wahai para ulama, wahai para ahli pikir dan wahai para pemimpin jama’ah, wahai ahli tarbiyah dan ibadah! Bahwa duduk-duduk tidak berjihad dan tidak memerangi musuh-musuh Allah itu merupakan dosa kecil ????? dengarkan jika kalian mau:
فَإِنْ رَّجَعَكَ اللهُ إِلَى طَائِفَةٍ مِنْهُمْ فَاسْتَئْذَنُوْكَ لِلْخُرُوْجِ فَقُلْ لَنْ تَخْرُجُوْا مَعِىَ أَبَدًا وَلَنْ تُقَاتِلُوْا مَعِىَ عَدُوًّا إِنَّكُمْ رَضِيْتُمْ بِاْلقُعُوْدِ أَوَّلَ مَرَّةٍ فَاقْعُدُوْا مَعَ الْخَالِفِيْنَ وَلاَتُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِّنْهُم مَّاتَ أَبَدًا وَلاَتَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ
“Maka jika Allah mengembalikanmu kepada satu golongan dari mereka, kemudian mereka meminta ijin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), maka katakanlah:"Kamu tidak boleh keluar bersama-samaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. Karena itu duduklah (tinggallah) bersama orang-orang yang tidak ikut berperang". “Dan janganlah sekali-kali kamu menshalati (jenazah) seseorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo'akan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik “ (QS. At Taubah : 83-84). Maka marilah kita semuanya bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa kita, kelalaian kita dan duduk-duduknya kita dari jihad.
وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
” Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nuur : 31), dan mulai sekarang kita harus mulai mengadakan persiapan untuk berperang, dan keganasan orang kafir pasti akan menimpa kita, dan tidak ada jalan lain bagi kita kecuali setiap kita harus memulai perang dan mengobarkan semangat kaum mukminin untuk beperang ?
فَقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ لاَ تُكَلَّفُ إِلاَّ نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang)….. “ (QS. An Nisa’ : 84).
Apakah masih ada celah untuk diperselisihkan untuk berjihad dan berperang melawan musuh-musuh Alloh, sedangkan ayat-ayat tentang jihad ini sangat jelas ? dengarkanlah firman Alloh jika kalian mau mendengarkannya. Alloh mengingatkan kalian agar tidak

seperti orang-orang yang:
تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَاجَآءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُوْلاَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمُُ يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهُُ وَتَسْوَدُّ وُجُوهُُ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ
“… bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat “. Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan):"Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". (QS. 3: 105-106).
Sesungguhnya kami menyeru kalian berperang bersama-sama kami, dalam rangka meninggikan kalimat Allah dan menegakkan Daulah Islamiyah di atas muka bumi dan mengaplikasikan firman Allah
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَتَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ للهِ
“Dan peranglah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah ….. “ (QS. Al Anfal : 39).
Sungguh ! kita akan memulai memerangi orang-orang yang Allah memerintahkan kepada kita untuk memulainya.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُم مِّنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً
“Hai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu ….. “. (QS. At Taubah : 123).
Barangsiapa yang takut atas keselamatan jiwanya, maka keluarlah dari dalam negeri jika keluar itu dipandang bisa menyelamatkannya.
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِن دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَشْكُرُونَ وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمُُ
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka:"Marilah kamu", kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “. (QS. Al Baqoroh :243-244). Dan bagaimana mungkin lari dari perang itu menjauhkan dari kematian dan pembunuhan?
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاَقِيكُمْ
“Katakanlah:"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu….. ". (QS. Al Jumu’ah : 8).
Dan bagaimana mungkin duduk-duduk tidak berperang itu dapat menyelamatkan dari pembunuhan ?
قُل لَّوْ كُنتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ
“Katakanlah:"Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh ….. “. (QS. Ali Imron : 154)
berhati-hatilah kalian agar tidak berpaling dari peperangan dan lalu mengatatakan sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang kafir:
يَاأَيًّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَكُونُوا كَالَّذِينَ كَفَرُوا وَقَالُوا لإِخْوَانِهِمْ إِذَا ضَرَبُوا فِي اْلأَرْضِ أَوْ كَانُوا غُزًّى لَّوْ كَانُوا عِندَنَا مَامَاتُوا وَمَا قُتِلُوا لِيَجْعَلَ اللهُ ذَلِكَ حَسْرَةً فِي قُلُوبِهِمْ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang:"Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh". Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imron : 156)
Demi Allah….. demi Allah wahai para ulama dan pemimpin serta murobbi ! Terangkanlah hukum perang kepada saudara-saudara kalian, dan siapkanlah diri kalian dan orang-orang yang bersama kalian untuk berperang –-- yaitu memerangi musuh-musuh Allah orang-orang kafir yang lagi berkuasa ---, dan hendaknya kita mengadakan kerjasama dan musyawaroh untuk beperang fie sabilillah dalam satu shof, pada satu waktu yang bersamaan dan kita tinggalkan perselisihan, dan mari kita takut kepada Allah karena sesungguhnya perselisihan itu maksiyat kepada Allah dan akan mengakibatkan kehinaan di dunia dan adzab yang pedih di akhirat.
Sedangkan ciri-ciri Hizbullah adalah
يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآَئِمٍ
“….. yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela ….. “. (QS. Al Maidah : 54). Allah berfirman melalui lisah nabi-Nya Muhammad shollallahu ‘alihi wasallam penghulu para mujahidin
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
“Katakanlah:"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu ….. ". (QS. Ali Imron : 31). Sesungguhnya kita berjalan pada jalan rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, memperjuangkan saudara-saudara kita kaum muslimin dari ujung belahan bumi sampai ujung belahan bumi yang lain. Kita korbankan darah dan ruh kita fie sabilillah untuk menolong mereka, kita mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan memberikan kecintaan, lemah lembut dan kasih sayang kepada mereka, dan kita umumkan permusuhan dan kebencian serta perang kepada orang-orang kafir dan antek-anteknya. Kita tidak akan menyerahkan diri kita dan saudara-audara kita kepada musuh-musuh Allah, dan kita tidak akan menerima kehinaan dalam Dien kita, karena komandan kita shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ أَعْطَى الذِّلَّةَ مِنْ نَفْسِهِ غَيْرَ مُكْرَه فَلَيْسَ مِنِّي

” Barangsiapa yang menyerahkan kehinaan dirinya – kepada musuh - dengan tanpa sebab dipaksa maka ia bukanlah dari golongan ku”.
Dan hendaknya setiap kita menancapkan keyakinan pada jiwanya bahwa kita adalah paling mulia dan paling tinggi karena kita bersama Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ اْلأَعْلَوْنَ إْن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman “. (QS. Ali Imron : 139).
Wahai kaum muslimin ! bersiap-siaplah kalaian untuk memerangi musuh-musuh Allah, baik secara individu maupun secara berjama’ah, sekarang sudah waktunya kita cabut kehinaan dari diri kita, dan sudah saatnya kita hidup mulia di atas dunia ini di bawah naungan system Islam. Atau kita bertemu Allah sebagai syuhada dan Allah ridho kepada kita. Sesungguhnya kita hanya mengharapkan untuk mendapat salah satu dari dua hal yang paling baik “ menang atau mati syahid “.
Ya Allah ! Bukankah telah aku sampaikan, maka saksikanlah !
Allahu Akbar, Sesungguhnya kemuliaan itu hanya bagi Allah, Rosul-Nya dan orang-orang mukmin, akan tetapi orang-orang munafik tidak mengetahuinya.

Inilah wasiyatku :
Aku sangat membutuhkan kasih sayang dan ridho Allah Ta’ala : “ Marwan Hadid “.
Aku wasiyatkan untuk keluargaku untuk bertaqwa kepada Allah, dan berpegang teguh dengan Islam dan melunasi hutang-hutangku atau menanggungnya sebelum menguburkan jasadku.
Aku wasiyatkan kepada saudara-saudaraku untuk menepati janji Allah Ta’ala, dan aku wasiyatkan kepada mereka untuk menjauhi saling berbantah-bantahan, seperti yang diperintahkan oleh Allah.
Aku mengharap dari semua – kaum muslimin – untuk mendoakan aku agar aku mendapat ampunan dan rahmat – dari Allah -, karena berapa banyak dari ummat-umat sebelumku telah mendahului ku, diantaranya adalah nabi yang mulia
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
“ Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula) “. (QS. Az Zumar : 30).
Suri tauladan kalian aalah Rosulullah shollallahu ‘alihi wasallam, beliau telah berjihad fie sabilillah maka jadikanlah beliau suri tauladan kalian. Dan besok kita akan berjumpa dengan sang kekasih Muhammad dan shahbatnya.
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
“….. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan “. (QS. Ali Imron : 185).

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه


Marwan Hadid










Ini adalah Wasiyat DR. Umar Abdurrahman – semoga Alloh membebaskan beliau – yang pertama kali diedarkan yamh ditulis bertepatan dengan perayaan diangkatnya kembali Husni Mubarok menjadi presiden Mesir yang ketiga kalinya.

KATAKAN KEPADA KEDZOLIMAN: TIDAK !




Wasiyat DR. Umar Abdurrahman Kepada Umat Islam Mesir dan Umat Islam Seluruh Dunia
Permulaan bulan Syawwal 1413 H – Maret 1993 M.



بسم الله الرحمن الرحيم

KATAKAN KEPADA KEDZOLIMAN: TIDAK !


سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ : حَمْزَةَ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبْ ، وَرَجُلٌ قَامَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ .. فَقَتَلَهُ "

“ Penghulu syuhada adalah Hamzah bin ‘Abdul Muttholib, dan lelaki yang berdiri di depan pemimpin yang jahat, lalu ia memerintahnya dan melarangnya ….. kemudian ia dibunuhnya “.
Wahai orang-orang Islam Mesir yang perwira! Aku merasa bahwa ajalku telah dekat, dan sebentar lagi aku akan bertemu dengan Allah, maka aku harus membuat wasiyat. Karena itu maka aku persembahkan wasiyat ini :
Kepada kalian wahai orang-orang yang paling aku cintai……
Kepada kalian wahai keluargaku dan kerabatku……..
Kepada kalian wasiyat aku tulis dari relung hatiku yang paling dalam karena berharap (dapat melihat) wajah Robku …..
Kepada kalian wasiyat ini kutulis dengan bercampur air mataku, dan aku berharap bila wasiyat ini tertulis dengan darahku :
“ KATAKAN KEPADA KEDZOLIMAN ….. TIDAK ! “.

Katakanlah wahai ulama Mesir ….. Tidak !
Tidak ….. karena syari’at kita telah hilang tujuh puluh tahun lamanya
Tidak ….. kepada setiap orang yang mengatakan bahwa syari’at Isam itu telah berlaku di Mesir
Dimanakah syari’at di dalam undang-undang sekuler ?
Dimanakah syari’at dalam perekonomian dengan system riba ?
Dimanakan syari’at di media massa yang diumbar ?
Dimanakah syari’at perdamaian, peperangan, pendidikan dan hukum ?
Jika tidak ada syari’at tidak berlaku bagi kalian dalam semua hal ini ……. Maka kalian bukanlah pemimpin kami….. dan sekali-kali kami tidak akan mendengar dan taat kepada kalian.


KATAKAN WAHAI PEMIMPIN MESIR YANG MULIA….. TIDAK !

Tidak ….. untuk kediktatoran satu orang, satu partai dan satu pendapat...
Tidak ….. untuk mengekor secara hina kepada undang-undang negara yang congkak. Dan kini telah tiba saatnya menjalankan syari’at Ilahiyah Robbaniyah
Tidak ….. untuk selama dua belas tahun tunduk pada undang-undang teroris…..
Tidak ….. untuk pengadilan militer yang batil dan penangkapan secara serampangan yang lalim …..
Tidak ….. untuk pelecehan hak-hak kaum muslimin dan seluruh yang disaksikan oleh semua yayasan yang telah ditunjuk pada setiap waktu …..

KATAKAN WAHAI HAKIM MESIR ….. TIDAK !

Tidak ….. kita tidak mau menjadi hakim yang membawa masuk neraka, akan tetapi hakim yang membawa masuk ke dalam Jannah dengan izin Allah.
Tidak ….. kami tidak akan menghukum para pemuda Mesir yang baik kecuali dengan keadilan yang telah diturunkan oleh Allah ….. “ Apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil “ (QS. 4:58) . “ Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah “ (QS. 5:49).
Bukan termasuk golongan kami orang yang mendzolimi para pemuda, bukan termasuk golongan kami orang yang menjatuhkan hukuman mati kepada mereka… bukan golongan kami orang yang menjilat penguasa mereka dengan kemurkaan tuan dan pelindung mereka (Alloh).



KATAKANLAH WAHAI SEBAIK-BAIK TENTARA DI MUKA BUMI ….. TIDAK !

Tidak ….. kita tidak akan berperang kecuali di jalan Allah “ Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah ….. “.. (QS. 4:76).
Tidak ….. kita tidak akan berperang di jalan Amerika dan antek-anteknya “….. dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut ….. “. (QS. 4:76).
Tidak ….. cukup bagi kita hancurnya Irak.
Tidak ….. cukup bagi kita diabaikannya kaum muslimin di Bosnia.
Tidak ….. kita tidak akan mempercayai pernyataan Amerika bahwa Iran dan Sudan telah menlindungi Teroris.
Tidak ….. kita tidak akan mau diperalat oleh Robin yang telah menebar kebohongan, bahwasanya marabahaya yang sebenarnya itu datang dari para fundamentalis. Maka dimanakah penjajah-penjajah Yahudi kalau begitu ? dimanakah penjahat-penjaha Serbia kalau begitu ? apakah mereka yang disebut manjaga perdamaian ? atau mereka itu para pembawa kasih sayang ? !!!



KATAKAN WAHAI PENDUDUK MESIR YANG PERWIRA ….. TIDAK !

Tidak ….. kami bukanlah penduduk mayoritas yang bisu….. akan tetapi kami adalah penduduk yang melakukan kudeta dengan izin Allah, kami adala penduduk yang melakukan kudeta di Idku dan Abu Hamad dan Qolyub, kudeta di Kairo, As-yud dan Aswan. Maka janganlah berpura-pura menangis atas kefakiran dan kelaparan yang menimpa kami wahai para penguasa ….. dan tunjukkanlah jaminan harta kalian ….. dan katakanlah jikalau kalian memang orang yang mulia yang bersih tangan, dari mana kalian miliki ratusan juta dolar ? !!!
Katakanlah ….. kami tidak berserikat dalam memerangi ahli tauhid, maka berapa banyak kami saksikan dengan mata kepala kami bahwa kalian membantai orang-orang yang sedang sholat di rumah-rumah Allah (masjid) ?!!!
Kami tidak akan mengantarkan jenazah para pembantai kaum muslimin, akan tetapi kami akan menghantar jenazah para pemuda yang mati dalam keadaan berwudlu yang hidupnya diakhiri dengan sholat dan shoum, dan akhir perkataannya adalah “ Laailaaha Illallah “.
Tidak ….. kami tidak akan diam membisu setelah hari ini, karena telah berlalu kebisuan kuburan ….




KATAKANLAH WAHAI MUJAHID MESIR ….. TIDAK !

Janganlah kalian melemah lantaran musibah yang menimpamu di jalan Allah, dan janganlah kalian merasa loyo dan dan janganlah kalian mau tunduk “ Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderita kesakitan, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan ….. “. (QS. 4:104) “. Balaslah mereka seperti yang mereka lakukan terhadap kalian, maka jika mereka melampaui batas terhadap kalian setelah itu maka ketahuilah bahwasanya Allah penolong kalian
ذَلِكَ وَمَنْ عَاقَبَ بِمِثْلِ مَا عُوقِبَ بِهِ ثُمَّ بُغِيَ عَلَيْهِ لَيَنْصُرَنَّهُ الله

“ Demikianlah, dan barangsiapa membalas seimbang dengan penganiayaan yang pernah ia derita kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya ….. “. (QS. 22:60).

Goncanglah keputusan-keputusan para hakim, dengan seraya membacakan ayat:

فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي هَذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

“….. maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja “. (QS. 20:72).

Hancurkanlah para algojo di ruang-ruang penyiksaan dengan senantiasa mengatakan “ Sesungguhnya Allah akan menyiksa orang-orang yang menyiksa orang lain di dunia “.
Optimislah kalian bahwa anncaman-ancaman Fir’aun ini demi Alloh merupakan akhir tanda-tanda keputus asaan dan awal dari datangnya pertolongan dari Allah. Tetap teguhlah kalian keputusan-keputusan hukum yang biadab, karena sesungguhnya darah para syuhada’ yang bersabar itulah yang menuliskan kemenangan untuk ummat ini.



DAN INILAH AKU KATAKAN BERSAMA KALIAN ….. TIDAK !

Tidak ….. Aku katakan tidak kepadamu wahai Mubarok, begitu pula kepada pemerintahanmu, tentara-tentaramu, tiang-tiang gantunganmu, besi-besimu dan nerakamu ….. tidak ada kejayaan sesaat pun bagi negaramu yang diktator, hanyasanya kejayaan itu untuk negara Islam sampai hari kiamat.
Ingatlah ! wahai musuh-musuhku buatlah makar untukku atau kalian tidak mau membuat makar untukku. Karena jikalau aku diusir maka hijrah adalah jalan yang ditempuh oleh nabi sang kekasih, jikalau aku dipenjara maka sesungunya nabi Yusuf yang mulia pun dipenjarakan, dan jikalau aku disembelih maka sungguh Yahya As Syayyid Al Jusur juga disembelih.
Ini adalah akidahku dan risalahku, jikalau aku khiyanati sungguh rugilah perniagaanku, padahal atas karunia Alloh aku telah memilih “ melaksanakan amanah “ ini sejak dari dahulu. Maka tentukanlah pilihan untuk diri kalian dari mulai sekarang karena sekaranglah waktu penentuan pilihan itu.
Demi Allah wahai Mesir ….. sungguh aku sangat senang darahku mengalir dengan deras tumpah karena Allah di atas tanahmu, dan aku senang bila yang mensholatiku nanti orang-orang yang paling suci dari anak-anak bangsamu, dan yang memikulku ke kuburan adalah sebaik-baik lelakimu, maka pada saat itu aku berjalan menuju Allah yang Maha Mulia dengan tenang dan kalian wahai para mujahidin berjalanlah menyusuri jalan yang paling suci.
Ingatlah ! Beraqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan berjihadlah kalian karena Allah dengan sebenar-benar jihad. Dan akhirnya dengan izin Allah kita akan bertemu….. kita akan bertemu di atas kekuasaan negara Islam atau kita akan kembali bersama-sama menuju pintu-pintu DARUS SALAM “ Jannah “.
Semoga Allah menerima semua amalku dan amal kalian.

Wassalaamu ‘Alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Aku mengharap selalu do’a dari kalian

Saudaramu


( Umar Abdurrahman )

Permulaan bulan Syawwal 1413 H – Maret 1993 M.









Nasehat Syekh Abu Umar As-Saif
(Mufti Mujahidin Cechnya)
- Tanggal 29 Ramadhan 1424 H -

Segala puji hanya milik Alloh robbul ‘Âlamîn, semoga sholawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga serta seluruh shahabatnya. Ammâ ba‘d…
Sesungguhnya tegak serta menangnya dîn ini adalah dengan adanya kitab pemberi petunjuk dan pedang sebagai pembela. Sebagaimana firman Alloh ta‘âlâ:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hadîd: 25)
Dan inilah jalan yang dilalui para shahabat radhiyallôhu ‘anhum di mana mereka berpegang teguh dengan Kitâbullôh dan Jihad fi Sabîlillâh, akhirnya mereka berhasil meraih kemenangan (kekuasaan/ tamkîn) yang sempurna di muka bumi dikarenakan keimanan mereka yang sempurna serta amal shaleh yang mereka kerjakan. Alloh ta‘âlâ berfirman :

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا

“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.” (QS. An-Nûr : 55)
Di kala generasi setelah mereka mulai berkurang dalam menegakkan apa yang Alloh wajibkan kepada mereka berupa berpegang teguh kepada Kitabullôh dan Jihad, berkurang pulalah kekuasaan mereka, sebanding dengan berkurangnya sikap berpegang teguh mereka kepada terhadap Kitabullôh dan Jihad Fî Sabîlillâh. Di antara indikasi yang melemahkan kondisi ummat serta menjadikannya cacat dari sifat Thô’ifah Manshûroh serta menjadikan ilmu dan jihad menjadi bagian yang terpilah adalah : Minimnya penuntut ilmu yang berangkat ke medan Jihad, padahal Rosulullôh Shollallôhu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Akan selalu ada sekelompok dari umatku yang berperang di atas kebenaran, mereka akan selalu menang hingga (menjelang) hari kiamat.” (HR. Muslim Kitab Al Iman: 395)
Sehingga, hampir tidak ada panji jihad yang dikibarkan di sebuah negeri, melainkan engkau lihat di sana para mujahidin berlomba menuju bumi jihad, mereka ingin terbunuh dan mencari mati di tempat yang menjadi persangkaan mereka. Namun, engkau tidak akan melihat di antara mereka dari kalangan para penuntut ilmu yang mau menegakkan kewajiban fardhu kifâyah berupa mengajari kaum muslimin di bumi jihad serta mengarahkan mereka dan menyerukan kepada umat akan kondisi mereka. Bahkan, sebagian mereka yang menisbatkan dirinya kepada ilmu tak hentinya melakukan dosa qu’ûd (duduk tidak berangkat berjihad, penerj.) serta tidak mau menghentikan sikap itu. Mereka justru mengendorkan semangat kaum muslimin dari berjihad, menahan mereka dari membela para mujahidin dan menyebarkan berbagai isu melemahkan serta menakut-nakuti mereka akan musuh.
Kondisi umat islam yang mulai bangkit berjihad serta kembali aktualnya kewajiban ini, merupakan sebuah kesempatan bagi para penuntut ilmu yang jujur untuk mulai berhijrah, berjihad fî sabîlillâh, mengarahkan ummat serta berusaha untuk menegakkan din Alloh di muka bumi. Alloh ta’âlâ berfirman,

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً

“ Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak...” (QS. An-Nisâ’: 100)
Di sini, Alloh memberikan dorongan untuk berhijrah di jalan-Nya dengan menerangkan bahwa seorang Muhâjir akan mendapatkan tempat yang akan menampungnya dan menjadikan musuh-musuh Alloh ta‘âlâ marah, serta mendapatkan kelapangan dalam arti semua bentuk kelapangan. Bisa bermakna kemantaban moril dan adanya solusi; seperti kelapangan dalam hidayah, dakwah dan berjihad di Jalan Alloh serta kelapangan rezeki, kelapangan ketika menghadapi kesedihan dan kesulitan di saat berdekatan dengan musuh-musuh Alloh yang dzalim, kelapangan ketika harus tinggal di bawah kekuasaan mereka serta ketidak mampuan dalam menegakkan kalimat tauhid dan memberlakukan syari‘at Alloh di bawah kekuasaan mereka. Kelapangan untuk memisahkan diri dari tandingan-tandingan Alloh dan para thoghut dari kalangan mereka yang telah murtad serta dari segala undang-undang positif yang berlaku di negeri tersebut. Kelapangan dari sempitnya kelemahan, kehinaan dan kemiskinan di bawah kungkungan hukum dan kedzaliman para thoghut menuju kepada kehidupan penuh Izzah, kekuatan, jihad serta Tamkîn (kekuasaan) di muka bumi.
Selanjutnya, para ulama adalah pewaris para nabi; sebagaimana mereka adalah orang yang paling tahu akan warisan nubuwwah, sudah seharusnya mereka mengemban risalah tersebut sebagaimana para nabi dahulu juga mengembannya, berjihad dalam rangka membelanya serta sabar menanggung kepedihan yang bakal menimpa mereka ketika menyampaikan risalah tersebut. Mereka juga harus mengarahkan umat untuk berjihad melawan musuh.
Orang berilmu yang jujur memiliki beberapa karakteristik yang membedakan mereka dari ulama jahat. Yang pertama adalah ketika seorang alim mengamalkan ilmunya, kata-katanya sesuai dengan perbuatannya; sebab seorang hamba itu ~sebagaimana dikhabarkan Nabi Shollallôhu ‘Alaihi wa Sallam~ tidak akan bergeser kedua kakinya pada hari kiamat sampai ia ditanya mengenai empat hal : Tentang umurnya, untuk apa ia habiskan. Tentang masa mudanya, untuk apa ia usangkan. Tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan dia belanjakkan untuk apa. Dan tentang ilmunya, apa yang ia perbuat dengannya.
Surat Al-Fâtihah berisi petunjuk (hidayah) menuju ilmu sekaligus amal, di mana itulah Shirôthol Mustaqîm (jalan lurus) yang ditempuh oleh para Nabi, para shiddîqîn, syuhada dan sholihin. Bukan jalan yang ditempuh golongan yang dimurkai di mana mereka berilmu namun tidak beramal, seperti kaum yahudi serta ulama kaum muslimin yang fasik. Bukan pula jalan orang-orang sesat di mana mereka beramal tanpa dasar ilmu yang benar, seperti kaum nashrani serta ahli ibadah dari ummat ini yang sesat. Sufyân bin ‘Uyainah rohimahullôh berkata,

مَنْ فَسَدَ مِنْ عُلَمَائِنَا كَانَ فِيْهِ شِبْهٌ مِنَ الْيَهُودِ وَمَنْ فَسَدَ مِنْ عُبَّادِنَا كَانَ فِيْهِ شِبْهٌ مِنَ النَّصَارَى
“ Kalau ada yang rusak dari ulama kita, maka ia mirip dengan orang yahudi. Dan jika ada yang rusak dari ahli ibadah kita, berarti ada kemiripan dengan orang nashrani.”
Dua sifat ini Alloh kumpulkan di dalam kitab-Nya pada firman Alloh ta‘âlâ :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.” (At-taubah : 34)
Jadi, hidayah itu bisa diraih dengan ilmu sekaligus amal serta menyambut nasehat, sebagaimana firman Alloh Tabâroka wa ta‘âlâ:

وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا(66) وَإِذًا لَآتَيْنَاهُمْ مِنْ لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًا(67) وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا(68) وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا(69)

“Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus. Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisâ : 66-69)
Maka siapa di antara mereka yang merasa telah tergabung dalam dunia ilmu merasa diri menjadi salah satu pengikut Salaful Ummah sementara ia menyembunyikan kebenaran serta duduk dari berjihad dan menghalangi dari jalan Alloh hanya lantaran kehidupan dunia, berarti ia dusta dalam pengakuannya tersebut, bahkan ialah orang yang paling mirip dengan ulama yahudi; kaum yang termurkai, di mana Alloh ta‘âlâ berfirman tentang mereka :

وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ(41)وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (42)وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ(43)أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ(44)

“…dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orang-orang yang ruku. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqoroh : 41-44)
Di dalam Shohîhain, Rasululloh Shollallôhu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ اقْتَابَ بَطْنُهُ فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ فِي الرَّحَى فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُولُونَ يَا فُلاَنُ مَا لَكَ ؟ أَلَمْ تَكُ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ ؟ فَيَقُولُ : بَلَى ، قَدْ كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيْهِ وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيْهِ

“Akan didatangkan seorang lelaki pada hari kiamat, ia dilemparkan ke dalam neraka, lantas terburailah usus perutnya, lalu ia berputar-putar di sana persis seperti keledai yang berputar pada alat penggilingan. Para penduduk nerakapun berkumpul mendekati dia, mereka bertanya, ‘Hai fulan, ada apa dengan dirimu? Bukankah dulu engkau memerintahkan kepada yang makruf dan mencegah yang munkar?’ ia menjawab, ‘Benar, aku dulu memerintahkan yang makruf tapi aku tidak mengerjakannya dan aku melarang yang mungkar sementara aku justru mengerjakannya.’ ”
Alloh ta‘âlâ menyamakan orang yang mengemban ilmu namun tidak mengamalkannya serta orang yang mengerti ayat-ayat Alloh namun ia justru berlepas diri darinya mirip dengan keledai yang membawa kitab-kitab namun ia tidak bisa mengambil manfaat darinya, juga dengan anjing yang ia selalu menjulurkan lidahnya kepada dunia dan kepada kesesatan yang ia hidup di dalamnya pada semua keadaan, tak ada bedanya; apakah ia diberi nasehat dengan ayat-ayat yang engkau ajarkan kepadanya, atau dengan yang lain, atau tidak diberi nasehat. Ia telah condong dan miring ke bumi secara keseluruhan, ia telah menjadi pengikut syetan dan hawa nafsu yang menjadi titian dan jalan yang ia tempuh. Alloh ta‘âlâ berfirman :

مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا

“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.” (QS. Al-Jumu‘ah: 5)
Alloh Tbâroka wa T’âlâ juga berfirman :

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي ءَاتَيْنَاهُ ءَايَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ(175)وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ(176)

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al-A‘rôf : 175-176)
Al-Qurtuby rahimahullôh ta‘âlâ ketika menafsirkan ayat ini menyebutkan, bahwa permisalan ini bersifat umum bagi siapapun yang diberi Al-Qur‘an namun ia tidak mengamalkannya.
Adapun sifat kedua dari penuntut ilmu adalah menjelaskan ilmu kepada manusia serta berterus terang menyuarakan kebenaran. Alloh ta‘âlâ berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dila`nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.” (QS. Al-Baqoroh : 159)
Maka siapa di antara mereka yang menisbatkan diri kepada ilmu yang menyembunyikannya, ia bukanlah ulama yang dimintakan ampun oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan di dalam air. Tidak pula termasuk dalam nash-nash syar’i yang memuji para ulama serta menyebutkan pahala mereka. Tapi ia justru termasuk orang-orang yang dilaknat Alloh dan semua makhluk yang bisa melaknat.
Yang menjadikan para penuntut ilmu itu menyembunyikan kebenaran tak lain adalah rasa takut dia kepada para penguasa, siksaan serta media informasi yang mereka miliki. Sebab lain adalah karena ia mencari keridhoan serta kedudukan di sisi para penguasa tersebut, juga ambisi dia untuk mendapatkan dunia beserta perhiasannya. Alloh Tabâroka wa Ta’âlâ berfirman:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُون َ
“ Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya." Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima.” (QS. Âli ‘Imrôn : 187)
Alloh ta’âlâ juga berfirman :

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الْأَدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لَا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“ Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: "Kami akan diberi ampun". Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya?. Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?” (QS. Al-A‘rôf: 169)
Mereka mempelajari ilmu dari para ulama atau di madrasah-madrasah atau di tempat lain, sebagaimana firman Alloh ta’âlâ :
وَدَرَسُوا مَا فِيهِ
Sayangnya, mereka mempelajari ilmu itu sebatas belajar saja. Tidak ada tidak disertai adanya keyakinan yang menancap ataupun iman yang kokoh; mereka tidak menerima ilmu itu seperti halnya para shahabat radhiyallôhu ‘anhum menerimanya di mana merekalah yang telah memikul ilmu serta bersabar dalam menyampaikannya dan berjihad melawan musuh-musuhnya. Imâm Ibnul Qoyyim rahimahullôh berkata, “Siapa saja dari ahlul ilmi yang memprioritaskan serta lebih menyukai dunia, pasti akan mengatakan kepada Alloh tanpa dasar kebenaran ketika ia berfatwa, di dalam memberikan hukum dan keputusan dari berita yang ia terima. Sebab hukum Alloh Subhânahû wa Ta‘âlâ banyak sekali yang datang tidak bersesuaian dengan keinginan-keinginan manusia, terutama para pemimpin serta mereka yang memperturutkan syahwat. Mereka ini tidak akan bisa mencapai keinginannya dengan sempurna melainkan dengan menyelisihi kebenaran serta menolak sebagian besarnya. Maka, jika seorang alim dan penguasa mencintai kepemimpinan serta memperturutkan syahwatnya, tentu itu tidak akan dicapai dengan sempurna melainkan dengan menolak hal yang menjadi kebalikannya berupa kebenaran. Lebih lebih ketika ada sesuatu yang masih syubhat, lantas syubhat itu berbenturan dengan syahwatnya atau menyerang hawanafsunya, ia pasti akan menyembunyikan kebenaran serta akan lenyaplah sisi kebenaran itu. Jika kebenaran itu sudah jelas dan tidak lagi tersembunyi dan samar, ia akan memberanikan diri untuk menyelisihinya seraya mengatakan, ‘Masih ada jalan keluar untuk bertaubat bagiku.’
Mengenai orang seperti mereka serta yang semisal, Alloh ta‘âlâ berfirman:
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya.. ” (QS. Maryam : 59)
Alloh ta‘âlâ juga berfirman:

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الْأَدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لَا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ(169)
Di sini, Alloh subhânahû ta’âlâ memberitahukan bahwa mereka mengambil harta benda dunia yang rendah ini padahal mereka tahu keharamannya sembari mengatakan, ‘Kami akan diampuni.’ Jika disodorkan kepada mereka harta benda dunia yang lain, mereka akan kembali mengambilnya. Jadi, mereka terus menerus melakukan hal itu.” Selesai perkataan beliau.
Makanya, ilmu bukan hanya dalam menghafal matan-matan serta dengan studi berbagai disiplin ilmu, tetapi inti permasalahan supaya ilmu tersebut bermanfaat adalah kesucian serta ketakwaan dari wadah yang dijadikan tempat untuk menerima ilmu (yaitu hati, penerj.). Jika hati itu suci, ilmu akan bermanfaat dengan izin Alloh, kaum musliminpun akan mengambil manfaat dari ilmu ini. Lain halnya ketika hati yang meneriman ilmu itu adalah hati munafik, atau hati yang sedang sakit, maka pemiliknya pasti akan menyembunyikan kebenaran serta membuat-buat kedustaan atas nama Alloh dan memalingkan dari jalan-Nya. Ia akan menjadikan fatwa dan perkataannya sebagai tutup syar’i bagi pemerintah yang berfungsi untuk membenarkan kejahatannya terhadap hak islam dan kaum muslimin.
Adapun sifat ketiga seorang penuntut ilmu adalah takwa dan takut kepada Alloh ta’âlâ. Alloh tabâroka wa ta‘âlâ berfirman:
أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ ءَانَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”. (Az-Zumar : 9) Alloh Ta’âlâ juga berfirman :
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama...” (QS. Az-Zumar : 28)
Di antara indikasi seorang alim benar-benar takut kepada Alloh ta’âlâ adalah ia berterus terang dalam menyampaikan kebenaran serta menerangkan ilmu kepada manusia dan memberikan nasehat kepada umat, ia tidak takut celaan orang-orang yang mencela dari kalangan orang nashrani dan orang-orang murtad maupun orang-orang munafik, sebagaimana Alloh ta’âlâ berfirman:
لَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ
“ (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah.” (QS. Al-Ahzâb : 39)
Indikasi lain takutnya orang alim kepada Alloh ta’âlâ adalah ia berjihad di jalan Alloh, Alloh tabâroka wa ta‘âlâ berfirman:

أَتَخْشَوْنَهُمْ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَوْهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ(13)قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ(14)
“Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah : 13-14)
Maka jika seorang penuntut ilmu menyembunyikan kebenaran serta duduk dari jihad, baik dengan nyawa dan harta maupun lisan di saat pasukan salib yang besar sedang menyerang di negeri kaum muslimin, tidak diragukan lagi bahwa orang yang menisbatkan diri kepada ilmu ini bukan termasuk Ahlu `l-‘ilmi yang dipuji Alloh dalam kitab-Nya serta Ia sifati mereka dengan kesempurnaan rasa khosyyah dan takut kepada-Nya.
Di sana memang terdapat penghalang-penghalang yang menghalangi seorang penuntut ilmu dari keluar pergi ke bumi jihad. Yang paling pertama adalah cinta serta condong kepada dunia, sebagaimana Alloh Tabâroka wa Ta‘âlâ berfirman :

قُلْ إِنْ كَانَ ءَابَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ(24)
“Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah : 24)
Di antara penghalang seorang hamba dari berangkat berjihad adalah delapan hal yang merupakan sesuatu yang disukai, yaitu : Bapak, Anak-anak, saudara-saudara, isteri, kerabat, harta yang ia usahakan, perniagaan yang ia khawatirkan kerugiannya; termasuk di dalamnya pekerjaan yang ia khawatir akan kehilangan, tempat tinggal yang ia sukai, yang ia cintai dan ia tumbuh di sana, sehingga berat bagi jiwa untuk meninggalkan dan berjauhan darinya. Kedelapan penghalang ini, tidak ada yang mau mengabaikannya dengan kemudian berhijrah serta berjihad fî sabîlillâh selain orang yang tulus kecintaannya kepada Alloh ta‘âlâ serta ia realisasikan tauhid, secara ilmu maupun amal. Sebab, cinta dunia dan tidak suka kematian inilah yang menggenjot semangat musuh dalam rangka mengeroyok umat dan kebaikan yang dimilikinya. Sebagaimana sabda Rasululloh Shollallôhu ‘Alaihi wa Sallam :

يُوشَكُ اْلأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى اْلأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ ؟ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرُ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنُ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُودَ ، وَفِي رِوَايَة ِلأَحْمَدَ : حُبُّكُمُ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَتُكُمُ الْقِتَالَ .
“Hampir-hampir kalian akan diperebutkan oleh ummat-ummat lain sebagaimana orang-orang yang makan mengerumuni nampannya. Ada yang bertanya, “Apakah lantaran kita sedikit kala itu?” beliau bersabda, “Bahkan kalian banyak ketika itu, namun kalian adalah buih laksana buih air, dan Alloh benar-benar akan mencabut rasa segan kepada kalian dari dada musuh-musuh kalian, dan Alloh benar-benar akan melemparkan ke dalam hati kalian ‘Al-Wahn.’ Maka ada yang bertanya, “Apakah Al-Wahn itu wahai Rasululloh?” beliau menjawab, “Cinta dunia dan benci mati.” (HR. Abû Dâwud) dalam riwayat Ahmad disebutkan : “Kecintaan kalian kepada dunia dan kebencian kalian kepada perang.”
Jenis penghalang kedua yang merupakan kekeliruan-kekeliruan dalamimencari ilmu, di antaranya adalah : Ketika seorang penuntut ilmu menyibukkan diri dengan banyak mengumpulkan dan menghafal berbagai persoalan serta berlebihan dalam hal itu sampai-sampai memalingkan dirinya dari bersegera dalam ketaatan dan perbuatan-perbuatan yang mendekatkan diri kepada Alloh. Juga ketika ia banyak melakukan banyak sekali cabang keimanan yang itu justru menjadi penyebab melemahnya iman dia serta sakitnya hatinya. Imân Ibnu `l-Qoyyim ketika menafsirkan firman Alloh ta‘âlâ:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
berkata: “At-Takâtsur adalah bentuk tafâ‘ul dari Al-Katsroh, artinya : Kalian saling berbanyak-banyakan satu sama lain. Dan di sini tidak disebutkan orang yang melakukan Takâtsur dengan maksud kemutlakan dan keumumannya, dan bahwa apa saja yang dijadikan bahan berbanyak-banyakan oleh seorang hamba terhadap orang lain selain ketaatan kepada Alloh dan rosul-Nya atau manfaat yang kembali kepada dirinya sendiri di akhiratnya, berarti itu masuk ke dalam Takâtsur ini. Jadi, At-Takâtsur itu terjadi dalam segala hal, baik harta, kedudukan atau kepemimpinan, atau wanita atau kata-kata atau ilmu ~terlebih yang tidak ia perlukan~, Takâtsur dalam hal buku, karangan-karangan, memperbanyak permasalahan, mencabangkan serta membuat hal-hal baru dari sana.” Selesai perkataan beliau rohimahullôh.
Kesalahan lain dalam hal mencari ilmu adalah ketika seorang penuntut ilmu menjadikan sebuah methode dan cara untuk dirinya sendiri dalam mencapai ilmu, dengan menghabiskan masa bertahun-tahun yang berkala, lantas ia tidak tertarik sedikitpun untuk keluar berjihad yang hukumnya wajib dengan dalih menyelesaikan studi. Hingga akhirnya ketika tahun-tahun itu selesai ia lewati, mulai banyak memiliki anak, penghalang semakin bertambah, semakin terasa beratlah bagi jiwa untuk keluar berjihad, lantas ia condong kepada dunia dan meninggalkan jihad.
Kesalahan lain dalam mencari ilmu adalah ketika seorang penuntut ilmu menjadikan tujuan satu-satunya dari studi yang dia lakukan berupa kemampuan menulis buku-buku yang sebenarnya ia tidak perlu tulis, kebenaran sudah di jelaskan di dalamnya oleh ahlu `l-‘ilmi yang lebih tahu daripada dirinya. Lalu ia menghabiskan waktu bertahun-tahun lamanya dalam rangka menulis buku-buku serta hal itu menjadikannya sibuk dari mengurusi jihad di jalan Alloh baik dengan nyawa, harta maupun lisan. Manhaj inilah yang membedakan antara salaful Ummah dari sebagian generasi terakhir. Sesungguhnya para salaf itu tidak dikenal banyak memiliki karangan-karangan serta mengkonsentrasikan diri di dalamnya dengan kemudian meninggalkan jihad yang wajib, tetapi mereka menggabung sekaligus antara dakwah, menyampaikan ilmu dan jihad di jalan Alloh serta menegakkan agama Alloh di muka bumi.
Di antara kekeliruan dalam mencari ilmu adalah ketika seorang penuntut ilmu tertarik untuk menuntut ilmu lantaran dalam ilmu dan amal dari ilmu tersebut terdapat kedudukan orang-orang yang shiddîq (jujur keimanannya); ini memang benar, tetapi yang keliru adalah ketika seorang thôlibul ilmi lupa bahwa derajat shiddîq itu tidak akan dicapai oleh orang yang duduk dari jihad yang hukumnya wajib, sebab duduk dari jihad itu termasuk indikasi lemahnya kejujuran, sementara dengan jihad akan terpilahlah antara orang yang jujur dan yang dusta imannya, Alloh Tabâroka wa Ta’âlâ berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ(15)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurôt : 15)
Adapun kesalahan ketiga adalah terjadi pada para murobbi: di antaranya adalah mereka meninggalkan aktifitas tahrîdh (membakar semangat) dan memotivasi para penuntut ilmu dan kaum muslimin secara umum untuk berjihad, padahal Alloh Tabâroka wa Ta‘âlâ telah berfirman:
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا(84)
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mu'min (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya).” (QS. An-Nisâ’: 84)
Di antara kesalahan para murobbi yang lain adalah ketika seorang da‘i murobbi menanamkan dalam diri para penuntut ilmu bahwa mengikuti Salaful Ummah adalah cukup dengan belajar dan menghafal akidah para salaf saja tanpa menjalani manhaj mereka serta mengikuti perilaku dan jihad mereka. Mungkin saja engkau mendapati seorang lelaki yang mengaku sebagai pengikut salaf serta mengajak kepada manhaj mereka, sementara dirinya sendiri dalam hal perilaku, kecenderungannya kepada dunia dan menutupi kebenaran adalah orang yang paling mirip dengan ulama yahudi yang dimurkai.
Di antara kesalahan lain dari para murobbi adalah ketika seorang dai membuat sebuah methode dalam membela islam tanpa ada unsur kekuatan di sana. Dan ini adalah methode yang tidak keluar dari batas-batas yang diizinkan oleh para penguasa yang diperalat. Lalu ia terus bertahan di atas jalan yang jauh dari Jihad fi sabilillâh, di mana jihad adalah satu-satunya jalan dalam menghadapi musibah dan perang salib ini. Maka jalan yang ia pilih sendiri untuk dirinya yang kosong dari nilai jihad ini, ia tidak akan bergeming darinya serta keadaanpun tidak akan berubah; dari damai kepada peperangan, dari rasa aman kepada ketakutan dan perlawanan serta peperangan. Tak cukup di situ, ia kemudian menarik ummat kepada pendapat kelirunya tadi yang mana ia tidak bergeser darinya meskipun keadaan telah berubah. Ia telah mengeluarkan diri dan para pengikutnya dari peperangan dan perlawanan dengan lantas mencukupkan diri mengikuti informasi medan perang dari kejauhan, ia ridho dirinya termasuk seperti yang difirmankan Alloh ta‘âlâ :

وَإِنْ يَأْتِ الْأَحْزَابُ يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُمْ بَادُونَ فِي الْأَعْرَابِ يَسْأَلُونَ عَنْ أَنْبَائِكُمْ
“...dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu.” (QS. Al-Ahzâb : 20)
Kekeliruan para da’i dan murobbi yang lain adalah duduknya mereka dari berjihad dan lebih memilih sejalan dengan orang-orang nashrani dan orang-orang murtad dalam kata-kata dan istilah-istilah yang mereka keluarkan, seperti istilah kebebasan dan demokrasi atau yang lain. Akhirnya mereka lebih condong kepada apa yang dibawa oleh para pembawa kebatilan dan kafir berupa kata penuh hiasan, di mana orang yang tidak beriman kepada akhirat akan tertipu dan terseret di belakangnya, berbuat maksiat dan berbagai dosa disebabkan condongnya mereka kepada kata-kata tadi serta begitu perhatiannya mereka terhadap orang yang mengatakan; di mana mereka menghiasi kata-katanya dengan ungkapan-ungkapan kata yang indah serta lafadz yang penuh hiasan melalui media informasi dan satelit-satelit angkasa yang mereka miliki. Alloh ta’âlâ telah terangkan bahwa mereka yang menghias kata-kata untuk menipu manusia dengannya dalam rangka memalingkan mereka dari Islam, mereka adalah syetan berupa manusia dan jin yang merupakan musuh para rosul. Sebagaimana firman Alloh ta‘âlâ :

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. Al-’An‘âm : 112)
Dengan demikian, bagaimana seorang thôlibul ilmu rela dirinya menipu manusia dengan taktik dan kata-kata mereka yang penuh hiasan, ikut bergabung dalam saluran dan media-media informasi mereka; bukan untuk menyuarakan kebenaran apa adanya, tetapi justru untuk mencampur adukkan yang haq dan yang bathil serta sepakat dengan mereka dalam sebagian ungkapan dan kata-kata mereka. Di antara kata-kata ini adalah istilah ‘kebebasan’ yang dalam kamus orang nahsrani, sekuler dan orang-orang murtad maknanya adalah : membuang muka dari semua bentuk konsistensi terhadap agama. Artinya, menentang semua prinsip ketaatan kepada Alloh dan rosul-Nya shollallôhu ‘alaihi wa sallam, serta bersikap keras kepala untuk beribadah kepada Alloh. Inilah sebenarnya bentuk kebebasan syetan manusia dari Amerika serta orang-orang yang mengikuti sistem demokrasi dan libelar mereka. Padahal sebenarnya mereka bukanlah orang-orng yang merdeka, tetapi mereka tertawan di tangan-tangan syetan jin serta menjadi bala tentara mereka yang diarahkan untuk memerangi Alloh dan rosul-Nya shollallôhu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana firman Alloh ta‘âlâ :
أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا

“ Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma`siat dengan sungguh-sungguh?” (QS. Maryam : 83)

Alloh Ta’âlâ juga berfirman :
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS. Az-Zukhruf : 36)
Di samping itu, mereka yang bersikap keras kepala dari beribadah kepada Alloh juga terperangkap dalam peribadatan kepada hawa nafsu mereka dan ke dalam peribadatan kepada syetan serta manusia yang membuat perundangan pengatur mereka, budak dari undang-undang produk manusia dan thoghut-thoghut lainnya yang mereka berkubang dalam peribadatan kepada hal yang sama. Yang perlu dicatat, bahwa seorang hamba tidak akan bebas dari peribadatan kepada thoghut kecuali dengan mentauhidkan Alloh serta mengikhlaskan agama untuk-Nya semata. Sebab islam datang membawa ‘ubûdiyyah (ibadah); bukan kebebasan cara barat, karena ibadah adalah tujuan utama Alloh mencipatakan para hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzâriyât: 56)
Jadi, Alloh menciptakan hamba-hamba-Nya hanya untuk beribadah kepada-Nya saja; tanpa ada sekutu bagi-Nya. Nah, jika seorang pengemban ilmu di dalam berdakwah dan bertukar pikiran dengan orang-orang munafik dan murtad berpijak dari ayat ini dengan tujuan mendapatkan keridhoan Alloh ta‘âlâ, niscaya ia tidak akan sesat dalam perkataan, dakwah dan manhaj yang ia tempuh. Lain halnya kalau ia melalaikan tujuan utama penciptaan seluruh makhluk dengan mencoba mencari keridhoan orang-orang yang membaca dan menyaksikan ilmunya dari kalangan orang-orang nashrani, sekuler atau orang-orang munafik, maka tidak diragukan lagi ia pasti akan sesat dan memasukkan dalam din Alloh sesuatu yang bukan bagian darinya, berupa istilah-istilah orang-orang nashrani yang penuh hiasan; seperti istilah kebebasan, demokrasi dan hak asasi manusia maupun istilah lainnya. Maka yang wajib dilakukan oleh para ulama adalah bergabung dengan saudara-saudara mereka para mujahidin dan menolong mereka, sebagai ganti dari sikap toleransi (mudâhanah) dan manis muka serta kedekatan mereka kepada musuh-musuh Alloh dari kalangan orang-orang kafir dan munafik dengan malah mencela dan mencaci para mujahidin. Sebab pengemban ilmu itu bila bermudâhanah kepada musuh-musuh Alloh dengan menjauhi para mujahidin dan orang-orang sholeh, berarti ia telah memecah belah manusia yang berada di sekitarnya, berarti pula ia telah kehilangan jalan kekuatan dan kemuliaan (‘izzah) serta jihad. Dengan demikian, ia telah merugi dalam dakwahnya, melemahkan kekuatannya sekaligus menghinakan dirinya sendiri di hadapan orang-orang kafir dan para penguasa yang menjadi antek mereka. Alhasil, ia jadi terkatung-katung; ia tidak berada di barisan kaum mujahidin berjihad bersama mereka, tidak pula bersama para penguasa yang diperalat tadi yang ia sendiri sebenarnya tidak setuju dengannya dalam semua yang ia serukan. Jika seorang pencari ilmu sampai pada kondisi kalah dan lemah seperti ini, saat itu tidak menjadi persoalan lagi bagi kaum kafir dan munafik untuk menerima mereka di media-media informasi yang mereka milik setelah sebelumnya menampakkan sedikit kompromi. Padahal, Alloh ta‘âlâ berfirman :

وَإِنْ كَادُوا لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ لِتَفْتَرِيَ عَلَيْنَا غَيْرَهُ وَإِذًا لَاتَّخَذُوكَ خَلِيلًا(73)وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا (74) إِذًا لَأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا
“Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami.” (QS. Al-Isrô’: 75)
Alloh ta‘âlâ juga berfirman :
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ(49)أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ(50(
“ Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Mâ’idah : 49-50)
Keteguhan seorang alim di atas kebenaran dan jihad yang ia lakukan itu sudah cukup mewakili bagi ummat ini, meskipun ia dipenjara atau jalan dakwah di hadapannya di halangi serta ditahan dirumahnya. Sebab kalimat kebenaran itu akan keluar darinya, atau paling tidak sekedar kisah dan penyucian jiwa yang akan memberikan nasehat kepada umat serta membakar semangat mereka untuk berjihad, itu cukup untuk menjadikan ummat menyambut dia dan berkumpul di sekelilingnya. Adapun, jika ia tidak teguh dan terang-terangan dalam kebenaran serta berjihad di jalan Alloh, kemudian ia bermudâhanah dengan musuh-musuh Alloh, sama artinya ia telah merugi dalam dakwah yang ia lakukan. Dalam kondisi seperti ini, tidak tak ada gunanya bagi dia banyaknya berbagai sarana dakwah dan informasi setelah ummat kehilangan kepercayaan kepada dirinya. Maka, yang menjadi kewajiban bagi para penuntut ilmu, juga bagi para pemuda maupun kaum lelaki yang mampu selain mereka adalah keluar berperang untuk menolong saudara-saudara mereka di bumi jihad hingga terpenuhi jumlah yang cukup dari kalangan ulama dan mujahidin. Demikian juga, wajib atas kaum muslimin berjihad di jalan Alloh ta’âlâ dengan harta mereka serta menolong saudara-saudara mereka. Dan mereka tidak usah menggubris tekanan dari musuh-musuh Alloh dari kelompok orang-orang Nashrani dan Yahudi serta antek-antek mereka di negeri di mana mereka berusaha menghalangi jihad dengan harta.
Kami juga memberikan wasiat kepada saudara-saudara mujahidin di Iraq agar menyatukan barisan mereka di bawah satu komando. Dan di samping mereka memiliki kekuatan militer, sebaiknya mereka juga memiliki kekuatan di bidang politik dan tekhnologi informasi untuk bisa berkomunikasi dengan kaum muslimin mengenai tujuan ini. Adapun mencukupkan diri pada sisi militer tanpa ada di sana bidang politik, itu tidak menutup kemungkinan akan berdampak kepada komando-komando sekulerisme yang murtad memanfaatkan jihad ini serta menguasai hukum di Iraq.


Kita memohon kepada Alloh tabâroka wa ta‘âlâ agar Ia menolong para mujahidin di setiap tempat, semoga sholawat dan salam terlimpahkan selalu kepada Nabi kita Muhammad, keluarga serta para shahabat seluruhnya.


29 Ramadhan 1424 H


Syaikh Abû ‘Umar As-Saif
( Mufti Mujahidin Cechnya )



















Penutup :

Alhamdulillah, hanya kepada-Nya kami memuji, dan hanya kepada-Nya kami mengungkapkan kesyukuran kami, kegembiaraan dan kebahagiaan kami dengan selesainya penyusunan buku Kumpulan Wasiyat Para
Syuhada dan Mujahidin.
Semoga ini menjadi amal sholih di hadapan Allah dalam rangka mengharap ridho dari-Nya. Dan dikumpulkan bersama para Rosul-Nya, Nabi, syuhada’ dan sholihin.
Segala kekurangan dan kesalahan yang ada di dalam penyusunan ini adalah karena kealpaan dan kelemahan kami, karena kami manusia biasa yang penuh salah dan lupa.
Dengan harapan saran dan masukan dari para pembaca demi kesempurnaan buku ini kami menerimanya. Dan kami ucapkan jazakumullah khoirol jaza’ atas semua perhatian dan bantuannya serta dukungannya, walaupun hanya sekedar do’a.




Bumi Allah, Robiuts Tsani 1425 H.

Penyusun :


( Abdullah Amani Syahid )



FAHROS :

NO. DAFTAR ISI HALAMAN
01 Pendahuluan 001
02 Wasiyat As Syahid Syekh DR. Abdullah Azzam Rohimahullah 002
03 Wasiyat As Syahid Syekh Abul Abbas Az Zahroni Rohimahullah 023
04 Wasiyat As Syahid Syekh Ibnul Jarroh Al Ghomidy Ahmad Al Haznawy 045
05 Wasiyat As Syahid Syekh Marwan Hadid Rohimahullah 060
06 Wasiyat Syekh DR. Umar Abdurrahman Hafidzohullah 089
07 Wasiyat Syekh Abu Umar As Saif Hafidzohullah 096
08 Penutup 124
09 Fahros 125













KUPINANG ENGKAU DENGAN SYAHADAH

Wahai saudaraku ….

Andai kau tahu
Debu yang menempel pada kakimu fie sabilillah
Dapat menyelamatkanmu dari neraka Jahannam
Kenapa kau tinggalkan jihad ….. ???!!!

Wahai saudaraku …..

Andai kau faham
Sekejap dalam medan jihad
Dapat mengharuskanmu menikmati kenikmatan
dan keindahan Jannatun Na’im
Kenapa memilih selain jihad ….. ???!!!

Wahai saudaraku …..

Andai kau mengerti
Berak dan kencingnya kudamu fie sabilillah
Bernilai pahala bagimu disisi Robmu
Kenapa bimbang untuk berjihad ….. ???!!!

Wahai saudaraku …..
Andai kau tahu
Timah panas yang mengoyak tubuhmu dapat menghantarkanmu memeluk mesra Bidadari jelita
Kenapa takut berjihad ….. ???!!!

Wahai saudaraku …..
Andai kau faham
Dentuman Bom yang mencabik-cabik dagingmu dapat menyibukkanmu bercanda ria di pangkuan Bidadari jelita selama berpuluh-puluh tahun tanpa bosan
Kenapa ragu untuk berjihad …..???!!!

Wahai saudaraku …..

Andai kau mengerti
Ledakan Mortir yang meremukkan tulang belulangmu dapat menghantarkanmu berbaring mesra di atas kasur dalam kamar mempelai bersama bidadari yang tidak pernah
hilang keprawanannya
Kenapa enggan berjihad …..???!!!

Wahai saudaraku …..

Andai kau faham
Tetesan darah pertama yang kau tumpahkan di medan jihad dapat menghapuskan semua dosa-dosamu
Tidak ada pilihan lain bagimu selain jihad …..???!!!

Duhai saudaraku …..

Seandainya engkau faham ……
Seandainya engkau mengerti ……
Seandainya engkau tahu …..
Seandainya engkau berakal …..
Engkau pasti memilih jihad …..


اَللَّهُمَّ أَحْيِنَا سُعَدَاءَ وَأَمِتْنَا شُهَدَاءَ وَاحْشَرْنَا بِزُمْرَةِ الْمُصْطَفَى
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Ya Allah ! hidupkanlah kami dalam kemuliaan dan matikanlah kami dalam kesyahidan dan kumpulkanlah kami dengan Almusthofa Shollallahu ‘alaihi wasallam”
اَللَّهُمَّ آتِنِيْ أَفْضَلَ مَا أَعْطَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
“Ya Allah ! Berikanlah kepadaku keutamaan (mati syahid) sebagaimana yang telah Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang sholih”
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 Tanggapan:

Posting Komentar

Item Reviewed: Rating: 5 Reviewed By: M Imron Pribadi