Tampilkan 1 - 30 dari 52 kiriman dari 15 orang.
Kiriman 1
1 balasan
Anda menulispada 12 Juni 2009 jam 22:10
Pekanbaru 23.17 BBWI tgl, 21 Mei 2009
Created by : M. Imron
Mengapa kita harus mempercayai adaNya Tuhan, Apakah kau dan aku juga mereka semua benar-benar percaya bahwa Tuhan itu ada, seberapakah besar kepercayaanmu pada AdaNya Tuhan, ataukah aku, kamu dan mereka semua sekedar percaya saja tanpa pernah membuktikanNya bahwa Tuhan itu benar-benar ada. Aku sangat amat kwatir bahwa sebenarnya dihatiku, kamu dan mereka semua masih bimbang, ragu, cuwek, masa bodoh, atau bahkan pura-pura percaya saja, sebab aku, kamu dan mereka semua percaya adaNya Tuhan karena warisan dari bapak, ibu, kyai, ustad, pendeta, pastur, biksu atau siapa saja yang pernah menerangkan tentang adaNya Tuhan padaku, kamu dan mereka semua. Mungkin juga karena aku dan kalian semua sebenarnya pengecut takut untuk jujur dan terus terang karena negeri ini sudah terlanjur percaya pada KeTuhanan Yang Maha Esa, sehingga aku dan kalian kwatir dituding tidak berTuhan atau komunisme bahkan sangat amat takut dituding pelecehan serta penistaan agama atau KeTuhanan.
Sekarang aku, kamu dan mereka semua percaya bahwa Tuhan itu benar-benar ada. Bahkan aku, kamu dan mereka semua tahu dimana sebenarnya Tuhan itu berada. Maka dari itu aku sangat amat percaya pada AdaNya Tuhan dan kafirlah orang yang tidak percaya serta meragukanNya AdaNya Tuhan. Lebih dari itu aku, kamu dan mereka semua sekarang sudah tahu, mengerti dan sadar bahwa Tuhan itu ada dan bahkan Dia telah hadir didalam setiap nafasku, pikiranku, langkahku, gerakanku, seluruh aktifitasku bahkan tidur dan matiku hingga aku sendiri tidak tahu bahwa diriku sebenarnya yang tidak ada karena adanya Tuhan diseluruh gerakan darahku sampai aku tidak tahu harus berkata-kata apa lagi. Astagfirullah, Subhanallah, wal Khamdullilah wala Illaa ha illallah wallahu akbar. Karena aku dilahirkan dan ditakdirkan dalam kondisi muslim untuk saat ini, nanti dan akan datang hingga maut tiba dan maafkan aku, istriku, anakku, saudaraku, kawanku, sahabatku dan seluruh umat manusia kalau kau belum dilahirkan untuk saat ini nanti dan akan datang hingga matimu tiba kau masih belum muslim dan beriman padaNya. Maafkan aku......
Sekarang aku tahu dan percaya pada AdaNya Tuhan serta bahkan aku tahu Tuhanku Tercipta Dari Seluruh Totalitas Kekuatan Pikiran Tuhan Itu Sendiri. Karena Tuhan tidak pernah bosan-bosan dalam firmanNya mengatakan, menganjurkan, mengharuskan dan bahkan mencintai, menyayangi dan mengasihi aku, kamu, mereka semua yang selalu senantiasa disetiap detik, masa serta seluruh jiwa raga untuk berdzikir kepadaNya. Berdzikir kepadaNya berarti bahwa kita telah berfikir dengan hebat secara totalitas tentang Dia, SifatNya, DzatNya, kebesaranNya, firmanNya, nama-namaNya juga segala sesuatu tentang Dia. Maka diri kita akan seperti tidak ada karena AdaNya Dia didalam pikiranku, batinku, hatiku, jiwa ragaku dan kalian semua.
Sekarang aku sadar sebenarnya aku, kamu dan kalian semua tidak pernah terfikir dan berfikir tentang Tuhan dengan kuatanNya berdzikir dapat menghadirkanNya didalam kekutan pikiranNya hingga tercipta seluruh dunia beserta isinya. Bersatunya pikiran-pikiran untuk menuju pikiran Tuhan adalah cara berfikir yang sangat mutakhir untuk mengisi hidup, indahnya dunia, romantisnya bercinta, lahirnya kasih sayang merajuk asmara bersama istri tercinta. Hingga terlahirnya anak-anak kita dengan wajah ganteng, cantik rupawan tanpa ada noda yang menghiasi jiwa raganya.
(Maafkan aku..... bila menulis kurang sempurna dan telah bikin dosa – M. Imron)
---------------Ekplorasi Pikiranku-------------------
Created by : M. Imron
Mengapa kita harus mempercayai adaNya Tuhan, Apakah kau dan aku juga mereka semua benar-benar percaya bahwa Tuhan itu ada, seberapakah besar kepercayaanmu pada AdaNya Tuhan, ataukah aku, kamu dan mereka semua sekedar percaya saja tanpa pernah membuktikanNya bahwa Tuhan itu benar-benar ada. Aku sangat amat kwatir bahwa sebenarnya dihatiku, kamu dan mereka semua masih bimbang, ragu, cuwek, masa bodoh, atau bahkan pura-pura percaya saja, sebab aku, kamu dan mereka semua percaya adaNya Tuhan karena warisan dari bapak, ibu, kyai, ustad, pendeta, pastur, biksu atau siapa saja yang pernah menerangkan tentang adaNya Tuhan padaku, kamu dan mereka semua. Mungkin juga karena aku dan kalian semua sebenarnya pengecut takut untuk jujur dan terus terang karena negeri ini sudah terlanjur percaya pada KeTuhanan Yang Maha Esa, sehingga aku dan kalian kwatir dituding tidak berTuhan atau komunisme bahkan sangat amat takut dituding pelecehan serta penistaan agama atau KeTuhanan.
Sekarang aku, kamu dan mereka semua percaya bahwa Tuhan itu benar-benar ada. Bahkan aku, kamu dan mereka semua tahu dimana sebenarnya Tuhan itu berada. Maka dari itu aku sangat amat percaya pada AdaNya Tuhan dan kafirlah orang yang tidak percaya serta meragukanNya AdaNya Tuhan. Lebih dari itu aku, kamu dan mereka semua sekarang sudah tahu, mengerti dan sadar bahwa Tuhan itu ada dan bahkan Dia telah hadir didalam setiap nafasku, pikiranku, langkahku, gerakanku, seluruh aktifitasku bahkan tidur dan matiku hingga aku sendiri tidak tahu bahwa diriku sebenarnya yang tidak ada karena adanya Tuhan diseluruh gerakan darahku sampai aku tidak tahu harus berkata-kata apa lagi. Astagfirullah, Subhanallah, wal Khamdullilah wala Illaa ha illallah wallahu akbar. Karena aku dilahirkan dan ditakdirkan dalam kondisi muslim untuk saat ini, nanti dan akan datang hingga maut tiba dan maafkan aku, istriku, anakku, saudaraku, kawanku, sahabatku dan seluruh umat manusia kalau kau belum dilahirkan untuk saat ini nanti dan akan datang hingga matimu tiba kau masih belum muslim dan beriman padaNya. Maafkan aku......
Sekarang aku tahu dan percaya pada AdaNya Tuhan serta bahkan aku tahu Tuhanku Tercipta Dari Seluruh Totalitas Kekuatan Pikiran Tuhan Itu Sendiri. Karena Tuhan tidak pernah bosan-bosan dalam firmanNya mengatakan, menganjurkan, mengharuskan dan bahkan mencintai, menyayangi dan mengasihi aku, kamu, mereka semua yang selalu senantiasa disetiap detik, masa serta seluruh jiwa raga untuk berdzikir kepadaNya. Berdzikir kepadaNya berarti bahwa kita telah berfikir dengan hebat secara totalitas tentang Dia, SifatNya, DzatNya, kebesaranNya, firmanNya, nama-namaNya juga segala sesuatu tentang Dia. Maka diri kita akan seperti tidak ada karena AdaNya Dia didalam pikiranku, batinku, hatiku, jiwa ragaku dan kalian semua.
Sekarang aku sadar sebenarnya aku, kamu dan kalian semua tidak pernah terfikir dan berfikir tentang Tuhan dengan kuatanNya berdzikir dapat menghadirkanNya didalam kekutan pikiranNya hingga tercipta seluruh dunia beserta isinya. Bersatunya pikiran-pikiran untuk menuju pikiran Tuhan adalah cara berfikir yang sangat mutakhir untuk mengisi hidup, indahnya dunia, romantisnya bercinta, lahirnya kasih sayang merajuk asmara bersama istri tercinta. Hingga terlahirnya anak-anak kita dengan wajah ganteng, cantik rupawan tanpa ada noda yang menghiasi jiwa raganya.
(Maafkan aku..... bila menulis kurang sempurna dan telah bikin dosa – M. Imron)
---------------Ekplorasi Pikiranku-------------------
Kiriman 2
Gea Ilmi Girindra Ramdhani menulispada 13 Juni 2009 jam 3:23
Laesa Kamitslihi Syaeun.........
Kiriman 3
Saka Yosmita menulispada 13 Juni 2009 jam 3:34
Alhamdulillahh....,,, mantabbbb bueneeerrr.. maknyuss gitu..
ekekekekeee...
monggo sedoyo... ngademmm lagi :p
ekekekekeee...
monggo sedoyo... ngademmm lagi :p
Kiriman 4
1 balasan
Arif Abadi menulispada 13 Juni 2009 jam 15:57
wadhuh gimana ya ...bolehkhan nimbrung? tuhan tidak sama dengan Allah ... yang ESA/satu tidak sama dengan yang TUNGGAL ... Tuhan adalah cipta dari olah pikir dan rasa karenanya tuhan adalah makluk manusia ... lalu? sementara manusia makhluk Sang Pencipta yang Tunggal. Dalam logika perbandingan mengartikan tuhan selalu ada 2 arti. Arti dalam konsep ke saya an dan arti dalam konsep realitas... arti dalam konsep kesayaan bukanlah tuhan yang realitas ...maaf dlst dlst ... menarik topiknya !
Kiriman 5
Anda menulispada 13 Juni 2009 jam 21:17
Subhanalllah, Maha Suci ALLAH dengan EsensiNya suci meurut ALLAH..... masukan yang bagus sekali tentang esensi Allah dan Tuhan, kedua berbeda, tetapi dapatlah membunuh sebuah pikiran-pikiran kita yang masih terbelenggu dalam berfikir, suatu kebanggaan tersendiri apabila kita dalam obtimalisasi esensi dari sebuah realitas "smart be thinking" kita telah lepas dari segala sifat belenggu jiwa yang masih ada ruang dan waktu, karena disitulah kita sebagai manusia berarti masih punya titik-titik kesombongan, ASTAGFIRULLAH, ini hanyalah sebuah EXPLORASI PIKIRANKU UNTUK MENCARI ALLAH SEBAGAI TUHANKU yang hampir 25 tahun aku mencarinya Allah lewat sujud di masjd, gereja, pure, gemerlapnya kemaksiatan, dunia prostitusi, dunia malam yang penuh nafas-nafas syetan, aku mencari Tuhan dimana-mana.
AlHamdullillah dengan amat kebodohan saya dalam berfikir tentang Allah sebagai realitas Tuhanku... aku telah menemukan bahwa Allah adalah selayaknya Tuhanku dan kekasihKu yang sebenarnya...
Ternyata adanya Tuhan tidak bisa dicerna dengan kata-kata, semakin kita mencerna dengn kata-kata maka esensi Allah sebagai TuhanKu... telah aku teracuni sifat belenggu jiwa dalam diriku, maka yang terjadi Siriklah Aku dimata TuhanKu...... hingga hanya ada satu kata yaitu Berdzikir dengan hakekatnya berfikir hingga menyeluruh keseluruh sel-sel dan aliran darah kita agar juga ikut berdzikir... inilah kekfkuranku....dampak dari aku membicarkan TuhanKu lewat lisan dan Tulisan.......tapi memang mungkin Allah sudah berkehendak demikian atas kuasanya.... sehingga aku sebagai manusia mungkin biar tidak terbelenggu oleh segala sifat -sifat ang menjadi hijab untuk mencerna Allah dalam batin dan pikiranku..... ASTAGFIRULLAH......
AlHamdullillah dengan amat kebodohan saya dalam berfikir tentang Allah sebagai realitas Tuhanku... aku telah menemukan bahwa Allah adalah selayaknya Tuhanku dan kekasihKu yang sebenarnya...
Ternyata adanya Tuhan tidak bisa dicerna dengan kata-kata, semakin kita mencerna dengn kata-kata maka esensi Allah sebagai TuhanKu... telah aku teracuni sifat belenggu jiwa dalam diriku, maka yang terjadi Siriklah Aku dimata TuhanKu...... hingga hanya ada satu kata yaitu Berdzikir dengan hakekatnya berfikir hingga menyeluruh keseluruh sel-sel dan aliran darah kita agar juga ikut berdzikir... inilah kekfkuranku....dampak dari aku membicarkan TuhanKu lewat lisan dan Tulisan.......tapi memang mungkin Allah sudah berkehendak demikian atas kuasanya.... sehingga aku sebagai manusia mungkin biar tidak terbelenggu oleh segala sifat -sifat ang menjadi hijab untuk mencerna Allah dalam batin dan pikiranku..... ASTAGFIRULLAH......
Kiriman 6
1 balasan
Arif Abadi menulispada 14 Juni 2009 jam 17:46
hadits dari Ibnu Abbas r.a. bahwa suatu kaum berfikir tentang (Zat) Allah SWT., maka bersabdalah Nabi Saw, “berfikirlah kamu sekalian tentang ciptaan Allah dan jangan berfikir tentang (Zat) Allah karena kamu tidak akan mampu”.
Kiriman 7
1 balasan
Anda membalas kiriman Arifpada 02 Juli 2009 jam 2:45
Hakekat ayat ini ditujukan kepada siapa? apakah memang haram hukumnya berfikir tentang ALLAH yang jelas-jelas olehNya dilarang, lantas kenapa masih ada tasawuf? sebenarnya Rosul itu apa tidak dalam makriftatullah, yang berarti Rosulullah itu sebenanrya sudah tahu cuma dia hanya untuk konsumsi dirinya saja, apa emang begitu??? atau bagaimana?
Kiriman 8
1 balasan
Candiki Repantu menulispada 02 Juli 2009 jam 12:51
Salam...teman2 seperjuangan
Yg dilarang adalah membatasi zat Tuhan idalm pikiran kita ataupun realitasnya. Sedangkan memikirkan Tuhan tdk dilarang, bahkan keharusan. Alasannya sederhana aja : Kalau salat kita harus khusu' pada siapa? pada Tuhan atau pd selain Tuhan? Pasti pd Tuhan dong, krn dia yg kita sembah.....Tapi emang sulit karena itu dlm salat kita masih banyak mikirin selain Tuhan seperti mikitin duit, mikirin kerja, atau mikirin kekasih....he..he..he
Yg dilarang adalah membatasi zat Tuhan idalm pikiran kita ataupun realitasnya. Sedangkan memikirkan Tuhan tdk dilarang, bahkan keharusan. Alasannya sederhana aja : Kalau salat kita harus khusu' pada siapa? pada Tuhan atau pd selain Tuhan? Pasti pd Tuhan dong, krn dia yg kita sembah.....Tapi emang sulit karena itu dlm salat kita masih banyak mikirin selain Tuhan seperti mikitin duit, mikirin kerja, atau mikirin kekasih....he..he..he
Kiriman 9
2 balasan
Agus Lebon menulispada 02 Juli 2009 jam 22:28
ini persepsi anda tentang tuhan anda,keterbatasan akal kita,membatasi kita me ngetahuiNYA lebih jauh..bagi saya,tuhan adalah tuhan,biarkanlah tuhan dalam keghaibannya.maha suci engkau ya tuhan....
Kiriman 10
Ahmad Nur Kholid menulispada 03 Juli 2009 jam 9:52
Nimbrung semuanya....
Saya setuju dengan hadis yang dikutip saudara Arif. Yang dilarang sebenarnya "mereka-reka" [membuat imajinasi/ atau mengatakan sesuatu] yang tidak Allah kabarkan sendiri. Karena Allah lah yang maha mengetahui tentang diri-Nya. Kita mengetahui sebatas yang Allah beritakan kepada kita di dalam Alquran. Dan yang Allah kabarkan tentang diri-Nya dalam Alquran seperti yang di sampaikan saudara Gea yaitu laitsa kamistlihi syaiun.
Saya setuju dengan hadis yang dikutip saudara Arif. Yang dilarang sebenarnya "mereka-reka" [membuat imajinasi/ atau mengatakan sesuatu] yang tidak Allah kabarkan sendiri. Karena Allah lah yang maha mengetahui tentang diri-Nya. Kita mengetahui sebatas yang Allah beritakan kepada kita di dalam Alquran. Dan yang Allah kabarkan tentang diri-Nya dalam Alquran seperti yang di sampaikan saudara Gea yaitu laitsa kamistlihi syaiun.
Kiriman 11
1 balasan
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Andapada 03 Juli 2009 jam 14:27
Pertama:
Tasawuf yang berkembang di antara para ulama' dan sholihin adalah menambahkan istiqamah dengan ibadah-ibadah sunah dengan tidak meninggalkan yang wajib. Di antara amalan sunnah itu ada yang berdzikir, berpuasa, sholat sunah, bersedekah, dan lain sebagainya. Mereka juga menghiasi diri mereka dengan akhlak yang baik. Mereka meningkatkan ketakwaan dan keikhlasan dalam setiap ibadah yang mereka lakukan.
Maaf, tasawuf yang mas imron maksud di atas, kalau tidak salah ingat adalah filsafat "emanasi" [pancaran]. Dalam filsafat tersebut Allah diistilahkan dengan al-'Aqlu al-Awwal [akal pertama]. al-'Aqlu al-Awwal ini memikirkan dirinya sendiri sehingga lahir al-'Aqlu al-tsaani [akal kedua]. al-'Aqlu al-tsaani ini memikirkan dirinya sendiri sehinga melahirkan al-'Aqlu al-tsaalits [akal ketiga], dan seterusnya, kalau tidak salah, sampai al-'Aqlu al-'Aasir [akal kesepuluh di mana bumi dan segala isinya ini tercipta]. Teori ini berkembang baru-baru saja. Ada yang mengatakan ini adalah pemikiran platonisme Yunani. Muara dari pemikiran ini adalah mengatakan batu, pohon, manusia, cacing, tahi, dan segala sesuatu adalah Allah. Karena, benda-benda itu dianggap pancarannya. Inilah yang dimaksud "wuhdatul wujud", berbeda dengan teori "hulul" yang menyatakan Allah akan bersatu atau bertempat pada salah satu makhluknya yang telah sampai pada maqam tertentu.
Kajian-kajian seperti ini kalau di dalam agama Islam, pembahasannya ada di kajian ilmu tauhid. Sedangkan ajara sholat, puasa, dan tata cara ibdah lainnya ada dalam kajian ilmu fikih. Sedangkan kajian menghias diri dengan akhlak yang baik, memperbanyak dan istiqamah dengan kesunahan di bahas dalam ilmu taswuf.
Kedua:
Adapun ma'rifatullah itu, maksudnya bukan melihat Allah (musyaahadah). Tetapi, memahami apa yang Allah kabarkan tentang diri-Nya dari Alquran dan hadis. ini menjadi kajian ilmu tauhid yang merupakan pondasi keimanan, sehingga dia adalah pondasi agama. Dalam ilmu tauhid ini yang paling penting adalah prinsip yang diajarkan guru-guru ngaji kita dahulu yaitu mukhaalafatu lilhawaaditsi atau laitsa kamistlihi syaiun [Allah tidak serupa dengan apa pun]. Untuk lebih luasnya adalh apa yang dijabarkan para ulama dalam sifat 20. Imam ahmad ar-Rifa'i mengajarkan: Tujuan ma'rifatullah adalah meyakini adanya Allah tanpa tata cara (bilaa kaif).
Adapun Rasulullah, dia lah satu-satunya orang yang pernah melihat Allah ta'ala pada saat melakukan mi'raj. Para ulama berbeda pendapat apakah Rasul melihat dengan hati atau dengan mata.
Pun demikian, "keterangan/kabar" tentang Allah ta'ala tidak diperoleh dari pengalaman "mi'raj" itu. Seperti yang seringkali diceritakan banyak teman-teman, setelah "merasa" mengalami pengalaman batin, ia bercerita Allah itu begini dan begitu. Alquran lah yang menjelaskan tentang diri-Nya dalam wahyunya dan Rasulullah hanya menjelaskannya dan mengikutinya.
Di akherat nanti, orang mukmin akan melihat Allah ta'ala, dan itu adalah kenikmatan terbesar.
Tasawuf yang berkembang di antara para ulama' dan sholihin adalah menambahkan istiqamah dengan ibadah-ibadah sunah dengan tidak meninggalkan yang wajib. Di antara amalan sunnah itu ada yang berdzikir, berpuasa, sholat sunah, bersedekah, dan lain sebagainya. Mereka juga menghiasi diri mereka dengan akhlak yang baik. Mereka meningkatkan ketakwaan dan keikhlasan dalam setiap ibadah yang mereka lakukan.
Maaf, tasawuf yang mas imron maksud di atas, kalau tidak salah ingat adalah filsafat "emanasi" [pancaran]. Dalam filsafat tersebut Allah diistilahkan dengan al-'Aqlu al-Awwal [akal pertama]. al-'Aqlu al-Awwal ini memikirkan dirinya sendiri sehingga lahir al-'Aqlu al-tsaani [akal kedua]. al-'Aqlu al-tsaani ini memikirkan dirinya sendiri sehinga melahirkan al-'Aqlu al-tsaalits [akal ketiga], dan seterusnya, kalau tidak salah, sampai al-'Aqlu al-'Aasir [akal kesepuluh di mana bumi dan segala isinya ini tercipta]. Teori ini berkembang baru-baru saja. Ada yang mengatakan ini adalah pemikiran platonisme Yunani. Muara dari pemikiran ini adalah mengatakan batu, pohon, manusia, cacing, tahi, dan segala sesuatu adalah Allah. Karena, benda-benda itu dianggap pancarannya. Inilah yang dimaksud "wuhdatul wujud", berbeda dengan teori "hulul" yang menyatakan Allah akan bersatu atau bertempat pada salah satu makhluknya yang telah sampai pada maqam tertentu.
Kajian-kajian seperti ini kalau di dalam agama Islam, pembahasannya ada di kajian ilmu tauhid. Sedangkan ajara sholat, puasa, dan tata cara ibdah lainnya ada dalam kajian ilmu fikih. Sedangkan kajian menghias diri dengan akhlak yang baik, memperbanyak dan istiqamah dengan kesunahan di bahas dalam ilmu taswuf.
Kedua:
Adapun ma'rifatullah itu, maksudnya bukan melihat Allah (musyaahadah). Tetapi, memahami apa yang Allah kabarkan tentang diri-Nya dari Alquran dan hadis. ini menjadi kajian ilmu tauhid yang merupakan pondasi keimanan, sehingga dia adalah pondasi agama. Dalam ilmu tauhid ini yang paling penting adalah prinsip yang diajarkan guru-guru ngaji kita dahulu yaitu mukhaalafatu lilhawaaditsi atau laitsa kamistlihi syaiun [Allah tidak serupa dengan apa pun]. Untuk lebih luasnya adalh apa yang dijabarkan para ulama dalam sifat 20. Imam ahmad ar-Rifa'i mengajarkan: Tujuan ma'rifatullah adalah meyakini adanya Allah tanpa tata cara (bilaa kaif).
Adapun Rasulullah, dia lah satu-satunya orang yang pernah melihat Allah ta'ala pada saat melakukan mi'raj. Para ulama berbeda pendapat apakah Rasul melihat dengan hati atau dengan mata.
Pun demikian, "keterangan/kabar" tentang Allah ta'ala tidak diperoleh dari pengalaman "mi'raj" itu. Seperti yang seringkali diceritakan banyak teman-teman, setelah "merasa" mengalami pengalaman batin, ia bercerita Allah itu begini dan begitu. Alquran lah yang menjelaskan tentang diri-Nya dalam wahyunya dan Rasulullah hanya menjelaskannya dan mengikutinya.
Di akherat nanti, orang mukmin akan melihat Allah ta'ala, dan itu adalah kenikmatan terbesar.
Kiriman 12
Candiki Repantu membalas kiriman Aguspada 03 Juli 2009 jam 18:50
Salam....
@ mas Agus Lebon : "Tuhan memang Tuhan, itu benar. Tuhan memang gaib, itu juga benar. Tuhan maha suci, itu juga benar. Masalahnya dari mana kita tahu kalu Tuhan itu Tuhan, gaib dan maha suci? semuanya pasti melalui penalaran akal. Saat dikatakn tuhan tdk terbatas dan berbeda dgn segala sesuatu itu juga dpt dipahami dgn akal. Jadi akal adlh sara pertama mengenal Tuhan, selanjutnya...terserah anda..!!! makanya, sy tanya mas Agus klu salat mikirin apa..??
@ mas Agus Lebon : "Tuhan memang Tuhan, itu benar. Tuhan memang gaib, itu juga benar. Tuhan maha suci, itu juga benar. Masalahnya dari mana kita tahu kalu Tuhan itu Tuhan, gaib dan maha suci? semuanya pasti melalui penalaran akal. Saat dikatakn tuhan tdk terbatas dan berbeda dgn segala sesuatu itu juga dpt dipahami dgn akal. Jadi akal adlh sara pertama mengenal Tuhan, selanjutnya...terserah anda..!!! makanya, sy tanya mas Agus klu salat mikirin apa..??
Kiriman 13
1 balasan
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Candikipada 08 Juli 2009 jam 11:22
Post #1
Candiki Repantu:
Maaf yang anda maksud "memikirkan tuhan dalam sholat" apa? imajinasi dan berkhayal tentang dirinya kah? Itukah yang anda sebut khusyu'..... tolong diperjelas.
Setahu saya memikirkan sesuatu dengan otak, dalam ilmu logika pikiran melahirkan "konsep atau imajinasi atau tashawwur". Jika demikian, karena anda belum pernah ketemu Tuhan, maka yang anda gambarkan dalam pikiran anda adalah pasti susunan patahan memori indrawi yang pernah anda saksikan.
Misalnya, ada yang mengatakan tuhan seperti cahaya yang memancar, karena yang pernah dia lihat adalah cahaya.
Lha, demikian itu dilarang oleh Alquran. Cukuplah kita dengan apa yang Allah kabarkan tentang dirinya. Mari berpegang pada prinsip-prinsip sifat 20. Dan menahan diri dari "yang tidak Allah kabarkan tentang dirinya". Karena yang tidak dikabarkan oleh Allah tentang dirinya adalah imajinasi atau hayalan saja.
Candiki Repantu:
Maaf yang anda maksud "memikirkan tuhan dalam sholat" apa? imajinasi dan berkhayal tentang dirinya kah? Itukah yang anda sebut khusyu'..... tolong diperjelas.
Setahu saya memikirkan sesuatu dengan otak, dalam ilmu logika pikiran melahirkan "konsep atau imajinasi atau tashawwur". Jika demikian, karena anda belum pernah ketemu Tuhan, maka yang anda gambarkan dalam pikiran anda adalah pasti susunan patahan memori indrawi yang pernah anda saksikan.
Misalnya, ada yang mengatakan tuhan seperti cahaya yang memancar, karena yang pernah dia lihat adalah cahaya.
Lha, demikian itu dilarang oleh Alquran. Cukuplah kita dengan apa yang Allah kabarkan tentang dirinya. Mari berpegang pada prinsip-prinsip sifat 20. Dan menahan diri dari "yang tidak Allah kabarkan tentang dirinya". Karena yang tidak dikabarkan oleh Allah tentang dirinya adalah imajinasi atau hayalan saja.
Kiriman 14
2 balasan
Anda membalas kiriman Ahmadpada 08 Juli 2009 jam 12:28
@ Buat Bung Ahmad Nur Khalid :
Perlu dipikirkan dengan proses berfikir yang benar yaitu dengan berfikir dalam berdzikir dan berdzikir dalam berfikir, maka kita akan menemukan hakekat pikiran dan dzikir sebagai totalitas kekuatan Tuhan yang hadir didalm diri kita:
sehingga aku berani dan menulis sebuah realitas ini , yang tidak aku dapat dari buku, tokoh atau siapa-siapa tapi dari proses dzikir dan berfikir dan perjalanan mencri arti hakiki syariat, tharikat, hakikat dan makrifatullah, sehingga sebuah relaitas perjalanan batin harus mengungkapkannya. Astagfirullah....
maka tertulislah tautan ini :
===============
Maafkan aku......
Sekarang aku tahu dan percaya pada AdaNya Tuhan serta bahkan aku tahu Tuhanku Tercipta Dari Seluruh Totalitas Kekuatan Pikiran Tuhan Itu Sendiri. Karena Tuhan tidak pernah bosan-bosan dalam firmanNya mengatakan, menganjurkan, mengharuskan dan bahkan mencintai, menyayangi dan mengasihi aku, kamu, mereka semua yang selalu senantiasa disetiap detik, masa serta seluruh jiwa raga untuk berdzikir kepadaNya. Berdzikir kepadaNya berarti bahwa kita telah berfikir dengan hebat secara totalitas tentang Dia, SifatNya, DzatNya, kebesaranNya, firmanNya, nama-namaNya juga segala sesuatu tentang Dia. Maka diri kita akan seperti tidak ada karena AdaNya Dia didalam pikiranku, batinku, hatiku, jiwa ragaku dan kalian semua.
==============
ini berbeda dengan tashawuf yang akhir-akhir ini muncul yang lebih sebagaimana yang anda tulis :
==============
Maaf, tasawuf yang mas imron maksud di atas, kalau tidak salah ingat adalah filsafat "emanasi" [pancaran]. Dalam filsafat tersebut Allah diistilahkan dengan al-'Aqlu al-Awwal [akal pertama]. al-'Aqlu al-Awwal ini memikirkan dirinya sendiri sehingga lahir al-'Aqlu al-tsaani [akal kedua]. al-'Aqlu al-tsaani ini memikirkan dirinya sendiri sehinga melahirkan al-'Aqlu al-tsaalits [akal ketiga], dan seterusnya, kalau tidak salah, sampai al-'Aqlu al-'Aasir [akal kesepuluh di mana bumi dan segala isinya ini tercipta]. Teori ini berkembang baru-baru saja. Ada yang mengatakan ini adalah pemikiran platonisme Yunani. Muara dari pemikiran ini adalah mengatakan batu, pohon, manusia, cacing, tahi, dan segala sesuatu adalah Allah. Karena, benda-benda itu dianggap pancarannya. Inilah yang dimaksud "wuhdatul wujud", berbeda dengan teori "hulul" yang menyatakan Allah akan bersatu atau bertempat pada salah satu makhluknya yang telah sampai pada maqam tertentu.
===========
tasawuf dalam aliran ini memang mengandalkan realitas proses berfikir secara totalitas dsan obyektifitas tanpa setitikpun sabyetifitas. tetapi ada kesalahan yang sangat fatal dalam teori tasawuf modern ini yantu tidak menghadirkan kekuatan dzikir sebagai titik balancing dari proses berfikir. Karena berfikir tanpa berdzikir berarti melahirkan sebuah conseptual skill, bukan melahirkan sebuah hakikat conseptual skill yang bersumber dari kekuatan Allah sebagai Tuhanku...
Dalam proses Tuhan tercipta dari kekuatan pikiranNya.... ini masih gambaran awal dari cikal bakal esensi Tuhan, dalam hal ini masih belum dalam esensi Allah, karena kalau sudah dalam konteks esensi Allah sudah tidak dapat ditulis dengan bahasa tulisan, lisan, fikiran saja, tetapi sudah menggunakan bahasa Allah yaitu dzikir yang menghasilkan sebuah kefanaan diri dalam sebuah kekuatan dan kekuasaan Allah. Hal ini karena esensi kita sebagai manusia telah tiada,karena kita telah menghilangkan hakikat sifat kemanusiaan telah berubah menjadi sifat -sifat pancaran keTuhanan, tetapi masih belum dalam taraf sifat sifat Allah, tetapi hal ini bukan berarti tidak mungkin untuk dicapai dalam proses berdzikir dan berfikir untuk pelenyapan diri dalam kekuatan dan kekuasaan Allah.
Atagfirullah......
Perlu dipikirkan dengan proses berfikir yang benar yaitu dengan berfikir dalam berdzikir dan berdzikir dalam berfikir, maka kita akan menemukan hakekat pikiran dan dzikir sebagai totalitas kekuatan Tuhan yang hadir didalm diri kita:
sehingga aku berani dan menulis sebuah realitas ini , yang tidak aku dapat dari buku, tokoh atau siapa-siapa tapi dari proses dzikir dan berfikir dan perjalanan mencri arti hakiki syariat, tharikat, hakikat dan makrifatullah, sehingga sebuah relaitas perjalanan batin harus mengungkapkannya. Astagfirullah....
maka tertulislah tautan ini :
===============
Maafkan aku......
Sekarang aku tahu dan percaya pada AdaNya Tuhan serta bahkan aku tahu Tuhanku Tercipta Dari Seluruh Totalitas Kekuatan Pikiran Tuhan Itu Sendiri. Karena Tuhan tidak pernah bosan-bosan dalam firmanNya mengatakan, menganjurkan, mengharuskan dan bahkan mencintai, menyayangi dan mengasihi aku, kamu, mereka semua yang selalu senantiasa disetiap detik, masa serta seluruh jiwa raga untuk berdzikir kepadaNya. Berdzikir kepadaNya berarti bahwa kita telah berfikir dengan hebat secara totalitas tentang Dia, SifatNya, DzatNya, kebesaranNya, firmanNya, nama-namaNya juga segala sesuatu tentang Dia. Maka diri kita akan seperti tidak ada karena AdaNya Dia didalam pikiranku, batinku, hatiku, jiwa ragaku dan kalian semua.
==============
ini berbeda dengan tashawuf yang akhir-akhir ini muncul yang lebih sebagaimana yang anda tulis :
==============
Maaf, tasawuf yang mas imron maksud di atas, kalau tidak salah ingat adalah filsafat "emanasi" [pancaran]. Dalam filsafat tersebut Allah diistilahkan dengan al-'Aqlu al-Awwal [akal pertama]. al-'Aqlu al-Awwal ini memikirkan dirinya sendiri sehingga lahir al-'Aqlu al-tsaani [akal kedua]. al-'Aqlu al-tsaani ini memikirkan dirinya sendiri sehinga melahirkan al-'Aqlu al-tsaalits [akal ketiga], dan seterusnya, kalau tidak salah, sampai al-'Aqlu al-'Aasir [akal kesepuluh di mana bumi dan segala isinya ini tercipta]. Teori ini berkembang baru-baru saja. Ada yang mengatakan ini adalah pemikiran platonisme Yunani. Muara dari pemikiran ini adalah mengatakan batu, pohon, manusia, cacing, tahi, dan segala sesuatu adalah Allah. Karena, benda-benda itu dianggap pancarannya. Inilah yang dimaksud "wuhdatul wujud", berbeda dengan teori "hulul" yang menyatakan Allah akan bersatu atau bertempat pada salah satu makhluknya yang telah sampai pada maqam tertentu.
===========
tasawuf dalam aliran ini memang mengandalkan realitas proses berfikir secara totalitas dsan obyektifitas tanpa setitikpun sabyetifitas. tetapi ada kesalahan yang sangat fatal dalam teori tasawuf modern ini yantu tidak menghadirkan kekuatan dzikir sebagai titik balancing dari proses berfikir. Karena berfikir tanpa berdzikir berarti melahirkan sebuah conseptual skill, bukan melahirkan sebuah hakikat conseptual skill yang bersumber dari kekuatan Allah sebagai Tuhanku...
Dalam proses Tuhan tercipta dari kekuatan pikiranNya.... ini masih gambaran awal dari cikal bakal esensi Tuhan, dalam hal ini masih belum dalam esensi Allah, karena kalau sudah dalam konteks esensi Allah sudah tidak dapat ditulis dengan bahasa tulisan, lisan, fikiran saja, tetapi sudah menggunakan bahasa Allah yaitu dzikir yang menghasilkan sebuah kefanaan diri dalam sebuah kekuatan dan kekuasaan Allah. Hal ini karena esensi kita sebagai manusia telah tiada,karena kita telah menghilangkan hakikat sifat kemanusiaan telah berubah menjadi sifat -sifat pancaran keTuhanan, tetapi masih belum dalam taraf sifat sifat Allah, tetapi hal ini bukan berarti tidak mungkin untuk dicapai dalam proses berdzikir dan berfikir untuk pelenyapan diri dalam kekuatan dan kekuasaan Allah.
Atagfirullah......
Kiriman 15
Anda membalas kiriman Arifpada 08 Juli 2009 jam 12:34
@ Buat Bung Arif :
Daru dasar pemikiran anda inilah kira-kira 15 tahun yang lalu saya melakukan perjalanan ritual untuk mencari Allah... cobalah anda lanjutkan tulisan ANDA biar sebuah tabir hakikat pikiran ,dzikir, Tuhan, Allah... hingga korelasinya dengan Dzakar.... hingga terlahirnya manusia .......terungkap dalam konsep ini, sehingga konsep ini aku tulis sebenarnya untuk mengimbangi konsep tasawuf yang berlandaskan berfikir yang disponsori toko pengagum plato, tetapi yang masih jauh dari ketulusan dan keikhlasan karena Allah, karena didalamnya masih ada unsur materialisme atau kekuntungan dunia dan diri sendiri. Subhanallah.....
Daru dasar pemikiran anda inilah kira-kira 15 tahun yang lalu saya melakukan perjalanan ritual untuk mencari Allah... cobalah anda lanjutkan tulisan ANDA biar sebuah tabir hakikat pikiran ,dzikir, Tuhan, Allah... hingga korelasinya dengan Dzakar.... hingga terlahirnya manusia .......terungkap dalam konsep ini, sehingga konsep ini aku tulis sebenarnya untuk mengimbangi konsep tasawuf yang berlandaskan berfikir yang disponsori toko pengagum plato, tetapi yang masih jauh dari ketulusan dan keikhlasan karena Allah, karena didalamnya masih ada unsur materialisme atau kekuntungan dunia dan diri sendiri. Subhanallah.....
Kiriman 16
1 balasan
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Andapada 08 Juli 2009 jam 14:09
Post #1
M Imron Pribadi:
Terima kasih. Saya dapat memahami dengan apa yang mas imron sampaikan.
Pertama:
Saya ingin sedikit menyampaikan kalau filsafat emanasi itu sudah berabad-abad lalu adanya. Di antara tokohnya adalah al-farabi, pada masa kekhilafahan Daulah Abbasiyah kalau tidak salah ingat. Bahkan banyak yang berpendapat filsafat itu adalah terpengaruh platonisme Yunani. Sekitar bebebrapa abad sebelum tahun Masehi.
Kedua:
Terkait yang saudara tulis:
"Berdzikir kepadaNya berarti bahwa kita telah berfikir dengan hebat secara totalitas tentang Dia, SifatNya, DzatNya, kebesaranNya, firmanNya, nama-namaNya juga segala sesuatu tentang Dia. Maka diri kita akan seperti tidak ada karena AdaNya Dia didalam pikiranku, batinku, hatiku, jiwa ragaku dan kalian semua".
__________________________________________________________________
Berfikir dan berdzikir 2 hal yang berbeda. Setahu saya berfikir menghasilkan pengertahuan dan berdzikir menghasilkan keyakinan. Saya setuju bahwa kita tidak boleh sekedar tahu, tapi juga meyakini. Bahkan bukan hanya meyakini, tapi juga mengikrarkannya.
Persoalannya adalah apakah yang kita yakini tersebut adalah pengetahuan yang benar? Kalu pengetahuan tersebut salah, berarti kita telah meyakini sesuatu yang salah.
Untuk menyelesaikan persoalan tersebut,kita harus menjawab pertanyaan darimanakah kita dapat memperoleh pengetahuan yang benar?
Karenanya, mari kita pisah dahulu antara berfikir dan berzikir agar tidak terjebak "meyakini" suatu pengetahuan yang salah.
______________________________________________________________
Saya juga pernah beberapa tahun, memperbanyak dzikir dan pikir sekaligus akan kebesaran Allah ta'ala setiap saat. Saya termotivasi untuk menjaga setiap tarikan napas dari dzikrullah. Pengalaman-pengalaman batin Insyaallah saya pernah mengalaminya.
Setahu saya hal itu tidak terkait pengetahuan tentang Allah ta'ala. Pengalaman seperti itu tidak mengajarkan kita bahwa Allah itu mukhaalafatu lil hawaadtsi (berbeda dengan makhluk) dengan detail.
Saya juga pernah bertemu seseorang yang salah satu muridnya, katanya menjadi anak angkat nyi ratu roro kidul sebab membacakan fatekah kepadanya sebanyak 10 ribu kali.
Setelah saya belajar, saya tahu bahwa seperti itu adalah fenomena yang biasa saja.
Saya mengilustrasikan bahwa siapa pun yang berdzikir dengan totalitas insyaallah akan berada di antara dunia sadar dan tidak sadar (fana'). Di saat seperti itulah dia berada di "alam rimba" yang liar dan syetan bermain untuk menjatuhkan manusia yang hendak taqarrub kepada Allah menjadi hina, jatuh kepada kekafiran yang tidak termaafkan sebagaimana disebutkan dalam Alquran.
Karena itu, mari kita sudahi cara-cara seperti ini dan belajar dari para ulama yang oleh Nabi Muhammad disebut sebagai pewaris ilmunya para Nabi. Jika hendak tetap menekuni dzikir, mari belajar dari guru-guru tarekat yang benar seperti qadiriyah, naqsabandiyah, dan rifa'iyah.
Wallaahu a'lam bi showaab.
M Imron Pribadi:
Terima kasih. Saya dapat memahami dengan apa yang mas imron sampaikan.
Pertama:
Saya ingin sedikit menyampaikan kalau filsafat emanasi itu sudah berabad-abad lalu adanya. Di antara tokohnya adalah al-farabi, pada masa kekhilafahan Daulah Abbasiyah kalau tidak salah ingat. Bahkan banyak yang berpendapat filsafat itu adalah terpengaruh platonisme Yunani. Sekitar bebebrapa abad sebelum tahun Masehi.
Kedua:
Terkait yang saudara tulis:
"Berdzikir kepadaNya berarti bahwa kita telah berfikir dengan hebat secara totalitas tentang Dia, SifatNya, DzatNya, kebesaranNya, firmanNya, nama-namaNya juga segala sesuatu tentang Dia. Maka diri kita akan seperti tidak ada karena AdaNya Dia didalam pikiranku, batinku, hatiku, jiwa ragaku dan kalian semua".
__________________________________________________________________
Berfikir dan berdzikir 2 hal yang berbeda. Setahu saya berfikir menghasilkan pengertahuan dan berdzikir menghasilkan keyakinan. Saya setuju bahwa kita tidak boleh sekedar tahu, tapi juga meyakini. Bahkan bukan hanya meyakini, tapi juga mengikrarkannya.
Persoalannya adalah apakah yang kita yakini tersebut adalah pengetahuan yang benar? Kalu pengetahuan tersebut salah, berarti kita telah meyakini sesuatu yang salah.
Untuk menyelesaikan persoalan tersebut,kita harus menjawab pertanyaan darimanakah kita dapat memperoleh pengetahuan yang benar?
Karenanya, mari kita pisah dahulu antara berfikir dan berzikir agar tidak terjebak "meyakini" suatu pengetahuan yang salah.
______________________________________________________________
Saya juga pernah beberapa tahun, memperbanyak dzikir dan pikir sekaligus akan kebesaran Allah ta'ala setiap saat. Saya termotivasi untuk menjaga setiap tarikan napas dari dzikrullah. Pengalaman-pengalaman batin Insyaallah saya pernah mengalaminya.
Setahu saya hal itu tidak terkait pengetahuan tentang Allah ta'ala. Pengalaman seperti itu tidak mengajarkan kita bahwa Allah itu mukhaalafatu lil hawaadtsi (berbeda dengan makhluk) dengan detail.
Saya juga pernah bertemu seseorang yang salah satu muridnya, katanya menjadi anak angkat nyi ratu roro kidul sebab membacakan fatekah kepadanya sebanyak 10 ribu kali.
Setelah saya belajar, saya tahu bahwa seperti itu adalah fenomena yang biasa saja.
Saya mengilustrasikan bahwa siapa pun yang berdzikir dengan totalitas insyaallah akan berada di antara dunia sadar dan tidak sadar (fana'). Di saat seperti itulah dia berada di "alam rimba" yang liar dan syetan bermain untuk menjatuhkan manusia yang hendak taqarrub kepada Allah menjadi hina, jatuh kepada kekafiran yang tidak termaafkan sebagaimana disebutkan dalam Alquran.
Karena itu, mari kita sudahi cara-cara seperti ini dan belajar dari para ulama yang oleh Nabi Muhammad disebut sebagai pewaris ilmunya para Nabi. Jika hendak tetap menekuni dzikir, mari belajar dari guru-guru tarekat yang benar seperti qadiriyah, naqsabandiyah, dan rifa'iyah.
Wallaahu a'lam bi showaab.
Kiriman 17
1 balasan
Candiki Repantu membalas kiriman Ahmadpada 08 Juli 2009 jam 14:19
@ Salam Mas Ahmad Nur Kholid ........
Sebenarnya, Saya tdk ingin menarik pembicaraan kita kearah filsafat dan tasawuf yg rumit. Karenanya, memikirkan Tuhan dlm setiap saat tergantung pd kemampuan masing-masing. Tapi sy akan tanggapi pertanyaan anda dlm diskusi yg sederhana ini :
Benar bahwa dlm pembahasan mantiq/logika dikenal istilah tshawwur (gambaran) dan tashdiqi (pembenaran). tetapi perlu diketahui bahwa tshawwur (gambaran) tdk selamanya berhubungan gn bentuk-bentuk material yg terikat dlm tiga dimensi (panjang, lebar, tinggi), karena akal mampu melakukan tajrid (abstraksi) yg melepaskan bentuk-bentuk material dan menemukan hakikat keberadaan. Contohnya : Ilmu, bagaimana bentuk ilmu? tidak ada yg tahu bentuk ilmu itu bagaimana, tetapi semua kita memiliki gambaran (pengetahuan) tentang ilmu itu.
Begitu pula dgn "wujud" (ADA). Wujud secara mutlak tdk memiliki bentuk apapun, karena wujud tdk memiliki batasan. karena wujud mutlak bukanlah material, dan wujud mutlak itu tdk pernah didapat melalui inderawi.
Contoh lainnya, manusia. Secara universal anda tdk pernah mengetahui bagaimana bentuk "manusia" karena semua manusia yg ada diluaran bersifat individual seperti Saya, Mas Kholid, Budi, Ucok, dll. Kita menyebut semuanya sebagai manusia, walaupun bentuk fisiknya berbeda-beda. Kenapa, karena kemanusiaan bukanlah pd bentuk fisiknya tetapi pd sesuatu yg lain, yaitu pd kerasionalannya.
Karena itu, kalau dikatakan "pikirkan" manusia, mk kita memikirkan diri kita atau individu lainnya. dari sini selanjutnya akal akan melakukan koreksi bahwa individu2 itu adalah contoh luaran manusia, maka hapuskanlah batasan2 nya utk menemukan hakikat kemanusiaan yg universal.
Jadi, sederhannaya berpikir ttg Tuhan adalah melakukan abstraksi utk mendapatkan karakteristik ketuhanan dalam kesempurnaan-Nya. bagi kita saat salat "Pikirkanlah Tuhan" sesuai kemampuan masing2, tapi kemudian tegaskan bahwa batasan apapun yg kita buat tdk mungkin menggapai hakikat asli Tuhan. Inilah yg disebut "penetapan" dan "Penolakan". Semoga bermanfaat....
wallahu a'lam
Sebenarnya, Saya tdk ingin menarik pembicaraan kita kearah filsafat dan tasawuf yg rumit. Karenanya, memikirkan Tuhan dlm setiap saat tergantung pd kemampuan masing-masing. Tapi sy akan tanggapi pertanyaan anda dlm diskusi yg sederhana ini :
Benar bahwa dlm pembahasan mantiq/logika dikenal istilah tshawwur (gambaran) dan tashdiqi (pembenaran). tetapi perlu diketahui bahwa tshawwur (gambaran) tdk selamanya berhubungan gn bentuk-bentuk material yg terikat dlm tiga dimensi (panjang, lebar, tinggi), karena akal mampu melakukan tajrid (abstraksi) yg melepaskan bentuk-bentuk material dan menemukan hakikat keberadaan. Contohnya : Ilmu, bagaimana bentuk ilmu? tidak ada yg tahu bentuk ilmu itu bagaimana, tetapi semua kita memiliki gambaran (pengetahuan) tentang ilmu itu.
Begitu pula dgn "wujud" (ADA). Wujud secara mutlak tdk memiliki bentuk apapun, karena wujud tdk memiliki batasan. karena wujud mutlak bukanlah material, dan wujud mutlak itu tdk pernah didapat melalui inderawi.
Contoh lainnya, manusia. Secara universal anda tdk pernah mengetahui bagaimana bentuk "manusia" karena semua manusia yg ada diluaran bersifat individual seperti Saya, Mas Kholid, Budi, Ucok, dll. Kita menyebut semuanya sebagai manusia, walaupun bentuk fisiknya berbeda-beda. Kenapa, karena kemanusiaan bukanlah pd bentuk fisiknya tetapi pd sesuatu yg lain, yaitu pd kerasionalannya.
Karena itu, kalau dikatakan "pikirkan" manusia, mk kita memikirkan diri kita atau individu lainnya. dari sini selanjutnya akal akan melakukan koreksi bahwa individu2 itu adalah contoh luaran manusia, maka hapuskanlah batasan2 nya utk menemukan hakikat kemanusiaan yg universal.
Jadi, sederhannaya berpikir ttg Tuhan adalah melakukan abstraksi utk mendapatkan karakteristik ketuhanan dalam kesempurnaan-Nya. bagi kita saat salat "Pikirkanlah Tuhan" sesuai kemampuan masing2, tapi kemudian tegaskan bahwa batasan apapun yg kita buat tdk mungkin menggapai hakikat asli Tuhan. Inilah yg disebut "penetapan" dan "Penolakan". Semoga bermanfaat....
wallahu a'lam
Kiriman 18
1 balasan
Ahmad Nur Kholid membalas kiriman Candikipada 17 Juli 2009 jam 21:27
Post #1
Candiki Repantu:
Pertama:
Saya berusaha memahami apa yang saudara sampaikan. Mungkin sebaiknya kita menelusurinya.
Seingat saya klasifikasinya begini. Kata “dari sudut isinya” terdapat kata-kata:
1) Abstrak dan konkrit. Kata abstrak yaitu yang menunjukkan suatu bentuk atau sifat tanpa bendanya seperti kata keindahan. Dan kata konkrit yaitu kata yang menunjukkan suatu benda dengan bentuk atau sifatnya seperti manusia.
2) Kolektif dan individual. Kata kolektif yang menunjukkan kelompok seperti kata tentara. Dan kata individual menunjukkan suatu individu saja seperti Maman (nama seorang tentara).
3) Sederhana dan jamak. Sederhana yaitu terdiri dari satu ciri saja misalnya kata “ada” yang tidak dapat diurai lagi. Dan jamak yaitu yang terdiri dari beberapa atau banyak ciri seperti manusia yang dapat diurai menjadi “makhluk” dan “berbudi”.
Dalam klasifikasi ini memang betul akal dapat memberikan konsepsi pada kata abstrak. Tetapi disinilah kita harus mempertanyakan apakah bantahan saudara tersebut hendak mengatakan jika Allah ta’ala adalah konsep yang abstrak seperti halnya abstraksi konsep “keindahan”? sehingga saudara mencukupkan diri dengan imajinasi dan khayalan (abstraksi) yang anda lakukan tanpa ada sumbernya.
Demikian juga sebaliknya, jika saudara berkeyakinan Allah bukan semata-mata konsep abstrak, berarti saudara sebenarnya memerlukan “sumber” informasi yang menjelaskan tentang-Nya.
Kedua:
Tentang teori yang anda sebut penetapan dan penolakan. Dengan penjelasan yang anda berikan: “Pikirkanlah Tuhan" sesuai kemampuan masing2, tapi kemudian tegaskan bahwa batasan apapun yg kita buat tdk mungkin menggapai hakikat asli Tuhan”.
Maka, pemahaman saya adalah sebagai berikut:
1) Pernyataan ini dapat mengandung pengertian “mari kita menetapkan suatu imajinasi (abstraksi) yang kita tolak sebab tidak sesuai fakta. Artinya mengajak menetapkan keyakinan yang sudah anda ketahui salahnya.
2) Pernyataan ini juga mirip argumentasinya kaum wahabi yang menyatakan bahwa Allah memiliki tangan, tetapi tangannya berbeda dengan makhluk. Pengertian pernyataan wahabi ini sebagai berikut: jika tangan manusia memiliki lima buah jari, jari Allah dapat kurang atau lebih dari lima dengan ukuran yang dapat lebih besar atau lebih kecil dari ukuran tangan manusia.
Meskipun dikatakan demikian, tetap saja dia mengatakan Allah dan makhluknya sama-sama memiliki tangan. Dengan demikian ia telah menyerupakan Allah dengan makhluknya. Artinya dia menentang penjelasan Alquran “laitsa kamitslihi syaiun”.
Wallaahu a’lam bi showaab
Candiki Repantu:
Pertama:
Saya berusaha memahami apa yang saudara sampaikan. Mungkin sebaiknya kita menelusurinya.
Seingat saya klasifikasinya begini. Kata “dari sudut isinya” terdapat kata-kata:
1) Abstrak dan konkrit. Kata abstrak yaitu yang menunjukkan suatu bentuk atau sifat tanpa bendanya seperti kata keindahan. Dan kata konkrit yaitu kata yang menunjukkan suatu benda dengan bentuk atau sifatnya seperti manusia.
2) Kolektif dan individual. Kata kolektif yang menunjukkan kelompok seperti kata tentara. Dan kata individual menunjukkan suatu individu saja seperti Maman (nama seorang tentara).
3) Sederhana dan jamak. Sederhana yaitu terdiri dari satu ciri saja misalnya kata “ada” yang tidak dapat diurai lagi. Dan jamak yaitu yang terdiri dari beberapa atau banyak ciri seperti manusia yang dapat diurai menjadi “makhluk” dan “berbudi”.
Dalam klasifikasi ini memang betul akal dapat memberikan konsepsi pada kata abstrak. Tetapi disinilah kita harus mempertanyakan apakah bantahan saudara tersebut hendak mengatakan jika Allah ta’ala adalah konsep yang abstrak seperti halnya abstraksi konsep “keindahan”? sehingga saudara mencukupkan diri dengan imajinasi dan khayalan (abstraksi) yang anda lakukan tanpa ada sumbernya.
Demikian juga sebaliknya, jika saudara berkeyakinan Allah bukan semata-mata konsep abstrak, berarti saudara sebenarnya memerlukan “sumber” informasi yang menjelaskan tentang-Nya.
Kedua:
Tentang teori yang anda sebut penetapan dan penolakan. Dengan penjelasan yang anda berikan: “Pikirkanlah Tuhan" sesuai kemampuan masing2, tapi kemudian tegaskan bahwa batasan apapun yg kita buat tdk mungkin menggapai hakikat asli Tuhan”.
Maka, pemahaman saya adalah sebagai berikut:
1) Pernyataan ini dapat mengandung pengertian “mari kita menetapkan suatu imajinasi (abstraksi) yang kita tolak sebab tidak sesuai fakta. Artinya mengajak menetapkan keyakinan yang sudah anda ketahui salahnya.
2) Pernyataan ini juga mirip argumentasinya kaum wahabi yang menyatakan bahwa Allah memiliki tangan, tetapi tangannya berbeda dengan makhluk. Pengertian pernyataan wahabi ini sebagai berikut: jika tangan manusia memiliki lima buah jari, jari Allah dapat kurang atau lebih dari lima dengan ukuran yang dapat lebih besar atau lebih kecil dari ukuran tangan manusia.
Meskipun dikatakan demikian, tetap saja dia mengatakan Allah dan makhluknya sama-sama memiliki tangan. Dengan demikian ia telah menyerupakan Allah dengan makhluknya. Artinya dia menentang penjelasan Alquran “laitsa kamitslihi syaiun”.
Wallaahu a’lam bi showaab
Kiriman 19
Candiki Repantu membalas kiriman Ahmadpada 18 Juli 2009 jam 17:52
#Salam mas Ahmad.....
Terima kasih atas tanggapannya.....
Nampaknya Mas Ahmad mulai memahami beberapa fungsi akal...meskipun belum tepat benar memahami maksud saya...Mudah2 an penjelasan ini lebih konkrit
1). Konsep ketuhanan yg "abstrak" menurut saya bukan menyamakan dgn konsep keindahan seperti anda gambarkan, bahwa Dia hanya merupakan sifat tanpa ada objek yg disipati. Istilah "abstrak" yg sya maksud adalah kemutlakan non materialnya wujud Tuhan, karena Dia non material mutlak,maka Dia tdk berbentuk...dan tdk memiliki sifat2 material apapun.
Sy ingin memudahkan mas Ahmad utk memahami, bahwa konsepsi (pengetahuan) manusia ttg ketuhanan bisa dilepaskan dari karakter2 material dan menemukan hakikat keberadan tanpa batasan. Inilah wujud Tuhan.
"Sumber informasi" pikiran kita adalah hakikat keberadaan (wujud) yg dipahami oleh akal. Hakikat keberadaan ini adalah eksternal (nyata diluaran) sedangkan konsepsinya (pengetahuan ttg-NYa) bersifat internal (adadi akalmanusia); kesesuaian konsepsi dgn objek eksternal inilah kebenaran. Jadi bukan khayalan/angan2 seperti yg anda istilahkan.
2). Soal menetapkan kesucian Tuhan yg berbeda dgn apapun (laisa kamitslihi sai'in) saya sepakat. Hanya saja Anda juga keliru memahami "soal penetapan dan penolakan". Dlm pembahasan akidah hal ini sering kita lakukan. Ingat sifat 20 yg sering anda bawa, sifat ini berisa penetapan (tsubutiyah) dan penolakan (salbiyah). Misalnya : Saat anda menyatakan Tuhan Maha Hidup (penetapan), maka anda juga menegaskan bahwa Dia mustahil mati (penolakan).
Kemudian, konsep ini kita kembangkan,utk memudahkan manusia (sesuai kemampuanya) menggambarkan ketuhanan. Supaya lebih jeas saya kasih contoh salat.
Pada saat salat kita menyebut "Allahu Akbar", yg berarti menetapkan "Kebesaran Tuhan, dan menolak "pengecilan TUhan". Karena umumnya kita sering menggambarkan sesuatu yg besar secara ukuran, maka jika muncul gambaran "kebesaran ukuran" itu dlm pikiran kita, sebaiknya dgn cepat kita harus menepisnya (menolaknya), bahwa semua ukuran pada dasarnya kecil dan tdk bisa menjangkau kebesaran ilahi.
Makanya saya bertanyaMas Ahmad waktu Salat mikirin apa?Tuhan atau selain TUhan. Kalau mikirin TUhan, bagaimana mikirin TUhannya.Kalau tdkmikirin Tuhan,berarti sedang mengkhayal yg lainnya dlm salat.
Itulah, maka saya katakan berbuatlah sesuai kemampuan. Mungkin saja salat kita sama dari sisi geraknya dgn salat Nabi saaw,tapi saya yakin pasti berbeda dari sisi memaknainya. Dlm salah satu hadits terkenal dikatakan "Beribadahlah kamu seolah2 melihat TUhan, jika tdk mampu yakinlah bhw Tuhan melihat kamu".
wallahu a'lam
Terima kasih atas tanggapannya.....
Nampaknya Mas Ahmad mulai memahami beberapa fungsi akal...meskipun belum tepat benar memahami maksud saya...Mudah2 an penjelasan ini lebih konkrit
1). Konsep ketuhanan yg "abstrak" menurut saya bukan menyamakan dgn konsep keindahan seperti anda gambarkan, bahwa Dia hanya merupakan sifat tanpa ada objek yg disipati. Istilah "abstrak" yg sya maksud adalah kemutlakan non materialnya wujud Tuhan, karena Dia non material mutlak,maka Dia tdk berbentuk...dan tdk memiliki sifat2 material apapun.
Sy ingin memudahkan mas Ahmad utk memahami, bahwa konsepsi (pengetahuan) manusia ttg ketuhanan bisa dilepaskan dari karakter2 material dan menemukan hakikat keberadan tanpa batasan. Inilah wujud Tuhan.
"Sumber informasi" pikiran kita adalah hakikat keberadaan (wujud) yg dipahami oleh akal. Hakikat keberadaan ini adalah eksternal (nyata diluaran) sedangkan konsepsinya (pengetahuan ttg-NYa) bersifat internal (adadi akalmanusia); kesesuaian konsepsi dgn objek eksternal inilah kebenaran. Jadi bukan khayalan/angan2 seperti yg anda istilahkan.
2). Soal menetapkan kesucian Tuhan yg berbeda dgn apapun (laisa kamitslihi sai'in) saya sepakat. Hanya saja Anda juga keliru memahami "soal penetapan dan penolakan". Dlm pembahasan akidah hal ini sering kita lakukan. Ingat sifat 20 yg sering anda bawa, sifat ini berisa penetapan (tsubutiyah) dan penolakan (salbiyah). Misalnya : Saat anda menyatakan Tuhan Maha Hidup (penetapan), maka anda juga menegaskan bahwa Dia mustahil mati (penolakan).
Kemudian, konsep ini kita kembangkan,utk memudahkan manusia (sesuai kemampuanya) menggambarkan ketuhanan. Supaya lebih jeas saya kasih contoh salat.
Pada saat salat kita menyebut "Allahu Akbar", yg berarti menetapkan "Kebesaran Tuhan, dan menolak "pengecilan TUhan". Karena umumnya kita sering menggambarkan sesuatu yg besar secara ukuran, maka jika muncul gambaran "kebesaran ukuran" itu dlm pikiran kita, sebaiknya dgn cepat kita harus menepisnya (menolaknya), bahwa semua ukuran pada dasarnya kecil dan tdk bisa menjangkau kebesaran ilahi.
Makanya saya bertanyaMas Ahmad waktu Salat mikirin apa?Tuhan atau selain TUhan. Kalau mikirin TUhan, bagaimana mikirin TUhannya.Kalau tdkmikirin Tuhan,berarti sedang mengkhayal yg lainnya dlm salat.
Itulah, maka saya katakan berbuatlah sesuai kemampuan. Mungkin saja salat kita sama dari sisi geraknya dgn salat Nabi saaw,tapi saya yakin pasti berbeda dari sisi memaknainya. Dlm salah satu hadits terkenal dikatakan "Beribadahlah kamu seolah2 melihat TUhan, jika tdk mampu yakinlah bhw Tuhan melihat kamu".
wallahu a'lam
Kiriman 20
Anda membalas kiriman Ahmadpada 18 Juli 2009 jam 21:13
@ Mas Ahmad Nur Kholid :
Memang benar berfikir melahirkan pengetahuan, sedang berdzikir melahirkan keyakinan. Hal ini sangat benar sekali, bahwa pada hakekatnya berdzikir itu adalah proses mengingat Allah, untuk mengingat yang paling baik pada awalnya adalah menggunakan pikiran. Maka pada saat berdzikir diawalnya yang lebih baik adalah sambil berfikir sesuautu yang benar tentang Allah. Kalau kita sudah dapat pengetahuan yang benar tentang Allah maka selanjutnya kita dalam proses berdzikir membuang seluruh pengetahuan tentang persepsi Allah yang ada dalam pikiran, hati dan jiwa kita.
Untuk selanjutnya kita akan mengisi dalam diri kita, hati kita dan jiwa kita dengan dzikir dan Allah dalam bentuk bukan persepsi lagi tetapi dalam bentuk Allah yang sebenarnya yang tidak dapat digambarkan dalam tulisan ini.
Allah yang sebenarnya adalah hadirnya titik cahaya dalam hati kita yang selalu damai, sejahtera, senang bahagia yang tidak ternilai dan tidak berbentuk dan terbentuk oleh adanya materi, tetapi sebuah keyainan dan rasa yang damai.
Inilah expresi Allah dalam hati kita. Ini berarti bukan wujud Allah tetapi masih dalam makna dzikir yang mampu menghadirkan Allah dalam hati kita setelah kita membuang persepsi Allah...... dalam artian membuang ilmu tasawuf kita dan diganti dengan hakekat hadirnya Allah....
Memang benar berfikir melahirkan pengetahuan, sedang berdzikir melahirkan keyakinan. Hal ini sangat benar sekali, bahwa pada hakekatnya berdzikir itu adalah proses mengingat Allah, untuk mengingat yang paling baik pada awalnya adalah menggunakan pikiran. Maka pada saat berdzikir diawalnya yang lebih baik adalah sambil berfikir sesuautu yang benar tentang Allah. Kalau kita sudah dapat pengetahuan yang benar tentang Allah maka selanjutnya kita dalam proses berdzikir membuang seluruh pengetahuan tentang persepsi Allah yang ada dalam pikiran, hati dan jiwa kita.
Untuk selanjutnya kita akan mengisi dalam diri kita, hati kita dan jiwa kita dengan dzikir dan Allah dalam bentuk bukan persepsi lagi tetapi dalam bentuk Allah yang sebenarnya yang tidak dapat digambarkan dalam tulisan ini.
Allah yang sebenarnya adalah hadirnya titik cahaya dalam hati kita yang selalu damai, sejahtera, senang bahagia yang tidak ternilai dan tidak berbentuk dan terbentuk oleh adanya materi, tetapi sebuah keyainan dan rasa yang damai.
Inilah expresi Allah dalam hati kita. Ini berarti bukan wujud Allah tetapi masih dalam makna dzikir yang mampu menghadirkan Allah dalam hati kita setelah kita membuang persepsi Allah...... dalam artian membuang ilmu tasawuf kita dan diganti dengan hakekat hadirnya Allah....
Kiriman 21
3 balasan
Agus Sunyoto menulispada 18 Juli 2009 jam 23:36
Diskusi ttg Tuhan yg terjadi di antara intelektual didikan sekolah sungguh menarik. Namun ada hal yg penting untuk difahami, bahwa pengetahuan di dalam ilmu tasawuf tdk sama dgn pengetahuan dalam disiplin lain, krn dasar pijakannya yg berbeda. Tasawuf berpijak pada pengetahuan rasa (zauq) yg terletak di qalbu.
Dgn pijakan zauq, maka dalam laku suluk pantang salik bertanya ini dan itu kpd guru pembimbingnya krn bertanya adalah ciri ilmu akal. Pelajaran suluk yg menggunakan zauq yg intuitif itulah yg sulit difahami dan dimengerti oleh intelektual didikan sekolah yg selalu menggunakan ilmu akal. Sepengetahuan saya, selama proses suluk di mana murid menuju Al-Muriid tdk ada diskusi apa pun karena sang murid mengarahkan kiblat hati kpd Al-Muriid dengan terlebih dulu berjuang keras mengosongkan pikiran dari asumsi-2, konsep-2, kilasan-2 kenangan, arketipe, dan semua hal yang bukan DIA.
Pengetahuan ruhani yg disebut Ilmu Qalbu, Kaweruh, Jnana, Irfan dewasa ini memang sudah nyaris tak dikenal oleh kita yg sejak kecil dididik di sekolah dengan ilmu akal yg positivis. Itu sebabnya, dewasa ini berkembang aliran baru yg disebut Tasawuf Modern yg berpijak pada akal positivis. Di situ Tuhan didefinisikan secara filosofis dengan asumsi-2 yg potensial memancing kebesaran dan kemuliaan diri sendiri dalam bentuk penyakit qalbu yg disebut riya', 'ujub, kibr.
Dengan urun rembug secuil ini, saya berharap teman-2 untuk mulai menggali dan mempelajari lagi pengetahuan tasawuf yg berpijak pada zauq dalam rangka mengenal Al-Khaliq. Untuk itu, mari kita mulai berlatih diam. diam. diam. meresapi dan menghayati kehadiran-Nya. menghayati dan meresapi. bukan merenungkan dan mendefinisikan-Nya dgn akal.
Mohon maaf jika tdk berkenan. Salam.
Dgn pijakan zauq, maka dalam laku suluk pantang salik bertanya ini dan itu kpd guru pembimbingnya krn bertanya adalah ciri ilmu akal. Pelajaran suluk yg menggunakan zauq yg intuitif itulah yg sulit difahami dan dimengerti oleh intelektual didikan sekolah yg selalu menggunakan ilmu akal. Sepengetahuan saya, selama proses suluk di mana murid menuju Al-Muriid tdk ada diskusi apa pun karena sang murid mengarahkan kiblat hati kpd Al-Muriid dengan terlebih dulu berjuang keras mengosongkan pikiran dari asumsi-2, konsep-2, kilasan-2 kenangan, arketipe, dan semua hal yang bukan DIA.
Pengetahuan ruhani yg disebut Ilmu Qalbu, Kaweruh, Jnana, Irfan dewasa ini memang sudah nyaris tak dikenal oleh kita yg sejak kecil dididik di sekolah dengan ilmu akal yg positivis. Itu sebabnya, dewasa ini berkembang aliran baru yg disebut Tasawuf Modern yg berpijak pada akal positivis. Di situ Tuhan didefinisikan secara filosofis dengan asumsi-2 yg potensial memancing kebesaran dan kemuliaan diri sendiri dalam bentuk penyakit qalbu yg disebut riya', 'ujub, kibr.
Dengan urun rembug secuil ini, saya berharap teman-2 untuk mulai menggali dan mempelajari lagi pengetahuan tasawuf yg berpijak pada zauq dalam rangka mengenal Al-Khaliq. Untuk itu, mari kita mulai berlatih diam. diam. diam. meresapi dan menghayati kehadiran-Nya. menghayati dan meresapi. bukan merenungkan dan mendefinisikan-Nya dgn akal.
Mohon maaf jika tdk berkenan. Salam.
Kiriman 22
Dian Novriadi membalas kiriman Aguspada 20 Juli 2009 jam 19:32
trims atas saran dan komentarnya ,semoga bermanfaat buat saya dan kita semua.amin
Kiriman 23
Anda membalas kiriman Aguspada 20 Juli 2009 jam 23:58
@ Bung Ustad Agus Sunyoto :
Wah... sebuah saran yang sangat bijak seperti WISDOMyang sedang berjalan diantara kegelapan.
Wejangan yang cukup bermanfaat dan berbobot, memang belakangan ini muncul aliran tasawuf modern yang berkiblat pada kekuatan akal, salah satunya mungkin aku yang mempelajarinya dan menekuninya, hingga aku menemukan sebuah pemikiran TUHAN ITU TERCIPTA DARI KEKUATAN PIIRANNYA, tapi dalam hal ini aku belum berani menulikan dan memastikan secara pasti ALLAH ITU TERCIPTA DARI KEKUATAN PIKIRANNYA. disinilah bedanya....
Fenomena munculnya tasawuf modern salah satu indikatornya adalah lahirnya doktrin fiqh materialistis yaitu suatu doktrin dan proses pembelajaran ilmu syariat yang penuh dengan kepentingan dan syarat materialistis sehingga melahirkan ustad-ustad dan para dai yang menggunakannya sebagai profesi sehingga munculllah dai selebritis.
Fenomena ini salah satu indikasi penyebab munculnya fenomena tasawuf modern yang cenderung mengarah ke semakin materialistis dan bersifat logika.
Tasawuf modern yang bertumpu pada kekuatan logika pada hakekatnya merupakan konspirasi pemikiran instan untuk mengimbangi prilaku fenomena sosial yang semakin berkiblat pada materialistis, tetapi pada hakekatnya menurut saya hal ini merupakan syariatnya tasawuf untuk para suluk modern yang dalam perjalanannya hidup dengan tantangan dunia modern. Hal ini memang mengalami kemunduran hakekat para suluk sebagaimana pada jaman sahabat, dan tabiin. Memeng fenomena alam dan situasi yang membedakan.
Sehingga para suluk modern dalam mencapai fana didalam perjalanannya harus ada beberapa tahapan yang harus dirubah, yaitu pada saat memasuki titik dan masa transisi antara duka dan bahagia untuk menuju titik damai dari effek khusuk kita untuk menikmati dan menemerima hadirnya ketenangan dan kedamaian dari cahaya Allah yang menyinari hati kita hingga menggugah roh kita untuk dapat berkomunikasi dengan Allah. pada saat seperti inilah dalam doktrin tasawuf modern para mursyid yang beberapa kali saya temui dalam proses mengajarkan tidak memerintahkan esensi pengetahuan kita yang ada dalam hati, jiwa dan pribadi kita yang bersifat logika dan akal sehat seharusnya ini dibuang dan dilepas secara totalitas hingga diri kita mencapai fana, maka kita baru dapat menerima dan mengenal Allah yang sesungguhnya melalui perantaraan roh kita dengan Allah. dimana didahului oleh perkenalan diri kita pada roh kita sendiri yang berdiam diri didalam singgasana hati nurani kita.
Mohon maaf ini hanya salah satu jalan untuk mencapainya.... mungkin para mursyid sekalian memiliki cara yang berbeda pula. Subhanallah.....
Wah... sebuah saran yang sangat bijak seperti WISDOMyang sedang berjalan diantara kegelapan.
Wejangan yang cukup bermanfaat dan berbobot, memang belakangan ini muncul aliran tasawuf modern yang berkiblat pada kekuatan akal, salah satunya mungkin aku yang mempelajarinya dan menekuninya, hingga aku menemukan sebuah pemikiran TUHAN ITU TERCIPTA DARI KEKUATAN PIIRANNYA, tapi dalam hal ini aku belum berani menulikan dan memastikan secara pasti ALLAH ITU TERCIPTA DARI KEKUATAN PIKIRANNYA. disinilah bedanya....
Fenomena munculnya tasawuf modern salah satu indikatornya adalah lahirnya doktrin fiqh materialistis yaitu suatu doktrin dan proses pembelajaran ilmu syariat yang penuh dengan kepentingan dan syarat materialistis sehingga melahirkan ustad-ustad dan para dai yang menggunakannya sebagai profesi sehingga munculllah dai selebritis.
Fenomena ini salah satu indikasi penyebab munculnya fenomena tasawuf modern yang cenderung mengarah ke semakin materialistis dan bersifat logika.
Tasawuf modern yang bertumpu pada kekuatan logika pada hakekatnya merupakan konspirasi pemikiran instan untuk mengimbangi prilaku fenomena sosial yang semakin berkiblat pada materialistis, tetapi pada hakekatnya menurut saya hal ini merupakan syariatnya tasawuf untuk para suluk modern yang dalam perjalanannya hidup dengan tantangan dunia modern. Hal ini memang mengalami kemunduran hakekat para suluk sebagaimana pada jaman sahabat, dan tabiin. Memeng fenomena alam dan situasi yang membedakan.
Sehingga para suluk modern dalam mencapai fana didalam perjalanannya harus ada beberapa tahapan yang harus dirubah, yaitu pada saat memasuki titik dan masa transisi antara duka dan bahagia untuk menuju titik damai dari effek khusuk kita untuk menikmati dan menemerima hadirnya ketenangan dan kedamaian dari cahaya Allah yang menyinari hati kita hingga menggugah roh kita untuk dapat berkomunikasi dengan Allah. pada saat seperti inilah dalam doktrin tasawuf modern para mursyid yang beberapa kali saya temui dalam proses mengajarkan tidak memerintahkan esensi pengetahuan kita yang ada dalam hati, jiwa dan pribadi kita yang bersifat logika dan akal sehat seharusnya ini dibuang dan dilepas secara totalitas hingga diri kita mencapai fana, maka kita baru dapat menerima dan mengenal Allah yang sesungguhnya melalui perantaraan roh kita dengan Allah. dimana didahului oleh perkenalan diri kita pada roh kita sendiri yang berdiam diri didalam singgasana hati nurani kita.
Mohon maaf ini hanya salah satu jalan untuk mencapainya.... mungkin para mursyid sekalian memiliki cara yang berbeda pula. Subhanallah.....
Kiriman 24
2 balasan
Riza Izzati membalas kiriman Andapada 25 Juli 2009 jam 0:10
Mohon ma'af bila ada bahasa yg kurang tepat, karena ini hanya sekedardiskusi dan tidak ada niatan menyakiti/mencederai hati.
Waduh mas imron, bicara anda mengacau. Spertinya anda menciptakan tuhanmu sendiri, nanti lama2 ada tuhan si a dan si b, weleh2x...
mas imron->
Sekarang aku tahu dan percaya pada AdaNya Tuhan serta bahkan aku tahu Tuhanku Tercipta Dari Seluruh Totalitas Kekuatan Pikiran Tuhan Itu Sendiri. Karena...
MOHON DI JAWAB:
1.DASARNYA APA ANDA MENGATAKAN ITU?
2.SIAPA YANG MENGATAKAN BAHWA ALLOH ITU ADA.
Bila anda bisa menjawab ini, Insya Alloh anda tidak merancu lagu.
Mohon ma'af sekali lagi, karena ini hanya diskusi.
Waduh mas imron, bicara anda mengacau. Spertinya anda menciptakan tuhanmu sendiri, nanti lama2 ada tuhan si a dan si b, weleh2x...
mas imron->
Sekarang aku tahu dan percaya pada AdaNya Tuhan serta bahkan aku tahu Tuhanku Tercipta Dari Seluruh Totalitas Kekuatan Pikiran Tuhan Itu Sendiri. Karena...
MOHON DI JAWAB:
1.DASARNYA APA ANDA MENGATAKAN ITU?
2.SIAPA YANG MENGATAKAN BAHWA ALLOH ITU ADA.
Bila anda bisa menjawab ini, Insya Alloh anda tidak merancu lagu.
Mohon ma'af sekali lagi, karena ini hanya diskusi.
Kiriman 25
1 balasan
Anda membalas kiriman Rizapada 25 Juli 2009 jam 5:39
@Mas Riza Izzati... yang ganteng :
=============
Waduh mas imron, bicara anda mengacau. Spertinya anda menciptakan tuhanmu sendiri, nanti lama2 ada tuhan si a dan si b, weleh2x...
mas imron->
Sekarang aku tahu dan percaya pada AdaNya Tuhan serta bahkan aku tahu Tuhanku Tercipta Dari Seluruh Totalitas Kekuatan Pikiran Tuhan Itu Sendiri. Karena...
MOHON DI JAWAB:
1.DASARNYA APA ANDA MENGATAKAN ITU?
2.SIAPA YANG MENGATAKAN BAHWA ALLOH ITU ADA.
===============
Dasar saya mengatakan begitu adalah akal sehat dan pikiran yang menghasilkan sebuah realitas.....TUHAN... karena sudah kita ketahui bersama dengan logika kita bahwa tuhan itu kan mahluk? maka mahluk itu sesuatu yang dicipta, sesuatu yang dicipta itu diketahui kan karena adanya pikiran.
kalau ditanya siapa yang mengatakan Allah itu ada ya.... maka jawabannya mudah sekali.... yaitu TIDAK ADA yang mengatakan demikian, karena yang mengatakan itu mahluk. sedang ADANYA ALLAH itu harus dimulainya dari TIDAK ADANYA mahluk hingga terbuangnya seluruh persepsi tentang tuhan dan Allah hingga muncullah hakekat Allah yang sebenarnya didalam diri kita, maka pada saat inilah diri kita akan TIDAK MERANCU LAGU ... yaaaa... jelas karena yang merancu lagu itu manusia padahal allah bukan manusia
Bila anda bisa menjawab ini, Insya Alloh anda tidak merancu lagu.
=============
Waduh mas imron, bicara anda mengacau. Spertinya anda menciptakan tuhanmu sendiri, nanti lama2 ada tuhan si a dan si b, weleh2x...
mas imron->
Sekarang aku tahu dan percaya pada AdaNya Tuhan serta bahkan aku tahu Tuhanku Tercipta Dari Seluruh Totalitas Kekuatan Pikiran Tuhan Itu Sendiri. Karena...
MOHON DI JAWAB:
1.DASARNYA APA ANDA MENGATAKAN ITU?
2.SIAPA YANG MENGATAKAN BAHWA ALLOH ITU ADA.
===============
Dasar saya mengatakan begitu adalah akal sehat dan pikiran yang menghasilkan sebuah realitas.....TUHAN... karena sudah kita ketahui bersama dengan logika kita bahwa tuhan itu kan mahluk? maka mahluk itu sesuatu yang dicipta, sesuatu yang dicipta itu diketahui kan karena adanya pikiran.
kalau ditanya siapa yang mengatakan Allah itu ada ya.... maka jawabannya mudah sekali.... yaitu TIDAK ADA yang mengatakan demikian, karena yang mengatakan itu mahluk. sedang ADANYA ALLAH itu harus dimulainya dari TIDAK ADANYA mahluk hingga terbuangnya seluruh persepsi tentang tuhan dan Allah hingga muncullah hakekat Allah yang sebenarnya didalam diri kita, maka pada saat inilah diri kita akan TIDAK MERANCU LAGU ... yaaaa... jelas karena yang merancu lagu itu manusia padahal allah bukan manusia
Bila anda bisa menjawab ini, Insya Alloh anda tidak merancu lagu.
Kiriman 26
Anda membalas kiriman Rizapada 25 Juli 2009 jam 5:48
@Mas Riza Izzati :
==============
Mohon ma'af bila ada bahasa yg kurang tepat, karena ini hanya sekedardiskusi dan tidak ada niatan menyakiti/mencederai hati.
Waduh mas imron, bicara anda mengacau. Spertinya anda menciptakan tuhanmu sendiri, nanti lama2 ada tuhan si a dan si b, weleh2x...
===========
ya... memang saya dan manusia lain selalu menciptakan tuhanku sendiri, maka bukan lama-mala lagi ada tuhan si a dan si b, lagi.... weleh-weleh.... yaa..... memang sekarang sudah banyak tuhan si a dan tuhan si b...
ada tuhan yesus, tuhan bapak... tuhan anak,..dan lain-lain tuhan yang beraneka ragam.....
tetapi tidak pernah ada ALLAH yesus, ALLAH bapak... ALLAH tuhan anak dan lainnya......
hingga realitas tuhan dan allah itu tidak ada dalam pikiran kita, bahkaj pikiran kita itu juga tidak.... maka muncullah yang sebenarnya ALLAH... sebagai tuhan dan tuhan sebagai Allah
==============
Mohon ma'af bila ada bahasa yg kurang tepat, karena ini hanya sekedardiskusi dan tidak ada niatan menyakiti/mencederai hati.
Waduh mas imron, bicara anda mengacau. Spertinya anda menciptakan tuhanmu sendiri, nanti lama2 ada tuhan si a dan si b, weleh2x...
===========
ya... memang saya dan manusia lain selalu menciptakan tuhanku sendiri, maka bukan lama-mala lagi ada tuhan si a dan si b, lagi.... weleh-weleh.... yaa..... memang sekarang sudah banyak tuhan si a dan tuhan si b...
ada tuhan yesus, tuhan bapak... tuhan anak,..dan lain-lain tuhan yang beraneka ragam.....
tetapi tidak pernah ada ALLAH yesus, ALLAH bapak... ALLAH tuhan anak dan lainnya......
hingga realitas tuhan dan allah itu tidak ada dalam pikiran kita, bahkaj pikiran kita itu juga tidak.... maka muncullah yang sebenarnya ALLAH... sebagai tuhan dan tuhan sebagai Allah
Kiriman 27
Anda membalas kiriman Aguspada 25 Juli 2009 jam 5:54
yok.... setuju mas
Kiriman 28
1 balasan
Riza Izzati membalas kiriman Andapada 25 Juli 2009 jam 10:18
Wah mas Imron. Ma'af. Jawaban anda mencerminkan ketidak tahuan anda tentang ALloh (ma'af dan mungkin sbenarnya anda sudah tau).
Pertanyaan & jawabannya no. 1 & 2, TIDAK NYAMBUNG , karena mas Imron yang mengatakan.
Seharusnya DASAR & yg MENGATAKAN itu adalah ALLOH sendiri.
Pertanyaannya, "loh ko' bisa?", maka JAWABANNYA ada di MAKHROJ al Huruf.
Kalau anda faham rahasianya, tulisan mas Imron tidak merancu lagi.
Coba deh anda jawab , "KENAPA TUHAN KITA DINAMAKAN ALLOH ?"
Nah kalau anda bisa menjawab, Diskusi akan saya teruskan, karena mas Imron sudah faham/mengerti rahasia-rahasia dari suatu rahasia (makhroj al huruf), terima kasih.
Pertanyaan & jawabannya no. 1 & 2, TIDAK NYAMBUNG , karena mas Imron yang mengatakan.
Seharusnya DASAR & yg MENGATAKAN itu adalah ALLOH sendiri.
Pertanyaannya, "loh ko' bisa?", maka JAWABANNYA ada di MAKHROJ al Huruf.
Kalau anda faham rahasianya, tulisan mas Imron tidak merancu lagi.
Coba deh anda jawab , "KENAPA TUHAN KITA DINAMAKAN ALLOH ?"
Nah kalau anda bisa menjawab, Diskusi akan saya teruskan, karena mas Imron sudah faham/mengerti rahasia-rahasia dari suatu rahasia (makhroj al huruf), terima kasih.
Kiriman 29
2 balasan
Dada Kiri menulispada 25 Juli 2009 jam 11:42
@ Mas Imrom
Sekarang aku tahu dan percaya pada AdaNya Tuhan serta bahkan aku tahu
Tuhanku Tercipta Dari Seluruh Totalitas Kekuatan Pikiran Tuhan Itu Sendiri.
karena sudah kita ketahui bersama dengan logika kita bahwa tuhan itu kan mahluk? maka mahluk itu sesuatu yang dicipta, sesuatu yang dicipta itu diketahui kan karena adanya pikiran
===========
Maaf ya mas ..
Topiknya itu salah tulis ya mas ... atau emang mas Imron sedang mencoba membolak balikkan hati manusia (emangnya Allah yg membolak balikkan hati manusia )... hati2 korslet lo mas ehhhhh (emangnya listrik )... sudah byk lo yg ingin mencari Tuhan akhirnya korslet .....
"Tidak ada orang yang tahu Hal Raja melainkan Raja itu sendiri "
Sekarang aku tahu dan percaya pada AdaNya Tuhan serta bahkan aku tahu
Tuhanku Tercipta Dari Seluruh Totalitas Kekuatan Pikiran Tuhan Itu Sendiri.
karena sudah kita ketahui bersama dengan logika kita bahwa tuhan itu kan mahluk? maka mahluk itu sesuatu yang dicipta, sesuatu yang dicipta itu diketahui kan karena adanya pikiran
===========
Maaf ya mas ..
Topiknya itu salah tulis ya mas ... atau emang mas Imron sedang mencoba membolak balikkan hati manusia (emangnya Allah yg membolak balikkan hati manusia )... hati2 korslet lo mas ehhhhh (emangnya listrik )... sudah byk lo yg ingin mencari Tuhan akhirnya korslet .....
"Tidak ada orang yang tahu Hal Raja melainkan Raja itu sendiri "
Kiriman 30
1 balasan
Malaikat Zamaniyah menulispada 25 Juli 2009 jam 16:46
Untuk mengenal Allah kita pakai nur Allah. Karena di dalam nur muhamad ada nur ilahi walaupun itu setitik. setitik bisa kita capai, kita bisa membuat titik itu dijadikan gambar apa saja.
SIRRULLH DZATULLAH SIFATULLAH WUJUDTULLAH
kalau sudah hening menyiptalah. kita sombong karena kita tidak bisa membuktikan apa yang diucapkan.
enak ya cuma ngomongtok. yo dilakoni ojo dijajal sebab Tuhan bukan bahan jajalan.
SIRRULLH DZATULLAH SIFATULLAH WUJUDTULLAH
kalau sudah hening menyiptalah. kita sombong karena kita tidak bisa membuktikan apa yang diucapkan.
enak ya cuma ngomongtok. yo dilakoni ojo dijajal sebab Tuhan bukan bahan jajalan.
Kiriman 31
Anda membalas kiriman Dadapada 26 Juli 2009 jam 8:56
@ Mas Dada Kiri
Justru.... itulah lebih baik kita ini pikirannya konslet karena mencari Allah, daripada pikiran kita konslet mikiran duniawi dan caleg, tetapi dengan harapan pikiran kita tidak konslet dalam menemukan Allah hingga kita membuang pikiran kita dimata Allah diganti dengan pikiran yang sudah terinstal aplikasi Allah.
Justru tidak ada orang yang tahu tentang raja melainkan raja itu sendiri, makanya tugas kita mencarinya biar kita tahu, sudah tidak tahu kok tidak dicari itu namanya .... tunggu nasib, aja...wah payah mental bangsa ini alau tunggu nasib terus masyarakatnya... tidak berusaha mencarinya
Justru.... itulah lebih baik kita ini pikirannya konslet karena mencari Allah, daripada pikiran kita konslet mikiran duniawi dan caleg, tetapi dengan harapan pikiran kita tidak konslet dalam menemukan Allah hingga kita membuang pikiran kita dimata Allah diganti dengan pikiran yang sudah terinstal aplikasi Allah.
Justru tidak ada orang yang tahu tentang raja melainkan raja itu sendiri, makanya tugas kita mencarinya biar kita tahu, sudah tidak tahu kok tidak dicari itu namanya .... tunggu nasib, aja...wah payah mental bangsa ini alau tunggu nasib terus masyarakatnya... tidak berusaha mencarinya
Kiriman 32
1 balasan
Anda membalas kiriman Rizapada 26 Juli 2009 jam 9:23
@ Mas Riza
Hehehehehe... memang saya tidak tahu tentang Allah...dan saya belum punya Allah... makanya saya tidak mau tahu tentang Allah... tetapi saya mau hadirNya Allah dalam segala prilaku dan pikiranku. ..... dll........
Makanya saya menjadi salik dalam suluk, saya udah bosan dan jenuh dengan bahasan dan tulisan tentang buku-buku , kitab-kitab, yang mengajarkan tentang Allah karena hanya menghasilkan teori saja dalam pikiranku dan bikin memenuhi memori dalam PBS DAN PAS pikiranku.
Makanya aku tudak mahu jawaban dari jiplakan saja, apalagi jawaban dari anda terkesan hanya jiplakan saja dari buku buku di gramedia bukan dari salik anda,
Begitu juga jawaban kenapa tuhan kita dinamakan Allah? jawabannya bisa satu juta jawaban jalau yang menjawab satu juta salik. tetapi jawabannya hanya satu saja kalau dijawab oleh penjiplak dari salik lain, apalagi dari baca buku saja.
Hehehehehe... memang saya tidak tahu tentang Allah...dan saya belum punya Allah... makanya saya tidak mau tahu tentang Allah... tetapi saya mau hadirNya Allah dalam segala prilaku dan pikiranku. ..... dll........
Makanya saya menjadi salik dalam suluk, saya udah bosan dan jenuh dengan bahasan dan tulisan tentang buku-buku , kitab-kitab, yang mengajarkan tentang Allah karena hanya menghasilkan teori saja dalam pikiranku dan bikin memenuhi memori dalam PBS DAN PAS pikiranku.
Makanya aku tudak mahu jawaban dari jiplakan saja, apalagi jawaban dari anda terkesan hanya jiplakan saja dari buku buku di gramedia bukan dari salik anda,
Begitu juga jawaban kenapa tuhan kita dinamakan Allah? jawabannya bisa satu juta jawaban jalau yang menjawab satu juta salik. tetapi jawabannya hanya satu saja kalau dijawab oleh penjiplak dari salik lain, apalagi dari baca buku saja.
Kiriman 33
Anda membalas kiriman Dadapada 26 Juli 2009 jam 9:33
Mas Dada Kiri
Heheheheheeeh.... lebih baik konslet karena mencari Allah daripada konslet karena soal duniawi , jadi caleg, pekerjaan dll.... tetapi lebih baik tidak konslet dan dapat menemukan Allah.
Kalau kita taku konslet dalam mencari Allah berarti kita telah takut dan jadi pengecut dalam beriman kepada Allah... bagaimana kita beriman, yakin, cinta, tetapi kalau hanya dibibir saja , sudah tahu sang kekasih hati jauh dan pergi jauh dari kita tetapi kita tidak berusaha mencarinya. apa ini yang dinamakan cinta? yang jelas cinta seperti ini hanya gombal saja dan lipstik alias cinta palsu. Jangan mencintal Allah kalau kita takut konslet dalam pencariannya. karena konslet dalam mencari Allah adalah jihad akbar dalam suluk.
Heheheheheeeh.... lebih baik konslet karena mencari Allah daripada konslet karena soal duniawi , jadi caleg, pekerjaan dll.... tetapi lebih baik tidak konslet dan dapat menemukan Allah.
Kalau kita taku konslet dalam mencari Allah berarti kita telah takut dan jadi pengecut dalam beriman kepada Allah... bagaimana kita beriman, yakin, cinta, tetapi kalau hanya dibibir saja , sudah tahu sang kekasih hati jauh dan pergi jauh dari kita tetapi kita tidak berusaha mencarinya. apa ini yang dinamakan cinta? yang jelas cinta seperti ini hanya gombal saja dan lipstik alias cinta palsu. Jangan mencintal Allah kalau kita takut konslet dalam pencariannya. karena konslet dalam mencari Allah adalah jihad akbar dalam suluk.
Kiriman 34
2 balasan
Anda membalas kiriman Malaikatpada 26 Juli 2009 jam 9:37
Mas Malaikat... saya sepakat sekali dan setuju dengan pendapat anda, selamat menjadi salik dalam suluk, semoga tidak ngomong thok.... alias nggggacoorrrrrr.........
Kiriman 35
1 balasan
Riza Izzati membalas kiriman Andapada 26 Juli 2009 jam 10:08
mas Imron,....senyum dong mas :) jgn emosi :)
kayaknya lataif di nafsu natqo nya yg di antara ke dua kening dah lama gak di "kasih" ya, hehehe...
Mas,...bagi saya, bila kita berbicara dalam "koridor/hal" yg kita diskusikan ini masih kata orang, kata buku, adalah KURANG ETIS, TIDAK LAYAK ALIAS GAK PANTAS. Bila KATA ALLOH, KATA NABI, itu baru sip, lha wong bila KATA MURSYI kiita aja,itupun hanya sebatas dijadikan referensi dan bukan untuk dikemukakan oelh kita ko', hehehe.
Bila mas IMRON MENGAKU SEORANG SALIK, saya kira sudah BISA MENERAWANG (atas izin Alloh), apakah saya berbicara di sini kata buku atau dari HASIL LAKU.
Saya kira mas Imron mumpuni ko' untuk TAU/TIDAKnya saya "LAKU/SALIK" atau tidak, karena mas imron MEMBAHAS hal yang cukup berat.
Mohon ma'af ya mas bila ada salah kata, tetap senyum ya mas :)
hormat saya
kayaknya lataif di nafsu natqo nya yg di antara ke dua kening dah lama gak di "kasih" ya, hehehe...
Mas,...bagi saya, bila kita berbicara dalam "koridor/hal" yg kita diskusikan ini masih kata orang, kata buku, adalah KURANG ETIS, TIDAK LAYAK ALIAS GAK PANTAS. Bila KATA ALLOH, KATA NABI, itu baru sip, lha wong bila KATA MURSYI kiita aja,itupun hanya sebatas dijadikan referensi dan bukan untuk dikemukakan oelh kita ko', hehehe.
Bila mas IMRON MENGAKU SEORANG SALIK, saya kira sudah BISA MENERAWANG (atas izin Alloh), apakah saya berbicara di sini kata buku atau dari HASIL LAKU.
Saya kira mas Imron mumpuni ko' untuk TAU/TIDAKnya saya "LAKU/SALIK" atau tidak, karena mas imron MEMBAHAS hal yang cukup berat.
Mohon ma'af ya mas bila ada salah kata, tetap senyum ya mas :)
hormat saya
Kiriman 36
1 balasan
Riza Izzati membalas kiriman Andapada 27 Juli 2009 jam 0:24
Saya tidak mefihak siapapun (mas Imron / mas Malaikat), tp alangkah arifnya bila dalam diskusi dan saling berbalas tidak menggunakan kata2 keras dan kasar.
bukankah apa yg di dalam hati, itulah yg di keluarkan?...semoga kita semua jd golongan yg arif.
maaf ya mas,....ko' sepertinya saru alias kurang pas bila kita membahas hal2 yg baik dan benar, yg utama, yg penuh kedamaian, tp ternyata yg membahas masih terbawa dg amarah dan ego.
Mohon berdamai ya mas2 sekalian.
sampai jumpa dan hormatku selalu pada seluruh member diskusi ini.
Riza
bukankah apa yg di dalam hati, itulah yg di keluarkan?...semoga kita semua jd golongan yg arif.
maaf ya mas,....ko' sepertinya saru alias kurang pas bila kita membahas hal2 yg baik dan benar, yg utama, yg penuh kedamaian, tp ternyata yg membahas masih terbawa dg amarah dan ego.
Mohon berdamai ya mas2 sekalian.
sampai jumpa dan hormatku selalu pada seluruh member diskusi ini.
Riza
Kiriman 37
1 balasan
Dada Kiri menulis22 jam yang lalu
@mas imron
Justru tidak ada orang yang tahu tentang raja melainkan raja itu sendiri, makanya tugas kita mencarinya biar kita tahu, sudah tidak tahu kok tidak dicari itu namanya .... tunggu nasib, aja...wah payah mental bangsa ini alau tunggu nasib terus masyarakatnya... tidak berusaha mencarinya
Kalau kita taku konslet dalam mencari Allah berarti kita telah takut dan jadi pengecut dalam beriman kepada Allah... bagaimana kita beriman, yakin, cinta, tetapi kalau hanya dibibir saja , sudah tahu sang kekasih hati jauh dan pergi jauh dari kita tetapi kita tidak berusaha mencarinya. apa ini yang dinamakan cinta? yang jelas cinta seperti ini hanya gombal saja dan lipstik alias cinta palsu. Jangan mencintal Allah kalau kita takut konslet dalam pencariannya. karena konslet dalam mencari Allah adalah jihad akbar dalam suluk.
============
Allah itu gak perlu dicari dgn kata2 mas imron ... makanya kalo kita mencari hy dgn kata2 nahhh itulah yg jadi korslet ... yg perlukan prakteknya ... nahh benar gak kita sudah mengabdi pada NYA .. benar2 menjadi abdi dalem toh ? yg gak pernah memikirkan apapun imbalan dari apa yg kita perbuat toh? masih berpikir dapat pahala toh ? masuk surga toh ? welehhhh ini namanya bukan abdi dalem.. tapi karyawan .. kalo kerja dapat duit gak kerja gak dapat duit ehhhhh..
Allah itu Maha Suci maka kesucian pikiran itu sangatlah perlu bagi hambanya untuk lebih jauh mengenalNYA ... jgn harap kita bisa lebih jauh mengenalNYA jika kita tdk memiliki kesucian pikiran ....
utk mencapai kesucian pikiran kita hrus berbuat yg sesuai standar untuk kesucian itu ...
org yg tahu belum tentu kenal .. orang yg kenal sudah tentu tahu ...
ayo ... mau yg mana ....
Justru tidak ada orang yang tahu tentang raja melainkan raja itu sendiri, makanya tugas kita mencarinya biar kita tahu, sudah tidak tahu kok tidak dicari itu namanya .... tunggu nasib, aja...wah payah mental bangsa ini alau tunggu nasib terus masyarakatnya... tidak berusaha mencarinya
Kalau kita taku konslet dalam mencari Allah berarti kita telah takut dan jadi pengecut dalam beriman kepada Allah... bagaimana kita beriman, yakin, cinta, tetapi kalau hanya dibibir saja , sudah tahu sang kekasih hati jauh dan pergi jauh dari kita tetapi kita tidak berusaha mencarinya. apa ini yang dinamakan cinta? yang jelas cinta seperti ini hanya gombal saja dan lipstik alias cinta palsu. Jangan mencintal Allah kalau kita takut konslet dalam pencariannya. karena konslet dalam mencari Allah adalah jihad akbar dalam suluk.
============
Allah itu gak perlu dicari dgn kata2 mas imron ... makanya kalo kita mencari hy dgn kata2 nahhh itulah yg jadi korslet ... yg perlukan prakteknya ... nahh benar gak kita sudah mengabdi pada NYA .. benar2 menjadi abdi dalem toh ? yg gak pernah memikirkan apapun imbalan dari apa yg kita perbuat toh? masih berpikir dapat pahala toh ? masuk surga toh ? welehhhh ini namanya bukan abdi dalem.. tapi karyawan .. kalo kerja dapat duit gak kerja gak dapat duit ehhhhh..
Allah itu Maha Suci maka kesucian pikiran itu sangatlah perlu bagi hambanya untuk lebih jauh mengenalNYA ... jgn harap kita bisa lebih jauh mengenalNYA jika kita tdk memiliki kesucian pikiran ....
utk mencapai kesucian pikiran kita hrus berbuat yg sesuai standar untuk kesucian itu ...
org yg tahu belum tentu kenal .. orang yg kenal sudah tentu tahu ...
ayo ... mau yg mana ....
Kiriman 38
1 balasan
Malaikat Zamaniyah membalas kiriman Riza18 jam yang lalu
santai aja mas, itu benar jangan terbawa emosi maupun ego. semoga yang kita ucapan kita tidak sekedar ngocor (bisa dianggap sombong) mari kita buktikan berlomba lomba untuk kebaikan.
Kiriman 39
Malaikat Zamaniyah membalas kiriman Anda18 jam yang lalu
maaf lo mas sebenarnya saya tidak tahu arti salik dan suluk, untuk membuktikan kita tidak ngocor mari kita heningkan hati kita dan cari tahu apa yang diomongkan itu benar atau salah dan bukan cuma sekedar omongan.
Kiriman 40
1 balasan
Malaikat Zamaniyah membalas kiriman Agus18 jam yang lalu
Setuju Pak Agus, tapi teruskan dari resapi diimplementasikan ke kehidupan kita. setelah diam (hening) terus ke nyipto. maaf lo pak kalau lancang dan kalau ada salahnya.
Kiriman 41
1 balasan
Angling Dharma membalas kiriman Anda23 jam yang lalu
salam
saya setuju dengan mas imron, tuhan tidak bisa hanya dipikirin, tapi hayati dengan sepenuh jiwa tanpa pamrih,hidupkan dzikir,dzikirkan hidup,hidupkan rasa,rasakan hidup, melajulah tanpa beban fikiran hingga mencapai titik zero,sebagaimana kita dialam kandungan.
saya setuju dengan mas imron, tuhan tidak bisa hanya dipikirin, tapi hayati dengan sepenuh jiwa tanpa pamrih,hidupkan dzikir,dzikirkan hidup,hidupkan rasa,rasakan hidup, melajulah tanpa beban fikiran hingga mencapai titik zero,sebagaimana kita dialam kandungan.
Kiriman 42
Angling Dharma membalas kiriman Dada22 jam yang lalu
salam
hati-hati mas siapapun orang nya klo sudah terjun dipencarian ini, bagaikan telor diujung tanduk,lebih banyak jatuh nya daripada tegaknya.bagaikan onta masuk lobang jarum,tidak mungkin bisa terjadi,tetapi tidak ada yang tidak mungkin bila sang pencipta sudah memberikan ridho nya.
hati-hati mas siapapun orang nya klo sudah terjun dipencarian ini, bagaikan telor diujung tanduk,lebih banyak jatuh nya daripada tegaknya.bagaikan onta masuk lobang jarum,tidak mungkin bisa terjadi,tetapi tidak ada yang tidak mungkin bila sang pencipta sudah memberikan ridho nya.
Kiriman 43
1 balasan
Jays Benwagon menulis16 jam yang lalu
Waahhh...menarik banget niihhhh...nyimak aahhh..
Kiriman 44
1 balasan
Zainal Abidin A menulis14 jam yang lalu
boleh ikutan nyimak gak oom..hehe..(sambil nggelar tiker)
Kiriman 45
1 balasan
Candiki Repantu menulissekitar sejam yang lalu
Malu bertanya sesat di jalan....... Malu mencari gak ketemu.....Malu berpikir gak pintar2....malu berzikir gak ingat2....kebanyakn malu ya..malu-maluin...
Kiriman 46
Anda membalas kiriman Riza30 menit yang lalu
@ Mas Riza dan semuanya dech....
Hehehhhe.... maaf.... kan aku kalau aku dimata hati saudaraku semua... aku telah mengaku salik ... padahal... dihatiku... dengan jujur aku takut MENGAKU sebagai manager, orang ganteng, orang pintar, ... maaf... semoga aku selamanya dihatiku tidak pernah mengaku....bahkan aku saat ini masih takut mengaku sebagai manusia... bahkan aku merasa saat ini masih sebagai binatang yang berjalan.... makanya aku mencari setitik kata dari bagian IKHLAS dan TULUS dari Allah.... agar aku menjadi manusia pada hakekatnya dimata Allah....
Menurutku tiada kekuatan dan kekayaan apapun di dunia ini bahkan dalam pandangan ALLAH selain kekuatan IKHLAS dan TULUS dalam segala hal, bahkan seandainya aku di caci maki, di ludahi, di campakkan, di fitnah dan disegalakan oleh orang lain, aku ingin dan rindu akan IKHLAS DAN TULUS selalu dalam hatiku...sebagaimana aku menerima ciuman dari istriku tercinta.
Hanya dengan ini aku akan menjadi MANUSIA hingga aku mengenal ROHKU sendiri... dan akhirnya aku ingin sekali mengutus ROH ku untuk menemui ALLAH agar aku diangkat sebagai manusia dan tidak lagi sebagai binatang yang berjalan. Subhanallah... semoga aku sebagai binatang berjalan yang tidak memiliki riya', ujub, sum'ah dalam hatiku... agar aku tidak lama-lama menjadi binatang. Amin
Maaf..... topik ini tidaklah terlalu berat... karena ini masih dalam koridor akal dan pikiran yang masih terbatas pada ruang dan waktu... mungkin yang sedikit agak berat adalah saat topik membuang segala pikiran kita tentang ALLAH untuk mengenal Allah yang sebenarnya.
Hehehhhe.... maaf.... kan aku kalau aku dimata hati saudaraku semua... aku telah mengaku salik ... padahal... dihatiku... dengan jujur aku takut MENGAKU sebagai manager, orang ganteng, orang pintar, ... maaf... semoga aku selamanya dihatiku tidak pernah mengaku....bahkan aku saat ini masih takut mengaku sebagai manusia... bahkan aku merasa saat ini masih sebagai binatang yang berjalan.... makanya aku mencari setitik kata dari bagian IKHLAS dan TULUS dari Allah.... agar aku menjadi manusia pada hakekatnya dimata Allah....
Menurutku tiada kekuatan dan kekayaan apapun di dunia ini bahkan dalam pandangan ALLAH selain kekuatan IKHLAS dan TULUS dalam segala hal, bahkan seandainya aku di caci maki, di ludahi, di campakkan, di fitnah dan disegalakan oleh orang lain, aku ingin dan rindu akan IKHLAS DAN TULUS selalu dalam hatiku...sebagaimana aku menerima ciuman dari istriku tercinta.
Hanya dengan ini aku akan menjadi MANUSIA hingga aku mengenal ROHKU sendiri... dan akhirnya aku ingin sekali mengutus ROH ku untuk menemui ALLAH agar aku diangkat sebagai manusia dan tidak lagi sebagai binatang yang berjalan. Subhanallah... semoga aku sebagai binatang berjalan yang tidak memiliki riya', ujub, sum'ah dalam hatiku... agar aku tidak lama-lama menjadi binatang. Amin
Maaf..... topik ini tidaklah terlalu berat... karena ini masih dalam koridor akal dan pikiran yang masih terbatas pada ruang dan waktu... mungkin yang sedikit agak berat adalah saat topik membuang segala pikiran kita tentang ALLAH untuk mengenal Allah yang sebenarnya.
Kiriman 47
Anda membalas kiriman Candiki28 menit yang lalu
heheheeheheh..... beginilah bahasa Abdul Muis dan Gus Dur dalam mengenal Allah... beda dengan bahasa Gus Amin Rais....
Kiriman 48
Anda membalas kiriman Zainal22 menit yang lalu
Wah... mas zainal ini sungguh tulus... bagaimanakah agar tulus selalu menjadi pakain hati kita disetiap saat dan ikhlas menjadi pikirannya hati?
Kiriman 49
Anda membalas kiriman Jays19 menit yang lalu
yach..benar mas.... menarik sekali seperti melihat indahnya wajah wanita cantik jelita dan sexy dan pada saat itu dipikiran kita dan hati kita terbayang seyum Allah sedang mentertawakan kita... karena kita telah tertipu dengan bonekanya Allah....
Kiriman 50
Anda membalas kiriman Angling14 menit yang lalu
Subhanallah.... memang pikiran ini diciptakan oleh Allah hanya sebagai alat untuk mengenal Allah... makanya Allah tidak memiliki pikiran tetapi yang memiliki pikiran itu hanyalah Tuhan.... makanya Tuhan itu tercipta dari pikirannya....
Jadi yang punya pikiran dan menggunakan pikirannya untuk berdzikir itu masih dalam realitas Tuhan belum dalam realitas Allah... kalau dalam realitas Allah adalah sudah membuang pikiran dan Allah itu sendiri dalam pikiran kita... pada saat inilah kita akan dapat mengenal Roh kita... hingga mengutus roh kita untuk bertemu Allah... agar kita dapat mampu berkenal dengan Allah...
Jadi yang punya pikiran dan menggunakan pikirannya untuk berdzikir itu masih dalam realitas Tuhan belum dalam realitas Allah... kalau dalam realitas Allah adalah sudah membuang pikiran dan Allah itu sendiri dalam pikiran kita... pada saat inilah kita akan dapat mengenal Roh kita... hingga mengutus roh kita untuk bertemu Allah... agar kita dapat mampu berkenal dengan Allah...
Kiriman 51
Anda membalas kiriman Malaikat11 menit yang lalu
Subhanallah... tidak perlu takut salah dalam mengexpresikan diri untuk mengenal dan berkenalan dengan Allah.. segalanya tidak ada yang salah dan tersesat sepanjang TULUS DAN IKHLAS sebagai ilmunya.....
Hakekat puncak ilmu mengenal Allah adalah ilmu Ikhlas dan Tulus dalam hati
Hakekat puncak ilmu mengenal Allah adalah ilmu Ikhlas dan Tulus dalam hati
Kiriman 52
Anda membalas kiriman Malaikat7 menit yang lalu
Hehehhehe.... emosi.... marah... hehehehee.... itu hanya hiasan hati.... tetapi kalau sudah habit... maka akan menjadi penyakit hati... hingga kita jadi syetannya hati......
mungkin sedikit akan lebih baik apapun yang dikatakan orang, yang ditulis orang dan yang diapa-apakan orang hingga yang terjadi oleh prilaku orang lain yang tidak berkenan atau yang berkenan akan lebih bermakna kalau kita IKHLASKAN dengan TULUS hal itu sebagai sunatullah.....
mungkin sedikit akan lebih baik apapun yang dikatakan orang, yang ditulis orang dan yang diapa-apakan orang hingga yang terjadi oleh prilaku orang lain yang tidak berkenan atau yang berkenan akan lebih bermakna kalau kita IKHLASKAN dengan TULUS hal itu sebagai sunatullah.....
Tampilkan 61 - 64 dari 64 kiriman dari 18 orang.
PertamaSebelumnya123
Kiriman 61
Candiki Repantu membalas kiriman Angling
pada 23 Agustus 2009 jam 19:16
@Salam mas angling...
yup...mari kita teruskan perjuangan....
Laporkan
Kiriman 62
1 balasan
Amanto Del Piero menulis
pada 23 Agustus 2009 jam 23:01
Sebenarnya tuhan itu tidak ada, tapi diadakan.........
Laporkan
Kiriman 63
Candiki Repantu membalas kiriman Amanto
pada 24 Agustus 2009 jam 0:31
Salam Mas Amanto..
Apa itu Tuhan...?? Siapa/apa yg mengadakan tuhan....???
Laporkan
Kiriman 64
Rino Martin menulis
pada 01 September 2009 jam 23:43
Apakah betul sudah mengenal ALLAH klo emosi msh sulit di kendalikan..
Apakah betul sudah mengenal ALLAH klo diri merasa lebih pintar dari yg lain..
Apakah betul..???Apakah betul..??dan masih banyak lagi yg harus di tanyakan pada diriku sendiri,sebelum sibuk bertanya pada yg lain..???
ALLAHUMA NAWIR QULUBANA BI NURI HIDAYATIKA KAMA NAWARTA ARDHO BI NURI SYAMSIKA ABADAN ABADA.."YA ALLAH TERANGILAH HATIKU DGN NUR HIDAYAHMU,SEBAGAIMANA ENGKAU TERANGI DUNIA INI DGN MATAHARIMU SLU DAN SELAMANYA.."
Laporkan
PertamaSebelumnya123
Balas
Memang benar sekali bahwa tuhan itu sebenarnya tidak ada tetapi diadakan oleh pikiran manusia itu sendiri. Karena dalam prosesnya pikiran manusia membutuhkan sisi kekuatan sebagai pendukungnya karena factor kelemahan pikiran itu sendiri, maka dibutuhkanlah Tuhan sebagai pembentuk kekuatan pikiran dan selanjutnya maka manusia mulai mengenal Tuhan dan karena itulah maka Tuhan itu tercipta dari kekuatannya pikirannya tuhan itu sendiri. Tetapi bukan pikiran manusia namun pikiran tuhan itu sendiri, tentunya pikiran tuhan disini bukan pikiran dalam pengertian pikiran secara etimologi atau terminologi bahasa pikiran kita sebagai manusia.
Karena pikiran itu termsuk mahluk maka pada saat pikiran mulai mengenal Allah maka pikiran itu harus dilepas untuk selanjutnya masuk dalam dimensi pengenalan Allah sebagai tuhan. Hingga terus masuk dalam alam hati sebagai jembatan menuju alam tuhan dan berproses masuk dalam alam tuhan itu sendiri yang terlepas dari batas dan dimensi serta barometer tertentu. Disinilah terjadi fana hingga baga, jadi pikiran manusia itu hanya alat saja sedang yang kekal adalah pikiran tuhan, tentunya pikiran tuhan disini tidak sama dengan pikiran dalam bahasa manusia.
0 Tanggapan:
Posting Komentar