Thoriqoh merupakan salah satu amaliyah keagamaan dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan perilaku kehidupan Beliau sehari-hari adalah praktek kehidupan rohani yang dijadikan rujukan utama oleh para pengamal thoriqoh dari generasi ke generasi sampai sekarang ini.
Thoriqoh adalah suatu praktek perbuatan untuk membersihkan hati dan membersihkan relung-relung hati dari karatnya kelalaian dan salah pahamnya kebutuhan. Relung-relung hati itu tidak bisa suci (bersih) kecuali dengan dzikir kepada Allah SWT. dengan cara tertentu. Oleh karena itu wajib bagi setiap mu’min (muslim) setelah mengetahui ‘aqidatul ‘awam (50 sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah SWT. dan para Rasul-Nya) dan pekerjaan-pekerjaan harian yang disyariatkan Allah SWT, berupa sholat (yang meliputi syarat-syarat, rukun-rukun dan hal-hal yang membatalkannya), zakat, puasa, dan haji untuk meningkatkan diri dan memasuki thoriqoh dzikir dengan cara khusus/tertentu.
Thoriqoh adalah suatu praktek perbuatan untuk membersihkan hati dan membersihkan relung-relung hati dari karatnya kelalaian dan salah pahamnya kebutuhan. Relung-relung hati itu tidak bisa suci (bersih) kecuali dengan dzikir kepada Allah SWT. dengan cara tertentu. Oleh karena itu wajib bagi setiap mu’min (muslim) setelah mengetahui ‘aqidatul ‘awam (50 sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah SWT. dan para Rasul-Nya) dan pekerjaan-pekerjaan harian yang disyariatkan Allah SWT, berupa sholat (yang meliputi syarat-syarat, rukun-rukun dan hal-hal yang membatalkannya), zakat, puasa, dan haji untuk meningkatkan diri dan memasuki thoriqoh dzikir dengan cara khusus/tertentu.
Peletak dasar Thoriqoh Naqsyabandiyah ini adalah Al-Arif Billah Asy Syaikh Muhammad bin Muhammad Bahauddin Syah Naqsyabandi Al-Uwaisi Al- Bukhori radliallahu anhu (717-865 H) . Dijelaskan oleh Syaikh Abdul Majid bin Muhammad Al Khoniy dalam bukunya Al-Hadaiq Al-Wardiyyah bahwa thoriqoh Naqsabandiyyah ini adalah thoriqohnya para sahabat yang mulia radliallahu anhum sesuai aslinya, tidak menambah dan tidak mengurangi. Ini merupakan untaian ungkapan dari langgengnya (terus menerus) ibadah lahir batin dengan kesempurnaan mengikuti sunnah yang utama dan ‘azimah yang agung serta kesempurnaan dalam menjauhi bid’ah dan rukhshah dalam segala keadaan gerak dan diam, serta langgengnya rasa khudlur bersama Allah SWT. mengikuti Nabi SAW. dengan segala yang beliau sabdakan dan memperbanyak dzikir qalbiy. Dzikirnya para guru Naqsyabandiyah adalah Qalbiyah (menggunakan hati). Dengan itu mereka bertujuan hanya kepada Allah SWT. semata dengan tanpa riya’, dan mereka tidak mengatakan suatu perkataan dan tidak membaca suatu wirid kecuali dengan dalil atau sanad dari kitab Allah SWT. atau sunnah Nabi Muhammad SAW. Asy-Syaikh Musthofa bin Abu Bakar Ghiyasuddin An-Naqsyabandiy menyatakan dalam risalahnya Ath Thoriqoh An-Naqsabandiyah Thoriqoh Muhammadiyah bahwa thoriqoh ini memiliki tiga marhalah; a. Hendaklah anggota badan kita berhias dengan dhohirnya syari’ah Muhammadiyah. b. Hendaklah jiwa- jiwa kita bersih dari nafsu-nafsu yang hina, yaitu hasad, thama’, riya, nifaq, dan ‘ujub pada diri sendiri. Karena hal itu merupakan sifat yang paling buruk dan karenanya iblis mendapatkan laknat. c. Berteman dengan shodikin (orang-orang yang berhati jujur) Thoriqoh Naqsyabandiyah ini mempunyai banyak cabang aliran thoriqoh di Mesir, Turki, juga Indonesia. |
0 Tanggapan:
Posting Komentar